Penyelesaian Hukum Terhadap Perdagangan Orang dalam pada Penjualan Saham BUMN

Selain itu, common law mengakui bahwa anggota dewan direksi dan komisaris sebagai pihak yang memegang kepercayaan fiduciary secara natural memiliki potensi untuk menyalahgunakan wewenangnya 106

D. Penyelesaian Hukum Terhadap Perdagangan Orang dalam pada Penjualan Saham BUMN

sehingga memungkinkan timbulnya konflik kepentingan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan BUMN dan publik.Anggota dewan direksi dan komisaris pada BUMN merupakan orang-orang yang dipilih negara sebagai penyelenggara negara dalam pengurusan BUMN. Konflik kepentingan negara tersebut dapat menimbulkan praktik kejahatan insider trading. Seperti yang terjadi pada kasus PT. PGN, yaitu anggota direksi yang dipilih oleh negara sebagai penyelenggara negara di BUMN terbukti melakukan transaksi saham perusahaan,dimana anggota direksi merupakan orang dalam yangdilarang melakukan transaksi efek atas perusahaan tersebut dan transaksi tersebutdimotivasi atas adanya informasi penting yang belum terbuka untuk publik yang hanya diketahui oleh orang dalam perusahaan. Artinya, dari kasus insider trading PT.PGN terjadi konflik kepentingan negara yaitu anggota direksi PT PGN menyalahgunakan wewenang dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadinya menyalahgunakan wewenang dan menggunakan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi. Kasus perdagangan orang dalam diidentikan dengan kasus 106 Ibid.,hlm. 292. Universitas Sumatera Utara pencurian.Bedanya bila pada pencurian konvensional objeknya adalah materi kepunyaan orang lain, maka pada perdagangan orang dalam objek pencurian tetap milik orang lain, tetapi dengan menggunakan informasi yang seharusnya menjadi milik umum, sehingga dengan begitu pelaku memperoleh keuntungan. Pada pencurian biasa, yang menderita kerugian adalah pemilik barang, maka pada kasus perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu banyak dan meluas, mulai dari lawan transaksi, sehingga kepada kewibawaan regulator dan kredibilitas pasar modal. Kalau kredibiltas sudah sirna, maka kepercayaan terhadap pasar modal akan berkurang 107 1. Pemeriksaan Sesuai dengan dasar hukum yang ada di dalam UUPM, UU OJK, Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Pemeriksaan Di Pasar Modal maka prosedur penyelesaiaannya dapat berupa: Dasar hukum dilakukannya pemeriksaan adalah pasal 100 UUPM. Di mana ketika OJK menduga telah, sedang, atau mencoba melakukan atau menyuruh, turut serta, membujuk, atau membantu melakukan pelanggaran terhadap UUPM ataupun peraturan pelaksananya maka OJK dapat melakukan pemeriksaan. 108 “Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lain yang dilakukan oleh Pemeriksa 6 Dasar hukum melakukan pemeriksaan berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 adalah: 107 M. Irsan Nasarudin, Op.Cit., hlm. 269. 108 Penjelasan Pasal 101 ayat 1, Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.” Berikut ini adalah tata cara pemeriksaan di pasar modal berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 JO Undang-Undang No.21 Tahun 2011 adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan baru dimulai setelah OJK mengeluarkan penetapan. Dalam hal ini adalah dewan komisioner OJK yang akan mengeluarkan penetapan setelah disusun program pemeriksaan yang memuat sekurang-kurangnya: 1 tujuan pemeriksaan; 2 ruang lingkup pemeriksaan; dan 3 saat dimulainya pemeriksaan. b. Hal – hal yang dapat dilakukan pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan adalah: 1 meminta keterangan, konfirmasi, dan atau bukti yang diperlukan dari pihak yang diperiksa dan atau pihak lain yang diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan; 2 memerintahkan pihak yang diperiksa untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan tertentu; 3 memeriksa catatan, pembukuan, dan atau dokumen pendukung lainnya; 4 meminjam atau membuat salinan atas catatan pembukuan, dan atau dokumen lainnya sepanjang diperlukan. Atas peminjaman yang Universitas Sumatera Utara dimaksud ini diberikan tanda bukti peminjaman yang menyebutkan secara jelas dan terinci jenis serta jumlahnya. 