KOMPARASI HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN DASAR SURAT MENYURAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW KELAS X AP 1 DENGAN X AP 2 SMK WIDYA MANGGALA PURBALINGGA

(1)

i

KOMPARASI HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN

DASAR SURAT MENYURAT MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN JIGSAW KELAS X AP 1

DENGAN X AP 2 SMK WIDYA MANGGALA

PURBALINGGA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Ety Purnaningsih

NIM 7101408154

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Harnanik, M.Si. Ismiyati, S.Pd., M.Pd. NIP. 195108191980032001 NIP. 198009022005012002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M.Pd. NIP. 195604211985032001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 18 September 2012

Penguji Skripsi

Drs. Ade Rustiana, M.Si. NIP. 196801021992031002

Anggota 1 Anggota II

Dra. Harnanik, M.Si. Ismiyati, S.Pd.,M.Pd. NIP. 195108191980032001 NIP. 198009022005012002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi

Dr. S. Martono, M.Si. NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau karya orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, September 2012

Ety Purnaningsih NIM 7101508154


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Belajar adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang baik, untuk mencapainya perlu adanya model pembelajaran yang tepat.

(Ety Purnaningsih)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Ibu dan Bapakku


(6)

vi PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya berupa kesehatan dan ketenangan sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Komparasi Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Jigsaw siswa kelas X AP 1 dengan X AP 2 Pada Pokok Bahasan Dasar Surat Menyurat Kelas X AP SMK Widya Manggala Purbalingga” dapat selesai.

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis memahami bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono M. Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 3. Dra. Nanik Suryani, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Dra. Harnanik, M.Si, dosen pembimbing 1 yang dengan penuh kesabaran serta tanggung jawab memberikan bimbingan dan arahannya.

5. Ismiyati, S.Pd, M.Pd, dosen pembimbing 2 yang dengan penuh kesabaran serta tanggung jawab memberikan bimbingan dan arahanya.

6. Dosen penguji yang dengan bijak memberi pengarahan dan masukkan dalam skripsi ini.


(7)

vii

7. Sumitro, S.Pd, Kepala SMK Widya Manggala Purbalingga yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Kusmiyati, S.Pd, guru mata diklat melakukan prosedur administrasi SMK Widya Manggala Purbalingga yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penelitian.

9. Siswa siswi kela X AP 1 dan X AP 2, yang bersedia menjadi kelas penelitian dalam penelitian ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Semoga segala kebaikan yang diperbuat mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semarang, September 2012


(8)

viii SARI

Purnaningsih, Ety. 2012. “ Komparasi Hasil Belajar Pokok Bahasan Surat Menyurat Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Siswa Kelas X AP 1 dengan X AP 2 di SMK Widya Manggala Purbalingga”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1. Dra. Harnanik, M. Si. II. Ismiyati, S.Pd., M.Pd. 76 halaman.

Kata kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Jigsaw

Proses belajar mengajar di sekolah diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat mengarahkan siswa melakukan aktivitas belajar secara efektif dan efisien. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Hasil observasi awal di SMK Widya Manggala Purbalingga diperoleh data bahwa pembelajaran surat menyurat di kelas X AP memiliki indikasi belajar yang belum memenuhi KKM. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan hasil belajar pokok bahasan dasar surat menyurat melalui model pembelajaran Jigsaw siswa kelas X AP 1 dengan X AP 2 di SMK Widya Manggala Purbalingga. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui solusi dari permasalahan yang ada.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP SMK Widya Manggala Purbalingga tahun ajaran 2011/2012. Kelas X AP 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X AP 2 sebagai kelas eksperimen 2. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, dokumentasi dan tes. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistik atau inferensial menggunakan SPSS 17 for Windows. Analisis Inferensial dilakukan dengan uji independent sample T-test.

Hasil penelitian menyatakan bahwa data berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama (homogen). Pengujian independent sample T-test

membuktikan bahwa nilai signifikansi (α) < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dan nilai thitung bernilai positif. Artinya, ada perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen 1 yaitu sebesar 8,67 dan kelas eksperimen 2 sebesar 8,24, karena nilai thitung positif maka rata-rata nilai kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar siswa kelas X AP 1 dengan X AP 2 yang menggunakan model pembelajaran Jigsaw pokok bahasan dasar surat menyurat kelas X AP SMK Widya Manggala Purbalingga. Saran dalam penelitian ini adalah guru perlu menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada pokok bahasan dasar surat menyurat agar hasil belajar meningkat dan dapat memotivasi siswa agar lebih aktif.


(9)

ix ABSTRACT

Purnaningsih, Ety. 2012. The comparison of the study result in Lettering topic through jigsaw learning model X AP 1 and X AP 2 class student in SMK Widya Manggala Purbalingga.Thesis. Department of Economic Education. University.Supervisor1. Dra. Harnanik, M.Si. II. Ismiyati, S.Pd., M.Pd.

Keywords: study result, jigsaw learning model

The teaching learning process at school is expected to create a learning condition that can lead the students to study effectively and efficiently. One of the ways is the use of the correct learning model. The initial result in SMK Widya Manggala Purbalingga is that learning process of the lettering in X AP class did not have the study indication yet that reach the standard score (KKM). In order to overcome this problem, jigsaw learning models are applied to increase the studet’s study result. The problem of this research is whether the use of jigsaw learning models have difference or not in lettering topic of SMK Widya Manggala Purbalingga. The purpose of the study is to determine the solution of those problem.

The population of this study is the X AP class of SMK Widya Manggala Purbalingga in the academic year of 2011/2012. The X AP 1 class is the first experimental class and the X AP 2 is the second experimental class. The methods of data collection on this research are observation, documentation and testing. The method of analyzing data are analysis descriptive analysis and the statistics analysis or inferential by using SPSS 17 for windows. Inferential analysis was done by independent test sample T-test.

The study states that the data are normally distributed and have equal variance (homogeneous). Testing independent sample T-test has proved tha tthe value of significance (α) < 0.05 that 0.03, so Ho is rejected and Ha is accepted and tcount value is positive. That is, there is an average difference between experimental class 1 which equal to 8,67 and 8,24 for class 2 experiments. Due to the positive tcount, the average value ofexperimental class 1 is higher than the experimental class2.

Based on this study, it can be concluded that there is a difference between the study result of Jigsaw learning model in lettering topic which have been X AP 1 and X AP 2 class student of SMK Widya Manggala Purbalingga. Knowing the result it is suggested that teachers should use the Jigsaw learning model in lettering topic conducted in to increase the study result and motivate the students to be more active.


