Tahap sortasi ini dilakukan dengan tujuan menghilangan kotoran yang masih menempel, kemudian sortasi jenis mutu dan ukuran teri yang
diinginkan. 7.
Pengemasan Bahan pengemas untuk ikan teri nasi setengah kering harus cukup
kuat, tahan perlakuan fisik, mempunyai permeabilitas yang rendah terhadap air uap air, gas bau, tidak mudah ditembus minyak dan
lemak, tidak boleh melekat pada produk dan tidak boleh menulari produk. Pembungkus harus terbuat dari bahan yang baik dan
memenuhi persyaratan bagi produk, metode pengolahan dan pemasarannya. Teknis pengemasan produk harus dikemas dengan
cepat, cermat, secara saniter dan higienis. Pengemasan harus dilakukan dalam kondisi yang dapat mencegah terjadinya penularan
dan kontaminasi dari luar terhadap produk akhir.
2.4 Pemanfaatan penambahan ikan teri nasi dan wortel dalam pembuatan
pangsit goreng
Bahan dalam pembuatan pangsit goreng adalah tepung terigu, lemak, garam, telur, dan air. Tepung terigu merupakan salah satu bahan yang digunakan
dalam pembuatan adonan pangsit goreng. Pada penelitian ini pembuatan pangsit akan ditambahkan wortel kukus,
wortel parut dan ikan teri nasi asin. Alternatif pembuatan pangsit goreng dengan penambahan ikan teri nasi dan wortel dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu
aspek gizi dan kesehatan, dan aspek potensi.
2.4.1 Aspek Gizi dan Kesehatan
Wortel memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi Wortel mengandung energi sebesar 42 kilokalori, protein 1,2 gram, karbohidrat 9,3 gram, 3,3 g serat,
lemak 0,3 gram, kalsium 39 miligram, fosfor 37 miligram, dan zat besi 0 miligram dan ikan teri nasi memiliki kandungan Gizi 100 gr Ikan Teri Asin Energi 193
Kkal, Protein 42 g, Lemak 1,5 g, Karbohidrat 0 g, Kalsium 1200 mg, Fe 2,5 mr, Fosfor 300 mg, Vit A 0 g, Vit B 0,01 mg, Vit C 0 g. kandungan serat pada wortel
tinggi sehingga wortel digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kandungan serat pada pangsit. Ikan teri nasi yang salah satu menjadi sumber
kalsium juga digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan pangsit untuk meningkatkan kandungan kalsium pada pangsit.
2.4.2 Aspek Potensi
Ikan teri nasi dan wortel merupakan bahan pangan lokal yang banyak ditemui di Indonesia. Pada umumnya, ikan teri nasi dan wortel hanya dijual
dalam bentuk yang masih mentah. Ikan teri nasi dan wortel ini selalu ada karena tidak mengenal musim sehinnga mudah didapatkan. Bahan pangan lokal, ikan teri
nasi dan wortel akan ditambahkan dalam pembuatan pangsit goreng.
2.5 Kerangka Berfikir
Pada umumnya, dalam pembuatan pangsit goreng bahan utama yang digunakan adalah tepung terigu protein sedang. Kandungan yang ada dalam
pangsit perlu ditambahkan bahan makanan nabati yang kaya akan serat dan hewani yang menjadi salah satu sumber kalsium, penambahan ikan teri nasi dan
wortel dalam pembuatan pangsit menjadikan makanan ringan yang sehat. Bahan tambahan sebagai sumber serat dan kalsium merupakan bahan pangan lokal yang
murah dan mudah didapat. Hasil eksperimen akan dilakukan penilaian secara subyektif dan obyektif.
Secara subyektif menggunakan dua macam tipe pengujian yaitu uji inderawi dan uji organoleptik. Uji inderawi dilakukan untuk mengetahui perbedaan
penambahan ikan teri nasi dan wortel yang berbeda terhadap kualitas pangsit goreng dilihat dari aspek warna, tekstur dan rasa, sedangkan uji organoleptik
dilakukan untuk mengetahui faktor kesukaan masyarakat terhadap produk kulit pangsit goreng. Penilaian obyektif adalah penilaian yang dilakukan di
laboratorium untuk mengetahui kandungan pada pangsit goreng yaitu serat dan kalsium. Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada gambar 2.4
Skema krangka berfikir. - Pangsit goreng merupakan
makanan ringan yang bertekstur renyah dan berasa
gurih
- Penambahan kandugan serat dan kalsium
Penambahan wortel dan ikan teri nasi -
Produk lokal. -
Mengandung nilai serat tinggi dan kalsium
Eksperimen pembuatan pangsit goreng dengan penambahan ikan teri nasi dan wortel yang berbeda yaitu 40, 30, 20.
Solusi Menambahkan bahan pangan yang mengandung serat dan kalsium dari wortel dan ikan teri nasi
gambar 2.4 Skema Kerangka Berfikir
2.6 HIPOTESIS