Hasil dan Pembahasan PENETAPAN WILAYAH CAKUPAN INDEKS UNTUK PENERAPAN ASURANSI IKLIM

4.2.2. Penyusunan Peta Cakupan Wilayah Indeks Iklim

Analisis kemiripan data dengan metode FS menghasilkan nilai mulai dari 0 hingga 1. Penyebaran nilai kemiripan antara seluruh stasiun dengan stasiun referensi selanjutnya di plot dalam peta. Peta administrasi yang digunakan sebagai peta dasar bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS 2010.

4.3. Hasil dan Pembahasan

Dalam konteks asuransi indeks iklim, cakupan wilayah pewakil stasiun hujan diperlukan untuk mengetahui daerah mana saja yang bisa diwakili oleh suatu stasiun referensi dimana data pada stasiun referensi tersebut digunakan untuk menghitung indeks curah hujan. Indeks curah hujan ini digunakan sebagai paramater atau indikator untuk klaim asuransi. Dengan demikian indeks curah hujan yang dihasilkan dari salah satu stasiun referensi bisa digunakan untuk wilayah lain sebagai klaim asuransi dengan catatan wilayah tersebut memiliki kemiripan similarity dengan stasiun referensi. Untuk mengetahui tingkat kemiripan antar stasiun hujan dengan stasiun referensi dalam penelitian digunakan metode Fuzzy Similarity FS. Metode FS pada prinsipnya mempelajari pola fluktuasi curah hujan dari suatu stasiun referensi kemudian membandingkannya dengan stasiun lain yang diuji. Stasiun referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Cikedung, Lelea, Terisi dan Kandanghaur. Keempat stasiun ini berada pada lokasi survey dan wawancara. Jumlah seluruh stasiun hujan yang dianalisis datanya adalah 41 stasiun yang mencakup 31 kecamatan di seluruh Kabupaten Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk stasiun referensi Cikedung, nilai FS berkisar antara 0.02-0.49 dengan rata-rata 0.21. Wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Cikedung relatif kecil, hal ini ditunjukkan oleh nilai FS yang sebagian besar kurang dari 0.5 Gambar 30. Dari 41 stasiun hujan yang dianalisis, sekitar 7.7 nya merupakan stasiun yang bisa diwakili oleh Cikedung. Wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Cikedung adalah stasiun Losarang, Sliyeg dan Jatibarang, dengan nilai FS berturut-turut adalah 0.49, 0.46 dan 0.45. Untuk memperoleh gambaran fluktuasi curah hujan maka dilakukan ploting antara curah stasiun Cikedung sebagai referensi dengan stasiun Losarang Gambar 31. Wilayah lainnya tidak disarankan menggunakan stasiun referensi Cikedung. Apabila dilihat dari sebaran wilayahnya Gambar 32, maka wilayah yang agak mirip dengan stasiun Cikedung dengan nilai FS sekitar 0.4 sebagian besar berada di bagian tengah Kabupaten Indramayu. Gambar 30. Penyebaran nilai FS pada setiap stasiun hujan dengan referensi stasiun Cikedung Gambar 31. Fluktuasi curah hujan antara stasiun referensi Cikedung dengan stasiun Losarang Gambar 32. Penyebaran wilayah berdasarkan nilai FS dengan stasiun referensi Cikedung Untuk stasiun referensi Lelea, nilai FS antara 0.12-0.69 dengan rata-rata 0.35. Sebagian besar nilai FS adalah kurang dari 0.4 Gambar 33. Sekitar 10.3 dari seluruh stasiun di Kabupaten Indramayu yang