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB 11 LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Kajian Tentang Hasil Belajar ... 12

2.1.1 Pengertian Belajar ... 12


(11)

xi

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 13

2.1.4Tipe Hasil Belajar ... 13

2.2 Kajian tentang Model Pembelajaran ... 17

2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran ... 17

2.2.2 Pengertian Pendekatan Kooperatif ... 17

2.2.3 Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ... 18

2.2.4 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 19

2.2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 20

2.2.6Model Pendekatan Kooperatif ... 22

2.3 Kajian Model Pembelajaran Jigsaw ... 23

2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw ... 23

2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw .... 24

2.3.3Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw ... 24

2.3.4Peranan Guru dalam Kegiatan Pembelajaran ... 27

2.3.5Skema Kegiatan Model Pembelajaran Jigsaw ... 28

2.3.6Pengaruh Positif Model Pembelajaran Jigsaw ... 29

2.4 Pokok Bahasan Dasar Surat Menyurat ... 29

2.5 Penelitian yang Relevan ... 29

2.6 Kerangka Berpikir ... 30

2.7 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN………... . 34

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 34


(12)

xii

3.3 Variabel Penelitian ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.5 Analisis Instrumen ... 37

3.5.1 Validitas ... 37

3.5.2 Reliabilitas ... 39

3.5.3 Daya Pembeda Soal ... 41

3.5.4 Tingkat Kesukaran Soal ... 42

3.6 Pelaksanaan Penelitian ... 44

3.7 Analisis Data ... 47

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 47

3.7.2 Analisis Statistik ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.1.1 Hasil Analisis Data Kondisi Awal ... 54

4.1.2 Hasil Analisis Data Awal ... 55

4.1.3 Hasil Analisis Data Akhir ... 57

4.2 Pembahasan ... 69

4.2.1 Hasil Belajar Siswa... 69

4.2.2 Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa ... 71

4.2.3 Keterbatasan Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1 Kesimpulan ... 75


(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Data Ulangan Harian Siswa ... 9

2.1. Sintak Pendekatan Pembelajaran Kooperatif ... 21

2.2. Tahap Kegiatan Model Pembelajaran Jigsaw ... 27

2.3. Skema Kegiatan Pembelajaran Model Jigsaw ... 28

3.1. Desain Penelitian ... 34

3.2. Analisis Validitas Butir Soal ... 39

3.3. Analisis Daya Pembeda Butir Soal ... 42

3.4. Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 43

4.1. Hasil Analisis Uji Normalitas ... 56

4.2. Hasil Analisis Uji Homogenitas ... 57

4.3. Kategori Tingkat Aktivitas Kinerja Guru ... 58

4.5. Hasil Aktivitas Siswa Kelas Eksperiman 1 ... 59

4.6. Hasil Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 60

4.7. Kategori Tingkat Aktivitas Siswa ... 61

4.8. Deskripsi Hasil Pretest ... 62

4.9. Hasil Analisis Normalitas Pretest ... 63

4.10. Hasil AnalisisHomogenitas Pretest ... 64

4.11. Deskripsi Hasil Posttest ... 65

4.13. Hasil Analisis Normalitas Posttest ... 66


(15)

xv


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 79

2. Daftar Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 80

3. Daftar Siswa Kelas Uji Coba ... 81

4. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 82

5. Soal Uji Coba ... 83

6. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 95

7. Hasil Analisis Soal Uji Coba ... 96

8. Data Awal Ujian Semester 1 ... 112

9. Hasil Analisis Uji Normalitas dan Homogenitas Data Awal ... 113

10.RPP ... 115

11.Materi ... 131

12.Kisi-kisi Soal Pretest ... 138

13.Soal Pree Test ... 139

14.Kunci Jawaban Soal Pretest ... 146

15.Lembar Jawab Pretest ... 147

16.Nilai Pree Test ... 148

17.Hasil Analisis Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest ... 153

18.Kisi-kisi Posttest ... 155


(18)

xviii

20.Kunci Jawaban Soal Posttest ... 163

21.Lembar Jawab Posttest ... 164

22.Nilai Post Test ... 165

23.Hasil Analisis Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest ... 170

24.Hasil Analisis Uji Perbedaan Rata-rata Posttest ... 172

25.Lemabar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 1 dan 2 ... 173

26.Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 174

27.Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 179

28.Lembar Observasi Kinerja Guru ... 185

29.Hasil Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen 1 ... 187

30.Hasil Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen 2 ... 189

31.Kisi-kisi Penugasan ... 192

32.Soal Penugasan ... 193

33.Contoh Pekerjaan Siswa ... 194

34.Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 1 dan 2 ... 196

35.Nilai Kelompok ... 198

36.Dokumentasi ... 200

37.Surat Ijin Observasi ... 202

38.Surat Ijin Penelitian ... 203

39.Surat Validator Instrumen Penelitian ... 204


(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003). Oleh karena itu setiap lembaga pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Salah satu kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan adalah guru, karena dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang terampil, potensial dan berkualitas. Guru melaksanakan tugasnya baik sebagai perencana pengajaran, pelaksana, maupun evaluator pengajaran.


(20)

2

Guru diharapkan memodifikasi rancangan dan pelaksanaan pengajaran, berperan aktif serta menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan harapan.

Hasil belajar merupakan suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang dan akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik (Munawar, 2009: 1). Masyarakat pada umumnya, siswa dan guru pada khususnya selalu menginginkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara garis besar terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya disiplin belajar, kondisi fisiologis (keadaan fisik dari siswa), dan kondisi psikologi (kecerdasan, bakat, minat, motivasi). Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya faktor lingkungan, alat instrumen (kurikulum, model pembelajaran, sarana dan fasilitas serta guru atau pengajar) (Slameto, 2010: 54). Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran.

Model pembelajaran dipandang memiliki peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar, karena model


(21)

pembelajaran bergerak dengan melihat kondisi kebutuhan anak didik, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan. Sebaliknya, siswa diharapkan dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti pembelajaran, dengan keingintahuan yang berkelanjutan. Suatu model pembelajaran dalam proses belajar melakukan prosedur administrasi belum tentu cocok untuk setiap pokok bahasan, sehingga guru harus dapat memilih suatu model pembelajaran yang sesuai agar terjadi proses interaksi antara guru dengan siswa sebagaimana yang dikehendaki.

Proses belajar mengajar guru hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus di hargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana terbuka, akrab dan saling menghargai. Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan perintah dan intruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan atau dengan kata lain pendekatan pembelajaran seperti itu berpusat pada “guru (teacher centered approaches) bukan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches) (Rusman, 2011:132). Pendekatan pembelajaran seperti cooperative learning merupakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran karena memberi kesempatan


(22)

4

kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Pendekatan pembelajaran kooperatif, didalamnya mengandung saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, dan mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat juga meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain (Rusman, 2011:205). Pendekatan pembelajaran kooperatif memiliki beberapa model pembelajaran yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (Team Assisted Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, penelitian kelompok (Group Investigation) dan CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) (Slavin, 2008:11). Penelitian ini memilih model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran Jigsaw sebagai objek eksperimen.


