31 siswa secara aktif. Alternatif untuk menciptakan pembelajaran seperti itu yakni
dengan menerapkan teknik quick on the draw. Siswa akan terlibat secara aktif dalam pembelajaran bersama kelompoknya, membelajarkan siswa bersaing secara
sehat, dan diharapkan siswa dapat mendapatkan pengalaman bermakna, serta materi ini akan mudah dipahami siswa.
2.1.5 Siswa
2.1.5.1 Pengertian Siswa
Sinolungan 1997 dalam Kurnia dkk. 2007: 1.4, membagi dua arti siswa yaitu secara luas, bahwa siswa adalah setiap orang yang terkait dengan proses
pendidikan sepanjang hayat. Arti siswa secara sempit adalah setiap orang yang belajar di sekolah. Menurut Hamalik 2008: 79, “siswa adalah suatu organisme
yang hidup yang senantiasa mengalami perubahan”. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat
4 menjelaskan bahwa “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”. Sementara itu, Danim 2010: 2 mendefinisikan siswa sebagai orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembang- kan. Potensi yang dimaksud yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi, siswa
adalah setiap orang yang memiliki sejumlah potensi dan berusaha untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga mengalami perubahan di
dalam dirinya. Pengembangan potensi yang dimiliki siswa dapat melalui proses pembelajaran di sekolah.
Pada penelitian ini, potensi kognitif siswa untuk mata pelajaran IPS dikembangkan melalui pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
32 kelompok, yaitu pembelajaran dengan menggunakan teknik quick on the draw.
Penggunaan teknik ini dalam pembelajaran IPS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemampuan bersosialisasinya dapat berkembang.
2.1.5.2 Karakteristik Siswa SD
Hidayati, Mujinem, dan Senen 2008: 1.27 menyatakan bahwa di Indonesia pada saat ini, anak usia SD dimulai dari usia 6 tahun sampai dengan 12
tahun. Secara psikologis, periode ini dikategorikan masa kanak-kanak akhir. Menurut Hurlock 1980: 146, anak pada periode ini mempunyai beberapa label
yang menjadi karakteristik anak pada masa kanak-kanak akhir, diantaranya label yang diberikan oleh pendidik dan ahli psikologi. Berikut label yang diberikan
kepada anak pada masa kanak-kanak akhir yaitu: 2.1.5.2.1 Label yang Digunakan oleh Pendidik
1 Usia sekolah dasar. Pada masa ini, anak diharapkan memperoleh dasar- dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian
diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.
2 Usia kritis dalam dorongan berprestasi. Pada masa ini, anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses.
2.1.5.2.2 Label yang Digunakan oleh Ahli Psikolog 1 Usia berkelompok. Perhatian utama anak yaitu agar diterima oleh teman-
teman sebaya sebagai anggota kelompok. 2 Usia penyesuaian diri. Anak menyesuaikan diri sesuai standar yang
disetujui kelompok. 3 Usia kreatif. Suatu masa dalam rentang kehidupan yang menentukan
apakah anak-anak menjadi pencipta karya yang baru dan orisinil.
33 4 Usia bermain. Anak mempunyai minat dan kegiatan bermain yang luas,
bukan karena banyaknya waktu untuk bermain. Label usia bermain juga diungkapkan oleh Kurnia dkk. 2007: 1.21 yang
menyebutkan bahwa periode siswa SD disebut dengan usia bermain, karena minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas dengan lingkungan yang lebih
bervariasi. Mereka bermain tidak lagi hanya dengan keluarga dan teman di sekitar rumah saja, tapi meluas dengan lingkungan dan teman-teman di sekolah. Mereka
senang bermain dalam kelompoknya dengan melakukan permainan yang konstruktif dan olahraga bergerak. Lebih lanjut Hidayatullah 2010 juga
mengungkapkan tentang karakteristik siswa SD, yaitu: 1
Senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bermuatan permainan.
2 Senang bergerak. Siswa SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar
30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang proses pembelajaran yang memungkinkan siswa berpindah atau bergerak.
3 Senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok
sebaya, siswa belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, setia kawan,
bertanggung jawab, dan bersaing dengan orang lain secara sehat sportif. Oleh karena itu, guru harus merancang proses pembelajaran agar siswa
bekerja atau belajar dalam kelompok. 4
Senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, siswa SD memasuki
tahap operasional konkret. Bagi siswa SD, penjelasan guru tentang materi
34 pelajaran akan lebih mudah dipahami jika siswa melakukan sendiri. Oleh
karena itu, guru hendaknya merancang proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, karakteristik siswa SD menurut para ahli, yaitu masih senang bermain bersama kelompoknya, bergerak, dan berpikir konkret. Mereka
melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bersama teman-teman sebaya- nya. Ketika mereka bersama dengan kelompoknya, mereka akan menyesuaikan
diri dengan kelompoknya. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan teknik pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif bersama kelompoknya, sehingga
siswa merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa SD. Teknik alternatif yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran IPS yaitu teknik quick on the draw. Teknik ini melibatkan siswa
secara aktif dalam suatu permainan bersama kelompoknya. Melalui teknik quick on the draw, diharapkan siswa dapat senang mengikuti pembelajaran, sehingga
hasil belajar siswa meningkat.
2.1.6 Pembelajaran Konvensional