bisa diwakili oleh stasiun Lelea. Hal ini ditunjukkan oleh nilai FS yang mendekati dan lebih dari 0.5. Wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Lelea antara lain stasiun Bangodua 0.69, Gabus Wetan 0.60, Jatibarang 0.47 dan Krangkeng 0.46. Gambar 34 memperlihatkan contoh fluktuasi curah hujan antara stasiun Lelea sebagai referensi dengan stasiun Bangodua. Berdasarkan peta sebaran kemiripan data stasiun hujan Gambar 35, maka wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Lelea sebagian besar berada di sebelah Barat Laut dan Tenggara dari Lelea. Gambar 33. Penyebaran nilai FS pada setiap stasiun hujan dengan referensi stasiun Lelea Gambar 34. Fluktuasi curah hujan antara stasiun Lelea Referensi dengan stasiun Bangodua Gambar 35. Penyebaran wilayah berdasarkan nilai FS dengan stasiun referensi Lelea Untuk stasiun referensi Terisi nilai FS sebagian besar lebih dari 0.5 Gambar 36. Secara keseluruhan nilai FS berkisar mulai dari 0.04 hingga 0.84, dengan rata-rata 0.49. Wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Terisi cukup luas. Sekitar 53.8 dari seluruh stasiun di Kabupaten Indramayu memiliki kemiripan pola data dengan stasiun Terisi. Stasiun tersebut antara lain : Bongas 0.62, Widasari 0.70, Balongan 0.57, Sukra 0.69, Kroya 0.69, Cantigi 0.77, Arahan 0.70, Gantar 0.70, Sukagumiwang 0.64, Kedokan Bunder 0.74, Patrol 0.84, Pasekan 0.63, Tukdana 0.82, Bugel 0.68, Cigugur 0.49, Wanguk 0.72, Leuweungsemut 0.81, Karangasem 0.83, Cipancuh 0.73, Tamiang 0.54 dan Bantarhuni 0.51. Fluktuasi curah hujan antara stasiun Terisi sebagai referensi dengan stasiun Patrol disajikan dalam Gambar 37. Berdasarkan peta sebarannya Gambar 38, wilayah yang bisa diwakili oleh stasiun Terisi cukup luas. Sebagian besar berada di sekitar stasiun Terisi mulai dari Haurgeulis, Gantar, Kroya, Cikedung hingga Jatibarang. Sebagian lagi sepanjang pantai utara Jawa mulai dari Sukra, Patrol sampai dengan Balongan. Gambar 36. Penyebaran nilai FS pada setiap stasiun hujan dengan referensi stasiun Terisi Gambar 37. Fluktuasi curah hujan antara stasiun Lelea Referensi dengan stasiun Bangodua Gambar 38. Penyebaran wilayah berdasarkan nilai FS dengan stasiun referensi Terisi Untuk stasiun referensi Kandanghaur, analisis FS secara umum memperlihatkan hasil relatif rendah dibandingkan 3 stasiun referensi lainnya. Hanya satu stasiun yang memiliki nilai FS agak tinggi walaupun masih kurang dari 0.5, yaitu stasiun Kertasemaya dengan nilai FS 0.41 Gambar 39, sedangkan stasiun lainnya kurang dari 0.35. Secara keseluruhan, nilai FS antara 0.002 hingga 0.41, dengan rata-rata 0.11. Gambar 40 memperlihatkan fluktuasi curah hujan antara stasiun Kandanghaur sebagai referensi dengan stasiun Kertasemaya. Dari peta penyebarannya Gambar 41 juga terlihat bahwa sangat dominan dengan nilai FS kurang dari 0.4. Keseluruhan hasil analisis dirangkum dalam Tabel 6. Gambar 39. Penyebaran nilai FS pada setiap stasiun hujan dengan referensi stasiun Kandanghaur Gambar 40. Fluktuasi curah hujan antara stasiun Kandanghaur Referensi dengan stasiun Kertasemaya Gambar 41. Penyebaran