(23)

Model pembelajaran kooperatif Jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya sehingga siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Rusman, 2011:218). Adapun tahap-tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara lain, yaitu membaca (siswa membaca materi yang diberikan oleh guru), diskusi kelompok ahli (siswa dengan materi yang sama bertemu dan mendiskusikan materi tersebut), laporan tim (masing-masing perwakilan kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan apa yang mereka dapat dari diskusi) dan tes (evaluasi dari apa yang mereka pelajari) (Slavin, 2008:241).

Kegiatan pembelajaran yang menggunakan model Jigsaw lebih

menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri

materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari

melalui internet. Guru dalam proses pembelajaran berperan sebagai

fasilitator, motivator dan evaluator sehingga pelaksanaan pembelajaran

tidak berpusat pada guru, tetapi siswa diajak untuk dapat memecahkan

masalah yang dihadapi bersama dengan kelompoknya, siswa dapat


(24)

6

mengembangkan keterampilan, kreatifitas, kemampuan berpikir sendiri,

berdiskusi dan belajar bersama dengan teman-teman satu kelompoknya

yang dibentuk dalam sebuah tim, sehingga apabila siswa malu bertanya

pada guru, siswa dapat bertanya pada teman satu kelompoknya.

Penerapan model pembelajaran menyesuaikan yang akan dicapai dalam mata diklat Melakukan Prosdur Administrasi. Diantaranya bahwa, pokok bahasan mata diklat melakukan Prosedur Administrasi dapat diterapkan menggunakan satu model pembelajaran saja. Oleh karena setiap pokok bahasan mata diklat melakukan Prosedur Adminitrasi memiliki karakteristik tertentu yang hanya bisa diterapkan dengan suatu model pembelajaran tertentu pula. Pokok bahasan mata diklat yang digunakan dalam penelitian adalah dasar surat menyurat. Dasar surat menyurat merupakan pelajaran tentang kegiatan yang berhubungan dengan surat menyurat atau korespodensi di dalam dunia kerja.

Surat menyurat memegang peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga surat harus ditangani secara khusus dan profesional dan oleh orang yang betul- betul mampu menangani secara baik dan terorganisir, sehingga aktivitas guru dan siswa sebagai pelaku utama dalam kegiatan pembelajaran mutlak diperlukan demi terciptanya tujuan belajar. Pokok bahasan ini mencangkup peranan surat-menyurat sebagai alat komunikasi, tujuan penulisan surat, fungsi surat, bahasa surat, dan perlengkapan surat. Pembahasan materi tersebut membutuhkan pemahaman dan keterampilan siswa. Pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa dapat bekerja


(25)

sama dengan anggota kelompoknya. Siswa mempelajari bagaimana cara menyusun surat yang baik sesuai dengan kaidah penulisan dan mengerjakan lembar diskusi dengan bekerja sama antar anggota kelompknya. Pokok bahasan ini banyak memuat soal-soal yang bersifat teori-teori yang tidak hanya berupa hafalan, namun juga harus dipahami oleh siswa.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan salah satu pengampu mata diklat melakukan prosedur administrasi di SMK Widya Manggala Purbalingga, proses pembelajaran di kelas X AP terlihat bahwa proses belajar mengajar masih tersentral pada guru yang hanya menggunakan metode ceramah yaitu dengan mengkombinasikan ceramah dan pemberian tugas, guru hanya cenderung menjelaskan materi dan memberikan latihan soal dan hanya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar. Proses pembelajaran yang hanya berpusat pada guru seperti ini kurang memotivasi siswa untuk belajar aktif dan cenderung malas pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kondisi ini terlihat dengan sedikitnya siswa dalam kelas yang benar-benar mengikuti pelajaran dengan baik dan ada sebagian siswa yang berbicara dengan teman lain pada proses belajar mengajar berlangsung, bahkan ada juga siswa yang mengganggu siswa lain sehingga proses belajar mengajar sering tidak kondusif. Motivasi siswa yang kurang baik dan cenderung malas dalam proses pembelajaran juga terdapat siswa yang lambat menerima materi pelajaran dan tidak mampu mengimbangi siswa


(26)

8

lain yang kemampuan akademiknya lebih tinggi, sehingga siswa tersebut mengalami kesulitan dalam memahami materi, itu terlihat pada saat guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, mereka hanya diam dan tidak mau bertanya serta pada saat mengerjakan tugas individu, mereka mengerjakan secara mengelompok. Kondisi tersebut juga menyebabkan siswa yang belajar secara individu kurang ada interaksi sehingga menimbulkan kebosanan siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut masalah yang mendesak dan sangat penting untuk diselesaikan adalah masalah rendahnya aktivitas siswa. Aktivitas sangat penting untuk diselesaikan karena dalam proses pembelajaran, aktivitas dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangya aktivitas siswa tersebut mengakibatkan rendahnya hasil belajar mata diklat melakukan prosedur administrasi.

Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa 2 tahun terakhir yaitu ulangan harian siswa yang nilainya masih dibawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sebesar 80. Standar KKM ini ditentukan dari SMK Widya Manggala Purbalingga. Hal ini dimaksudkan untuk memacu semangat belajar siswa. Nilai siswa dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut ini:


(27)

Tabel 1.1 Hasil Ketuntasan Siswa Kelas X AP Tahun Ajaran 2009/2010 dan 2010/2011

Tahun Ajaran

Kelas KKM Tuntas Blm Tuntas Tuntas % Blm Tuntas % 2009/ 2010

X AP 1 X AP 2

80 80 15 18 18 16 45,45% 52,94% 54,46% 47,06% 2010/ 2011

X AP 1 X AP 2

80 80 15 17 15 16 50% 51,52% 50% 48,48% (Sumber: data primer yang diolah)

Mengantisipasi masalah tersebut salah satunya diperlukan model pembelajaran yang baik dalam menyajikan pokok bahasan ini agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan dasar surat menyurat.

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini ingin membandingkan hasil belajar mata diklat melakukan prosedur administrasi pokok bahasan dasar surat menyurat antara siswa kelas X AP 1 dengan X AP 2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran, jam dan guru yang sama, dengan judul penelitian: “ KOMPARASI HASIL BELAJAR POKOK BAHASAN DASAR SURAT MENYURAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW KELAS X AP 1 DENGAN X AP 2 SMK WIDYA MANGGALA PURBALINGGA”.


(28)

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah “ Adakah perbedaan hasil belajar antara siswa kelas X AP 1 dengan X AP 2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada pokok bahasan Dasar Surat Menyurat di SMK Widya Manggala Purbalingga tahun ajaran 2011/2012?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar antara siswa kelas X AP 1 dengan X AP 2 yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw pada pokok bahasan Dasar Surat Menyurat di SMK Widya Manggala Purbalingga tahun ajaran 2011/2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Guru, diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal khususnya dalam mata diklat melakukan prosedur administrasi.

