Simpulan ANALISIS USAHATANI PADI UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN ASURANSI INDEKS IKLIM

Gambar 62. Prospek dan kendala asuransi indeks iklim di Kabupaten Indramayu

5.4. Simpulan

Petani di lokasi penelitian didominasi oleh usia produktif 15-55 tahun dalam melaksanakan usahataninya 71.3. Pendidikan responden sebagian besar 49 tamatan SD. Lahan yang dimiliki sebagian besar petani 40 adalah seluas 0.5-1 Ha. Pola tanam dominan adalah padi-padi-bera. Fluktuasi produksi padi pada MH di lahan irigasi ujung rata-rata sekitar 6 tonha dan pada lahan tadah hujan sekitar 5 tonha. Pada MK dilahan irigasi ujung produksinya sekitar 4 tonha dan pada tadah hujan 3 tonha. Tipe petani yang paling banyak dijumpai adalah petani yang masih mengeluarkan biaya input rendah dan produksi juga relatif rendah tipe 3. Pada MH di lahan irigasi ujung, rata-rata biaya input yang dikeluarkan petani adalah Rp. 9 jutaHa MH dan Rp. 8.9 jutaHa MK. Pada lahan tadah hujan sebesar Rp. 8.7 jutaHa MH dan Rp. 7.9 jutaHa MK. Analisis usahatani pada MH menghasilkan RC 0.9 hingga 3.4, dengan rata-rata 2.1, sedangkan pada MK 0.6 hingga 3.2 dengan rata-rata 1.8. Sementara nilai BC pada MH berkisar antara -0.07 hingga 2.37, dengan rata-rata 1.1, dan pada MK diperoleh kisaran nilai BC -0.41 hingga 2.15 dengan rata-rata 0.84. Artinya secara ekonomi usahatani padi di lokasi penelitian masih menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Namun keuntungan ini belum diikuti oleh kebiasaan menabung hasil panennya. Untuk melakukan usahataninya, petani pada umumnya memimjam uang baik setiap musim atau setiap tahun ketika akan memulai tanam. Sekitar 65 petani sudah terbiasa dengan fasilitas kredit, 10 tidak melakukan kredit dan hanya 2 petani yang kadang-kadang melakukan kredit. Bank merupakan tempat yang paling banyak dituju petani 40 untuk memperoleh pinjaman uang. Selebihnya petani mendapat pinjaman dari kelompok tanigapoktanRT 12.5, saudara 11.3, tetanggateman 7.5, pegadaian 1.3 dan anak 1.3. Sekitar 26.5 petani tidak melakukan peminjaman Pemberian wacana tentang Asuransi Indeks Iklim disambut baik oleh petani. Sebagian besar petani 82.5 bersedia atau sanggup membayar premi, dengan besaran yang dominan 200-300 ribu rupiah per musim per hektar. Hasil workshop menunjukkan bahwa 68 responden menyatakan asuransi iklim memiliki prospek yang bagus, menarik dan menjajikan. Lembaga pengelola yang banyak diharapkan responden adalah Bank 52. Kendala utama yang dikemukakan responden seandainya asuransi dilaksanakan adalah perlunya sosialisasi 32.

VI. ANALISIS HUBUNGAN CURAH HUJAN DAN PRODUKSI PADI SERTA PENYUSUNAN INDEKS IKLIM