5 memasuki tempat atau ruangan tertentu yang diduga merupakan tempat menyimpan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya; dan 6 memerintahkan pihak yang diperiksa untuk mengamankan catatan, pembukuan, dan atau dokumen lainnya yang berada dalam tempat atau ruangan sebagaimana dimaksud dalam angka 5, untuk kepentingan pemeriksaan. c. Apabila pada saat dilakukan pemeriksaan, pihak yang diperiksa atau wakil atau kuasanya tidak ada di tempat, maka pemeriksaan tetap dapat dilangsungkan sepanjang ada pihak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk bertindak selaku yang mewakili Pihak yang diperiksa, terbatas untuk hal yang boleh dilakukannya, dan selanjutnya pemeriksaan ditunda untuk diulang pada kesempatan yang berikutnya. d. sebagai upaya pengamanan, maka sebelum pemeriksaan ditunda, pemeriksa dapat memerintahkan pihak yang diperiksa untuk melakukan tindakan sebagaimana dimaksud huruf b angka 6 di atas. e. apabila pihak yang diperiksa atau wakil atau kuasanya berada di tempat, tetapi menolak atau menghambat pelaksanaan pemeriksaan, maka yang bersangkutan wajib menandatangani surat pernyataan menolak atau menghambat pemeriksaan. Apabila terjadi penolakan untuk menandatangani surat pernyataan tersebut maka pemeriksa membuat Universitas Sumatera Utara berita acara tentang penolakan tersebut yang ditandatangani oleh pemeriksa. Surat pernyataan tersebut dapat dijadikan dasar untuk melakukan tahap penyidikan nantinya. 2. Pelaporan Pada tahap ini dapat dilihat dari PP Nomor 46 Tahun 1995 bahwa ada kewajiban dari pemeriksa untuk membuat laporan pemeriksaan untuk digunakan sebagai dasar untuk membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan disampaikan kepada dewan komisioner OJK. Apabila ditemukan bukti permulaan tentang adanya tindak pidana di bidang pasar modal, pemeriksaan tetap dilanjutkan dan pemeriksa wajib membuat laporan kepada kepala eksekutif pengawas pasar modal untuk kemudian di laporkan kepada dewan komisioner OJK mengenai ditemukannya bukti permulaan tindak pidana tersebut. 3. Penyidikan Berdasarkan laporan mengenai adanya bukti permulaan adanya tindak pidana, maka dewan komisioner OJK menyatakan menetapkan dimulainya penyidikan dan surat pernyataan penolakan sebagaimana yang dijelaskan pada bagaian pemeriksaan dapat dijadikan dasar untuk dimulainya penyidikan. 4. Pemberian Sanksi Administratif Dalam bidang pasar modal, yang mempunyai wewenang penuh adalah OJK sehingga Dewan Komisioner OJK dapat memberikan sanksi Universitas Sumatera Utara administrasi terhadap pelanggaran ketentuan UUPM atau yang disebut dengan kejahatan pasar modal yang dibahas pada skripsi ini yang telah memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran di BEI. 41 Sanksi administratif yang dapat diberikan dapat berupa peringatan tertulis; denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu; pembatasan kegiatan usaha; pembekuan kegiatan usaha; pencabutan izin usaha; pembatalan persetujuan; dan pembatalan pendaftaran. Dan berdasarkan UU OJK Pasal 9 maka selain sanksi administratif dari UUPM diatas, OJK dapat memberikan danatau mencabut izin usaha; izin orang perseorangan. efektifnya pernyataan pendaftaran; surat tanda terdaftar; persetujuan melakukan kegiatan usaha; pengesahan; persetujuan atau penetapan pembubaran; dan tindak lanjut oleh penuntut umum.Apabila dalam penyidikan ditemukan adanya unsur – unsur pidana, maka Bapepam OJK wajib menyerahkan untuk ditindaklanjut oleh jaksa penuntut umum. Jaksa wajib menindaklanjuti dan memutuskan tindak lanjut hasil penyidikan sesuai kewenangannya paling lama 90 sembilan puluh hari sejak diterimanya hasil penyidikan. 