2 Siswa, dapat meningkatkan pemahaman yang mendalam mengenai materi yang diajarkan dan menciptakan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pelajaran melakukan prosedur administrasi.

3 Sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran.


(29)

4 Peneliti, dapat memecahkan masalah dalam penelitian sehingga akan diperoleh metode yang baik dalam pembelajaran khususnya pembelajaran pokok bahasan dasar surat menyurat.

5 Peneliti lain, dari hasil penelitian yang dilaksanakan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian di masa yang akan datang.


(30)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Tentang Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar

“Belajar ialah suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” (Slameto, 2010:2). “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatife mantap berkat latihan dan pengalaman” (Hamalik, 2009:154). Kedua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam rangka mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, sikap dan psikomotorik sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

“Hasil belajar adalah perubahan prilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar “(Anni, 2007:5). Menurut Suprijono (2011:5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap dan keterampilan”. Perubahan sebagai hasil proses belajar dan ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain dalam diri individu yang belajar. Kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku seseorang baik sikap atau keterampilan setelah mengalami aktivitas belajar.


(31)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern

dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada didalam individu.

1) Faktor-faktor intern.

a) Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan, cacat tubuh.

b) Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kesiapan.

c) Faktor kelelahan. 2) Faktor-faktor ekstern.

a) Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah meliputi model pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

c) Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2010: 54-71).

2.1.4 Tipe-tipe Hasil Belajar

Hasil belajar secara menyeluruh harus mencerminkan tujuan pendidikan. Benjamin S. Bloom dalam bukunya Sudjana (2009:49-54) berpendapat bahwa “tujuan pendidikan yang hendak dicapai dapat digolongkan menjadi tiga bidang atau ranah, yakni 1) bidang kognitif, 2) bidang efektif, dan 3) bidang psikomotor”, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :


(32)

14

a. Tipe hasil belajar bidang kognitif meliputi :

a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan ( knowledge)

Termasuk dalam pengetahuan hafalan ini adalah pengetahuan yang sifatnya faktual dan pengetahuan mengenai hal-hal yang perlu di ingat kembali seperti batas peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus dan lain-lain.

b) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehension)

Ada tiga pemahaman yang berlaku umum yaitu:

1. Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami kalimat bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, pengertian Bhineka Tunggal Ika dan lain-lain.

2. Pemahaman penafsiran misalnya, memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda dan lain-lain.

3. Pemahaman ekstrapolasi yakni kesanggupan melihat di bilik yang tertulis, tersirat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.

b. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)

Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrakkan suatu konsep, ide, rumus dan hukum dalam situasi baru, misalnya memecahkan persoalan dengan rumus tertentu, menerapkan suatu dalit atau hukum dalam suatu persoalan, jadi dalam aplikasi harus ada konsep, teori hukum dan rumus.


(33)

c. Tipe hasil belajar analisis

Analisis adalah kemampuan untuk mengurangi suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian yang lebih kecil dan mempunyai arti.

d. Tipe hasil belajar sintesis

Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.

e. Tipe hasil belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai suatu berdasar pada kemampuan yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya.

f. Tipe hasil belajar bidang efektif

Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa tingkatan bidang efektif yaitu :

a) Receiving atau Attending adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik demi bentuk masalah situasi atau gejala.

b)Responding atau jawaban adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.

c) Valuing atau penilaian adalah berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi.


(34)

16

d)Organizing atau organisasi yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai adalah keterpaduan dari

sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

g. Tipe hasil belajar Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu:

a) Gerakan reflek

b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar

c) Kemampuan berseptual termasuk di dalamnya membedakan visual membedakan auditif, motorik dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuasaan, keharmonisan, ketetapan dan lain-lain.

e) Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang komplek.

f) Kemampuan seperti gerakan ekspresif, interprestasi dan sebagainya.


(35)

2.2 Kajian Tentang Model Pembelajaran 2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran

“Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain”

(Joyce dan Weil dalam bukunya Rusman, 2011:133). “Model

pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial” (Suprijono, 2011:46). Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

2.2.2 Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.


(36)

18

2.2.3 Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan Johnson dalam bukunya Suyitno (2011:51-52) unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif

Semua anggota kelompok bekerja secara sinergis dalam mengembangkan kelompoknya. Dalam hal ini, guru harus memberikan tugas yang berbeda-beda untuk setiap anggota kelompok sehingga setiap anggota kelompok bergantung dan bertanggung jawab terhadap anggota yang lainnya dalam kelompok itu. Termasuk untuk menciptakan saling ketergantungan ini adalah cara penilaian yang unik. Setiap siswa selain mendapat nilai individual juga mendapat niai dari kelompoknya. Besarnya nilai kelompok bergantung pada sumbangan yang diberikan oleh setiap individu, yakni selisih nilai tes dari nilai rata-rata yang diperoleh individu.

b. Tanggung jawab perseorangan

Dengan tugas yang berbeda-beda, setiap anggota kelompok bertanggung jawab menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya untuk dilaporkan kepada teman-teman sekelompoknya.

c. Interaksi tatap muka

Setiap anggota kelompok berkesempatan untuk menyampaikan hasil kerjanya.


(37)

d. Komunikasi antar anggota

Komunikasi dalam kelompok harus merata pada setiap individu anggota kelompok, tidak boleh didominasi oleh siswa tertentu.

e. Evaluasi proses kelompok

Untuk melakukan refleksi apakah kerja kelompoknya sudah baik atau perlu ada perbaikan. Refleksi ini tidak harus dilakukan pada setiap kerja kelompok, tapi dapat dilakukan secara berjangka.

2.2.4 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional diorientasikan pada kegagalan orang lain. Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh (Rusman, 2011:209), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah


(38)

20

norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap keragaman

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

2.2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut model pembelajaran kooperatif yang diuraiakan oleh (Suprijono, 2011:65-66) adalah sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.


(39)

Tabel 2.1 Sintak Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Sintaks Pembelajaran

Kooperatif

Tingkah Laku Guru Fase 1: present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3: organize students into

learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: assit team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi

pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Berdasarkan enam fase sintaks pembelajaran kooperatif di atas, maka pembelajaran dalam kooperatif dimulai dengan guru menginformasikan tujuan-tujuan dari pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Langkah selanjutnya adalah siswa di bawah bimbingan guru bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang saling bergantung. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi penyajian produk akhir kelompok atau mengetes apa yang telah dipelajari oleh siswa dan pengenalan kelompok dan usaha-usaha individu.


(40)

22

2.2.6 Model Pendekatan Pembelajaran Kooperatif

Model pendekatan pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan oleh guru dalam mengajar ada 4 yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), Jigsaw, penelitian kelompok (Group Investigation) dan

Structural.

a. Student Teams Achievement Divisions

Guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu dapat menguasai pelajaran tersebut. Semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain.

b. Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Tugas guru di sini membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil.