wilayah berdasarkan nilai FS dengan stasiun referensi Kandanghaur Tabel 6 menyajikan berbagai nilai FS untuk setiap stasiun hujan di Kabupaten Indramayu pada stasiun referensi Cikedung, Lelea, Terisi dan Kandanghaur. Untuk stasiun referensi Cikedung nilai FS tertinggi adalah 0.49 yaitu dengan stasiun Losarang. Untuk stasiun referensi Lelea, nilai FS tertinggi sebesar 0.69 yaitu dengan stasiun Bangodua. Nilai FS sebesar 0.84 merupakan nilai tertinggi untuk stasiun referensi Terisi terhadap stasiun hujan Patrol. Untuk stasiun referensi Kandanghaur, nilai FS tertinggi adalah 0.41 untuk stasiun Kertasemaya. Jarak maksimum atau radius cakupan wilayah yang dapat diterima antara stasiun cuaca referensi dengan area yang diasuransikan adalah 20-25 km IFC 2009, Martirez 2009. Topografi wilayah serta karakteristik dan pola hujan menjadi faktor yang penting dalam menentukan radius cakupan wilayah indeks iklim. Perbandingan antara stasiun hujan dilakukan untuk mengetahui pola kemiripan data curah hujan dengan stasiun referensi. Keseluruhan hasil nilai FS yang disajikan dalam Tabel 6 berkisar antara 0.002 hingga 0.838. Berdasarkan kisaran nilai FS ini selanjutnya dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu : 1 kelompok 1 untuk nilai FS 0-0.2, 2 kelompok 2 untuk FS 0.2-0.4, 3 kelompok 3 untuk nilai FS 0.4-0.6, 4 kelompok 4 untuk nilai FS 0.6-0.8, dan 5 kelompok 5 untuk FS 0.8-1. Perbandingan fluktuasi curah hujan dilakukan dengan mengambil contoh untuk nilai FS terendah dan tertinggi pada setiap kelompok Gambar 42. Tabel 6. Hasil analisis FS untuk seluruh stasiun di Kabupaten Indramayu No Stasiun Hujan REFERENSI CIKEDUNG LELEA TERISI KD.HAUR 1 Indramayu 0.10 0.12 0.18 0.28 2 Sindang 0.20 0.14 0.05 0.32 3 Loh Bener 0.40 0.40 0.20 0.24 4 Karang Ampel 0.32 0.35 0.24 0.20 5 Krangkeng 0.44 0.46 0.41 0.13 6 Junti Nyuat 0.44 0.30 0.25 0.17 7 Jati Barang 0.45 0.47 0.34 0.15 8 Sliyeg 0.46 0.53 0.42 0.11 9 Kerta Semaya 0.08 0.12 0.04 0.41 10 Bango Dua 0.31 0.69 0.42 0.09 11 Losarang 0.49 0.47 0.39 0.17 12 Cikedung 0.38 0.23 0.20 13 Lelea 0.27 0.33 0.05 14 Kandang Haur 0.02 - - 15 Gabus Wetan 0.34 0.60 0.38 0.06 16 Anjatan 0.35 0.17 0.12 0.35 17 Haur Geulis 0.33 0.40 0.12 0.21 18 Bongas 0.30 0.42 0.62 0.07 19 Widasari 0.24 0.44 0.70 0.09 20 Balongan 0.09 0.30 0.57 0.05 21 Sukra 0.17 0.35 0.69 0.00 22 Kroya 0.07 0.36 0.69 0.05 23 Cantigi 0.09 0.32 0.77 0.05 24 Arahan 0.09 0.33 0.70 0.02 25 Gantar 0.10 0.40 0.70 0.01 26 Terisi 0.09 0.32 0.04 27 Sukagumiwang 0.10 0.27 0.64 - 28 Kedokan Bunder 0.04 0.27 0.74 0.06 29 Patrol 0.15 0.36 0.84 0.12 30 Pasekan 0.09 0.31 0.63 0.04 31 Tukdana 0.15 0.31 0.82 0.12 32 Bugel 0.04 0.29 0.68 0.06 33 Cigugur 0.11 0.30 0.49 0.08 34 Wanguk 0.18 0.26 0.72 0.06 35 Tulangkacang - 0.24 0.33 0.15 36 Lueweungsemut 0.10 0.34 0.81 0.06 37 Karangasem 0.09 0.33 0.83 0.06 38 Cipancuh 0.03 0.32 0.73 0.02 39 Tamiang 0.32 0.33 0.54 0.01 40 Bantarhuni 0.22 0.42 0.51 0.01 41 Bugis 0.18 0.31 0.44 0.08 Gambar 42. Perbandingan pola curah hujan antara stasiun referensi dengan stasiun hujan pewakil pada setiap kelompok.

4.4. Simpulan