109 109 Pasal 50 ayat 2Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Dari kasus-kasus pelanggaran perundang- undangan di atas, sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas tentang kejahatan pasar modal, bahwa selama ini belum ada satu kasus pun yang penyelesaiannya diselesaikan melalui jalur pidana, tetapi kasus yang muncul kebanyakan berupa penjatuhan sanksi administrasi yang penyelesaiannya Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh OJK. 110 1. Orang dalam yang dimaksud dalam kasus ini adalah Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan Juli 2006 s.d. Maret 2007 yaitu Adil Abas, Nursubagjo Prijono, WMP Simanjuntak, Widyatmiko Bapang, Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo, Rosichin, Thohir Nur Ilhami. Terhadap praktek insider trading dapat dikenakan sanksi pidana, sanksi administratif dan sanksi perdata. Lebih jelas terdapat pada Pasal 104 Undang- undang Pasar Modal, bahwa setiap pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 90, pasal 91, pasal 92, pasal 93, pasal 95, pasal 96, pasal 97 ayat 1 dan pasal 98 diancam penjara paling lam 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp 15.000.000.000,00 lima belas milyar rupiah. Kasus PT PGN dikatakan melakukan pratek insider trading karena telah memenuhi unsur – unsur dalam UUPM, yakni: 2. Mereka mempunyai informasi mengenai penundaan rencana proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN yang belum disampaikan kepada umum. 3. Orang dalam tersebut melakukan perdagangan pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007, 9 orang dalam PGAS melakukan transaksi saham PGAS. Berdasarkan kasus insider trading yang dilakukan oleh PT PGN tersebut dan keputusan Bapepam, maka dapat dilihat beberapa hal, yakni: 1. Bahwa keterlambatan penyampaian informasi tentang fakta materialselama 35 hari merupakan pelanggaran terhadap pasal 86 UUPM dimana ada kewajiban bagi perusahaan publik untuk menyampaikan laporan kepada Bapepam dan 110 Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm 87. Universitas Sumatera Utara mengumumkannya kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 kedua setelah terjadinya peristiwa tersebut. Yang merupakan pelanggaran terhadap prinsip disclosure principle prinsip keterbukaan yang terdapat pada pasal 1 angka 25 UUPM yang berbunyi: “Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaru terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut.”Tujuan penerapan prinsip keterbukaan di pasar modal adalah untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien karena dapat menghindarkan atau meminimalkan kejadian yang dapat menimbulkan akibat buruk bagi investor publik. 111 2. Adanya pelanggaran terhadap pasal 93 UUPM dimana berdasarkan kasus tersebut dapat kita ketahui bahwa terjadi perubahan rencana proyek PT PGN namun tidak dipublikasikan sehingga untuk menjamin adanya kepastian hukum Bapepam memberikan sanksi administratif berupa denda 5 miliar kepada direksi yang disebutkan di atas. 49 Sehingga Bapepam untuk menjamin kepastian hukum memberikan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp.35.000.000 kepada PT. PGN. 3. Pada kasus PT PGN ini, jelas dapat dilihat bahwa adanya penurunan harga saham PT PGN diikuti dengan transaksi perdagangan saham yang dilakukan 111 Bismar Nasution, Op.Cit., hlm. 250. Universitas Sumatera Utara oleh orang dalam yang disebutkan di atas yang menerima sanksi administratif berupa denda 5 Miliar. Para insider telah melanggar fiduciary duty mereka. Mereka yang mengetahui adanya fakta materil atau informasi yang menyebabkan harga saham turun namun informasi tersebut belum disampaikan kepada publik dan mereka telah melakukan transaksi saham PT PGN itu sendiri. Hal ini jelas adanya praktek insider trading yang melanggar pasal 95 UUPM. Dengan mempertimbangkan bahwa mereka merupakan orang yang wajib memegang fudiciary obligations dalam hal loyalitasnya kepada perusahaan yang merupakan tanggung jawab mereka untuk tidak memanfaatkan keuntungan dari informasi rahasia yang diperoleh sehubung dengan pekerjaannya di perusahaan. 112

E. Perlindungan Hukum terhadap Investor yang Dirugikan Akibat Adanya Perdagangan Orang Dalam