(41)

c. Group Investigation (GI)

Pembelajaran kooperatif model GI sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi yang mengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah. Model pembelajaran GI sangat ideal diterapkan dalam pembelajaran biologi (IPA).

d. Struktural

Pembelajaran kooperatif model struktural menekankan adanya hubungan kuat antara yang siswa lakukan dengan yang siswa pelajari, yaitu interaksi di dalam kelas telah memberi pengaruh besar pada perkembangan siswa pada sisi sosial, kognitif, dan akademisnya (Rusman, 2011:213-225).

2.3 Kajian Model Pembelajaran Jigsaw 2.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan rekan-rakannya. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil (Rusman, 2011:218).

Menurut (Slavin, 2008:237) teknik mengajar Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep dari pada penguasaan kemampuan.


(42)

24

2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut (Azis, 2010:1) mengemukakan bahwa sebagai salah satu model pembelajaran, model kooperatif tipe Jigsaw mempunyai kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya di dalam kelas, sebagai berikut: a. Kelebihan:

a) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan.

b) Guru dapat memberikan seluruh kreativitas kemampuan mengajar. c) Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan

yang dihadapi dalam mempelajari materi

d) Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya.

b. Kelemahan:

Walaupun Jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang fleksibel, namun kelemahan metode ini adalah:

a) Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah.

b) Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran.

2.3.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut (Wena, 2009:194-195), langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan kelompok asal

Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen


(43)

b. Pembelajaran pada kelompok asal

Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari sub materi pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individu

c. Pembentukan kelompok ahli

Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam submateri pelajaran. Kemudian masing-masing ahli yang memiliki submateri yang sama bergabung menjadi satu yang disebut dengan kelompok ahli.

d. Diskusi kelompok ahli

Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggungjawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan masalah yang menyangkut sub materi pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. e. Diskusi kelompok ahli (induk)

Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing kemudian setiap kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain.


(44)

26

f. Diskusi kelas

Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

g. Pemberian kuis

Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.

h. Pemberian penghargaan kelompok

Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Langkah model pembelajaran jigsaw, untuk kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli, kelompok ahli merupakan kelompok siswa yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian menjelaskan kepada anggota kelompok asalnya. Berdasarkan uraian diatas secara sederhana tahapan langkah pembelajaran kooperatif dengan model jigsaw dapat dideskripsikan pada tabel sebagai berikut :


(45)

Tabel 2.2. Tahapan-tahapan Kegiatan Model Pembelajaran Jigsaw

Tahapan Kegiatan Keterangan

Pertama Membentuk kelompok besar yang heterogen

Guru membagi siswa dalam kelompok yang

berjumlah 5-6 orang disebut kelompok asal

Kedua Membagikan tugas materi membentuk ahli

Membagi tugas materi yang berbeda pada tiap

siswa dalam tiap kelompok Ketiga Diskusi kelompok ahli Siswa berdiskusi dalam

kelompok berdasarkan kesamaan materi yang diberikan pada masing-masing siswa

Keempat Diskusi kelompok besar/asal

Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok

asalnya masing-masing berdasarkan ketentuan guru Kelima Pemberian kuis

individu semua materi

Guru melakukan penilaian untuk mengukur

kemampuan dan hasil belajar siswa mengenai seluruh pembahasan

Keenam Pemberian Penghargaan

Memberikan penghargaan kepada kelompok

dan siswa berprestasi

2.3.4 Peranan Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Model Jigsaw Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) model pembelajaran Jigsaw antara lain:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.

2. Menempatkan siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil (4-5 orang dalam setiap kelompoknya)

3. Menyampaikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa baik tugas individu maupun tugas kelompok dengan sejelas-jelasnya.


(46)

28

4. Memantau berlangsungnya kerja kelompok-kelompok kecil yang telah dibentuk untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung dengan lancar, dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa dengan seluasluasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

5. Mengevaluasi hasil belajar siswa melalui tes tertulis. Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar siswa.

2.3.5 Skema Kegiatan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Kegiatan pembelajaran kooperatif dengan model jigsaw memiliki kegiatan yang aktif antara siswa dan guru selama proses belajar, yang digambarkan dalam sekema berikut:

Tabel 2.3. Skema Kegiatan Pembelajaran Model Jigsaw Kegiatan Guru Langkah Kegiatan Siswa 1. Siapkan materi Kajian materi Duduk dalam kelas 2. Bentuk kelompok Kelompok asal Berbagi tugas setiap

anggota mengkaji materi yang berbeda

3. Kelompokkan siswa berdasarkan tugas kajian materi

Diskusi kelompok ahli

Keluar dari kelompoknya menuju tim ahli

4. Bimbingan diskusi Diskusi dengan kelompok lain yang mendapat tugas sama

5. Kelompokkan siswa pada kelompok asal

Laporan kelompok asal

Kembali ke kelompok asal 6. Bimbingan diskusi

kelompok

Setiap anggota menyajikan materi yang sudah dikaji kepada anggota lain 7. Guru memberikan

kesempatan pada siswa yang lain untuk bertanya

Murid bertanya kepada guru tentang apa yang tidak dimengerti 8. Berikan kuis Kuis Ikuti kuis 9. Hitung skor kuis/

berikan penghargaan

Penghargaan Kelompok


(47)

2.3.6 Pengaruh Positif Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw

Menurut (Rusman, 2011:219), model pembelajaran Jigsaw memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak, antara lain:

a. Meningkatkan hasil belajar b. Meningkatkan daya ingat

c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu) e. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen

f. Meningkatkan sikap yang positif terhadap sekolah g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru

h. Meningkatkan harga diri anak

i. Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

2.4 Pokok Bahasan Dasar Surat Menyurat

Dasar surat menyurat merupakan pokok bahasan pada semester genap di mana untuk pokok bahasan tersebut terdapat 3 sub pokok yaitu :

a. Kata-kata ditulis dengan benar dan bahasa yang singkat dan jelas b. Ejaan, pemberian tanda baca dan tata bahasa benar.

c. Informasi dicek untuk ketelitian sebelum dikirim. (Kusmiyati, 2011:4 )

2.5 Penelitian yang Relevan

1. Menurut Sandi Fajar Rodiyansyah , dkk tahun 2011dengan judul: Studi Komparasi antara Hasil Pembelajaran Berbasis Komputer Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Jigsaw dengan Metode Konvensional. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembelajaran TIK di kelas diberikan dengan menggunakan metode


(48)

30

siswa lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional berbasis komputer.

2. Menurut Supriono tahun 2011 dengan judul: Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 111-4 SMP Nasional Balikpapan. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) terjadi perubahan dalam proses pembelajaran yang meliputi peningkatan keterampilan sosial, interaksi dan kerjasama antara siswa, keberanian mengemukakan pendapat. 2) suasana pembelajaran lebih rileks dan siswa selalu terdorong dan siswa selalu terdorong baik kepada teman-temannya maupun kepada guru. 3) adanya peningkatan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan yang dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model jigsaw.

3. Menurut Efi tahun 2011 dengan judul: Perbedaan Hasil Belajar Biologi antara Siswa yang Diajar Melalui Pendekatan Cooperatif Learning

Teknik Jigsaw dengan Teknik STAD. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan teknik jigsaw lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan teknik STAD.

2.6 Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas lebih sering didominasi oleh guru dan siswa cenderung pasif sehingga siswa sering kali merasa bosan. Pemahaman terhadap materi juga dirasa kurang karena siswa hanya mecatat hal-hal yang mereka anggap penting, padahal model


(49)

pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar diharapkan mampu menciptakan interaksi edukatif. Menurut Sudjana (2009:76) “Proses interaksi ini akan akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru”, sehingga aktivitas guru dan siswa sebagai pelaku utama dalam kegiatan pembelajaran mutlak diperlukan demi terciptanya tujuan belajar salah satunya yaitu mengembangkan kemampuan siswa.

Guru dalam proses pembelajaran mampu mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Penerapan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan, mereka dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar. Model pembelajaran kooperatif dengan model jigsaw siswa lebih diberi kesempatan untuk menemukan ide pokok, untuk saling berpikir kemudian dibahas bersama, siswa juga diberi kesempatan untuk saling mengajarkan kepada teman lain dalam kelompoknya dan saling mentransfer ilmu pengetahuannya. Peran guru pada model ini adalah sebagai fasilitator, memberi penguatan dan bimbingan pada siswa dalam berdiskusi, sehingga siswa tidak hanya berpikir sendiri dan mempertanggungjawabkannya tapi juga berbagi dalam pengetahuannya.


(50)

32

Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berpikir penelitian ini dapat disederhanakan:

Gambar 2.1 kerangka berpikir Kesulitan memahami materi

Hasil belajar rendah

Kelompok Jigsaw Kelompok Jigsaw

Kelas X AP 1 Kelas X AP 2

Hasil belajar Hasil belajar

Komparasi hasil belajar siswa melalui penerapan model Jigsaw kelas X AP 1 dengan X AP 2


(51)

2.7 Hipotesis

“Hipotesis dari arti katanya berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang berarti “kebenaran”. Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Suharsimi, 2006:71).

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diambil sebuah hipotesis, yaitu “Ada perbedaan hasil belajar pokok bahasan dasar surat menyurat yang diajar melalui model pembelajaran Jigsaw siswa kelas X AP 1 dengan X AP 2 SMK Widya Manggala Purbalingga.


(52)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparasi. Penelitian komparasi atau perbedaan adalah jenis penelitian dengan 2 variabel atau lebih yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian antara dua kelompok penelitian, yang akan dibandingkan dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda (Basirun, 2011:3).

Desain penelitian yang dipakai adalah Two Group, Pretest Posttest design dan dapat dilihat di tabel 3.1

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Sampel Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok I

O1 XJigsaw O2

Kelompok II

O1 XJigsaw O2

Keterangan:

XJigsaw : diberi pengajaran dengan model pembelajaran Jigsaw XJigsaw : diberi pengajaran dengan model pembelajaran Jigsaw O1 : pemberian pretest

O2 : pemberian posttest

Desain ini dilakukan sebanyak dua kali observasi yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut pretest dan observasi sesudah eksperimen (O2) disebut posttest.


(53)

Perbedaan antara O1 dan O2 yakni O1-O2 diasumsikan merupakan efek dari perlakuan atau eksperimen.

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan sampel

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi, 2006:130). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi sama dengan sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas X AP semester genap SMK Widya Manggala Purbalingga tahun pelajaran 2011/2012 berjumlah 65 siswa, yang terbagi menjadi 2 kelas, yaitu: Kelas X AP 1 sebanyak 32 siswa, dan Kelas X AP 2 sebanyak 33 siswa. Sebanyak 65 siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

1. Siswa-siswa tersebut berada dalam tingkat kelas yang sama, yaitu kelas X AP.

2. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester 2.

3. Siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum yang sama, jumlah jam pelajaran yang sama, dan materi yang sama.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2006:118). Menurut (Sugiyono, 2006:38) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu :


(54)

36

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitan ini adalah penggunaan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran STAD, dimana kedua pembelajaran tersebut merupakan pembelajaran kelompok dan mendorong partisipasi aktif antar siswa.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pokok bahasan dasar surat menyurat yang diwujudkan dalam bentuk nilai. Indikator hasil belajar yakni nilai pretest dan posttest siswa kelas X program keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Widya Manggala Purbalingga.

3.4 Metode Pengumpulan Data 1. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data, mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan agenda menurut (Suharsimi, 2006: 158). Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar nama siswa kelas X AP1 dan X AP2 SMK Widya Manggala Purbalingga.

2. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok


(55)

menurut (Arikunto, 2006:150). Metode tes digunakan untuk memperoleh data nilai hasil belajar pokok bahasan dasar surat menyurat siswa kelas X SMK Widya Manggala Purbalingga yang diajarkan dengan model pembelajaran Jigsaw dan model pembelajaran STAD. Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda.

3. Metode observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian. Observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar. Kegiatan observasi ini yaitu observasi terhadap aspek afektif siswa selama pembelajaran di kelas dan observasi terhadap proses mengajar guru. 3.5 Analisis Instrumen

3.5.1 Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat validitas suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai validitas yang rendah. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2006: 168). Validitas dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir soal.


(56)

38

a. Validitas Isi

Validitas isi adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana skor dalam tes berhubungan dengan penguasaan peserta tes dalam bidang studi yang diuji melalui perangkat tes tersebut. Cara mengetahui tingkat validitas isi tes, diperlukan adanya penilaian ahli yang menguasai bidang studi tersebut (Widoyoko, 2012:98). Dalam penelitian ini menunjuk salah satu dosen ahli dalam bidang surat menyurat.

b. Validitas Butir

Validitas butir menunjukan apakah butir tes dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari seberapa besar peran yang diberikan oleh butir soal tes tersebut dalam mencapai skor seluruh tes.

Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial (Arikunto 2009: 79).

γpbi =

q p x S Mt Mp t  Keterangan :

γpbi: Koefisien korelasi biserial

Mp: rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang

dicari validitasnya

Mt: rerata skor total

p : Proporsi siswa yang menjawab benar St : standar deviasi dari skor total

q : proporsi siswa yang menjawab salah (1 – p)

Hasil perhitungan rpbis, kemudian digunakan untuk mencari signifikansi (thitung) dengan rumus:

thitung =

pbis r n r 2 1 2  


(57)

Kriteria : apabila thitung α ttabel dengan taraf signifikan 5%, maka butir soal adalah valid.

Berdasarkan uji coba soal terhadap 30 siswa kelas XI AP SMK Widya Manggala Purbalingga diperoleh hasil analisis validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal. Soal instrumen yang digunakan untuk uji coba sebanyak 50 soal. Contoh perhitungan validitas pada item soal 2 dapat dilihat pada lampiran dengan taraf nyata (α) = 5 % dan diperoleh ttabel = 0,361 dan thit = 0,392 tampak dari perhitungan bahwa thits > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa butir item tersebut valid. Rentang skor yang digunakan yaitu -1,00 sampai +1,00 (Arikunto, 2009:75). Hasil perhitungan uji coba soal adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Analisis Validitas Butir Soal

Valid Tidak Valid

2, 5, 6, 7, 9, 10, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 22, 23, 26, 27, 28, 30, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 46, 49, 50

1, 3 ,4, 8, 11, 12, 16, 20, 21, 24, 25, 29, 31, 32, 33, 36, 43, 45, 47, 48.

Sumber: data primer setelah diolah 2012

Berdasarkan hasil analisis butir soal untuk item soal yang valid yaitu 30 soal dan untuk soal yang tidak valid berjumlah 20 soal. Perhitungan lengkap validitas soal terdapat pada lampiran 7 halaman 96.


(58)

40

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. (Suharsimi, 2006:178). Dalam penelitian ini relibialitas diukur dengan menggunakan rumus K-R 21 yang dikemukakan oleh Kurder dan Richardson karena alat evaluasi berbentuk tes pilihan ganda. Rumus tersebut adalah:

 11 r           

kVt

M k M k

k ( )

1 1 Keterangan :

r11 = reliabilitas

k = banyaknya butir soal M = skor rata-rata

Vt = varians total (Suharsimi, 2006:189)

Melihat r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel,

apabila r11 > rtabel maka dikatakan instrumen tersebut reliabel. Kriteria reliabilitas soal menurut Arikunto (2009: 75) adalah:

r11 = 0,800 – 1,000 = Reliabilitas sangat tinggi 0,600 – 0,799 = Reliabilitas tinggi 0,400 – 0,599 = Reliabilitas cukup

0,200 – 0,399 = Reliabilitas rendah (jelek) < 0,200 = Reliabilitas sangat jelek


(59)

Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran dengan taraf nyata (α) = 5 % diperoleh r11 = 0,615. Nilai koefisien reliabilitas tersebut pada interval 0,600-0,799 maka reliabilitas soal tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Perhitungan lengkap reliabilitas soal terdapat pada lampiran 7 halaman 98. 3.5.3 Daya Pembeda Soal

Menurut (Suharsimi, 2009: 211) yang dimaksud daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antar siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah).

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai indeks kesukaran)


(60)

42

Klasifikasi daya pembeda butir soal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

DP = 0,00 adalah sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 adalah jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 adalah cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 adalah baik 0,70 < DP ≤ 1,00 adalah sangat baik (Suharsimi, 2009:213-218)

Contoh perhitungan daya beda soal, item 2 dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 99, perhitungan tersebut diperoleh D = 0,364 artinya item 2 mempunyai daya beda cukup. Berdasarkan perhitungan uji coba soal diperoleh hasil :

Tabel 3.3 Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Kriteria No Soal

Sangat Baik 9,11,27.

Baik 5, 6,7,10,13,17,23,26,28,30,35,37,39,40,41,42,44,46,49. Cukup 2,3,4,12,14,15,16,18,19,21,22,25,32,34,36,38,47,48,50. Jelek 1,8,20,24,29,31,33,43,45.

Sumber: data primer setelah diolah 2012

Berdasarkan hasil analisis daya beda butir soal dapat diketahui soal yang mempunyai kriteria sangat baik yaitu 3 butir, baik 18 butir, cukup 20 butir , dan jelek 9 butir. Perhitungan lengkap daya beda butir soal terdapat pada lampiran 7 halaman 96.


(61)

3.5.4 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak membuat siswa untuk termotivasi mengerjakannya, karena soalnya cenderung mudah dipecahkan. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dalam mengerjakannya karena soal tersebut diluar kemampuannya. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan :

P = tingkat kesukaran

B = jumlah yang menjawab benar pada butir soal tersebut JS = jumlah siswa peserta tes

Kriteria:

0 < P ≤ 0,3 = Sukar 0,3< P ≤ 0,7 = Sedang

0,7 ≤ P ≤ 1 = Mudah

(Suharsimi, 2009 : 208-210)

Contoh perhitungan tingkat kesukaran untuk item soal 1 dapat dilihat pada lampiran. Melihat hasil perhitungan diperoleh IK = 0,667 hal ini berarti bahwa item soal 1 termasuk kategori soal sedang. Perhitungan secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan perhitungan uji coba soal diperoleh hasil :


(62)

44

Tabel 3.4 Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria Butir Soal

Sukar 11,13,14,15,22,28,34,35,37,38,47,49,50.

Sedang 1,3,5,6,9,12,23,24,26,27,29,30,33,39,40,41,42,46. Mudah 2,4,7,8,10,16,17,18,19,20,21,25,31,32,36,43,44,45,48. Sumber: data primer setelah diolah 2012

Hasil analisis tingkat kesukaran soal menunjukkan jumlah butir soal yang termasuk kategori sukar sebanyak 13 butir, sedang sebanyak 18 butir, dan mudah sebanyak 19 butir. Perhitungan lengkap tingkat kesukaran soal terdapat pada lampiran 7 halaman 96 .

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, dimulai dengan memberikan pretest, kemudian tahap pembelajaran atau pemberian perlakuan dan yang terakhir Posttest. Kedua kelompok sampel penelitian mendapatkan materi pelajaran yang sama yaitu dasar surat menyurat dengan jumlah jam pelajaran sebanyak 2 X pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 45 menit.

a. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen 1 (kelas X AP 1) Langkah-langkah pembelajaran

a) Pemberian Pretest

1. Pada awal penelitian kelas eksperimen 1 diberikan tes awal (pre test) pada pokok bahasan dasar surat menyurat.

2. Pretest dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen 1 dalam pemahaman materi selain itu juga


(63)

berfungsi sebagai pedoman dalam pembagian kelompok. Selanjutnya guru menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu model pembelaran Jigsaw.

b) Proses Pembelajaran

1. Pembentukan kelompok asal. Kelas X AP 1 sebanyak 32 siswa dibagi dalam 8 kelompok dan masing-masing diberi nomor 1-8. Tiap kelompok masing-masing 4 orang.

2. Pembentukan tim ahli. Terdapat 8 kelompok, maka tim ahli berjumlah 8 orang, yaitu dengan materi yg berbeda.

3. Dalam tim ahli masing-masing siswa saling bekerja sama untuk mendiskusikan permasalahan. Siswa terpacu secara aktif untuk membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Siswa belajar untuk bekerja sama dalam mengolah informasi dan mengkomunikasikannya. Guru berkeliling pada saat diskusi berlangsung untuk mengawasi jalannya diskusi serta untuk memastikan setiap kelompok saling bekerja sama dan mendapat pembagian tugas yang sama, sehingga setiap anggota kelompok benar-benar paham dengan materi yang didiskusikan. Selain itu guru juga menjelaskan kepada siswa apabila dalam pelaksanaan diskusi tersebut ada kelompok yang mengalami kesulitan.


(64)

46

4. Setelah selesai berdiskusi kelompok ahli kembali ke kelompok asal. Tim ahli masing-masing perwakilan tiap kelompok menjelaskan pada anggota kelompok asal lainnya.

5. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara bersama-sama dengan kelompok asalnya.

6. Presentasi kelompok masing-masing c) Pemberian Posttest

Pada akhir pembelajaran, siswa diberi posttest. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami materi yang telah mereka dapatkan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen 2 (kelas X AP 2) Langkah-langkah pembelajaran

a) Pemberian Pretest

1. Pada awal penelitian kelas eksperimen 2 diberikan tes awal (pre test) pada pokok bahasan dasar surat menyurat.

2. Pretest dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen 2 dalam pemahaman materi selain itu juga berfungsi sebagai pedoman dalam pembagian kelompok. Selanjutnya guru menjelaskan mengenai model pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu model pembelaran Jigsaw.


(65)

b) Proses Pembelajaran

1. Pembentukan kelompok asal. Kelas X AP 2 sebanyak 32 siswa dibagi dalam 8 kelompok dan masing-masing diberi nomor 1-8. Tiap kelompok masing-masing 4-5 orang.

2. Pembentukan tim ahli. Terdapat 8 kelompok, maka tim ahli berjumlah 8 orang, yaitu dengan materi yg berbeda.

3. Dalam tim ahli masing-masing siswa saling bekerja sama untuk mendiskusikan permasalahan. Siswa terpacu secara aktif untuk membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Siswa belajar untuk bekerja sama dalam mengolah informasi dan mengkomunikasikannya. Guru berkeliling pada saat diskusi berlangsung untuk mengawasi jalannya diskusi serta untuk memastikan setiap kelompok saling bekerja sama dan mendapat pembagian tugas yang sama, sehingga setiap anggota kelompok benar-benar paham dengan materi yang didiskusikan. Selain itu guru juga menjelaskan kepada siswa apabila dalam pelaksanaan diskusi tersebut ada kelompok yang mengalami kesulitan. 4. Setelah selesai berdiskusi kelompok ahli kembali ke kelompok

asal. Tim ahli masing-masing perwakilan tiap kelompok menjelaskan pada anggota kelompok asal lainnya.

5. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara bersama-sama dengan kelompok asalnya.


(66)

48

c) Pemberian Posttest

Pada akhir pembelajaran, siswa diberi posttest. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami materi yang telah mereka dapatkan.

3.7 Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data mempunyai tujuan untuk menentukan hipotesis penelitian sehingga akan didapat suatu kesimpulan tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti yaitu meliputi metode deskriptif dan metode statistik. Analisis data ini menggunakan program SPSS 17 for windows karena SPSS 17 for windows memudahkan proses analisis data sehingga lebih efektif dan efisien. Selain itu tingkat ketelitian hasil perhitungan lebih akurat.

2.6.1 Analisis Deskriptif

a. Analisis Deskriptif Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru

Penilaian aktivitas siswa dilakukan melalui observasi terhadap indikator yang telah dibuat. Observer dalam penelitian ini adalah guru pengampu pelajaran melakukan prosedur administrasi kedua kelas eksperimen tersebut dan dua obsrver lain dari Universitas Muhamadiyah Purwokerto. Terdapat 8 indikator untuk aktivitas siswa dann 15 indikator untuk kinerja guru, masing-masing indikator mempunyai rentang skor 1-4. Acuan yang digunakan untuk menghitung hasil penilaian kerja dan hasil kerjasama siswa serta kinerja guru adalah acuan kriteria.


(67)

Rumus yang digunakan untuk mencari skor nilai yang diperoleh yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif.

Untuk mengetahui skor afektif kelas dan kinerja guru, digunakan kriteria sebagai berikut:

Sangat Tinggi (ST) : 82% < % Skor ≤ 100 % Tinggi (T) : 63% < % Skor ≤ 81 % Rendah (R) : 44% < % Skor ≤ 62% Sangat Rendah (SR) : 25% < Skor ≤ 43% b. Analisis Deskriptif Hasil Belajar

Analisis deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan data hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang meliputi mean atau nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi. Metode ini dilakukan terhadap hasil belajar yang didapatkan dari nilai awal sebelum eksperimen (pretest) dan nilai akhir siswa setelah eksperimen (posttest) baik pada kelas eksperimen 1 maupun eksperimen 2.

2.6.2 Analisis Statistik (Inferensial)

Metode statistik dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa (Uji Normalitas dan Uji Homogenitas) guna mengetahui bahwa seluruh sampel berdistribusi normal dan dalam


(68)

50

kondisis yang sama. Selanjutnya uji yang digunakan adalah untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu uji perbedaan rata-rata atau

independent sample T-test. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang satu menggunakan model pembelajaran jigsaw. Uji prasyarat sebelum uji rata-rata diterapkan, diadakan pengujian pendahuluan yang meliputi uji normalitas dan homogenitas. Analisis tersebut dilakukan baik untuk pengujian hasil belajar siswa sebelum perlakuan (pretest) maupun sesudah perlakuan (posttest).

a. Analisis Data Awal

Analisis data tahap awal dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel (kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2) berangkat dari kondisi awal yang sama. Hal ini diketahui dengan adanya varians dan rata-rata yang dimiliki kedua kelompok tidak berbeda signifikan. Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah nilai ujian semester ganjil. Adapun langkah pada analisis tahap awal yaitu:

1. Uji Normalitas Data Awal

Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat ditentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data (statistik parametrik atau statistik nonparametrik). Dalam menganalisis normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 17 for windows dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov (Priyatno, 2008:28).


(1)

Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 1

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Elita Anggraeni Innah Mawarni Oktriana Intan Purnama N Tri Ramadhani Siti Nur S Puji Lestari Wuyun Oktavani Zumitha Septianingsih Muntinah Rien Anggit N

Kelompk 4 Kelompok 5 Kelompok 6

Dianan Primasari Alma Eka Setianti Alfiah Istiqomah Umi Fitrianti Diyah Ayu Aslima Gustin Yunita Widi Aulia Menik Rahayu Septi Pratiwisari Siti Yuliati Rini Cahyani Tri Wahyuni

Kelompok 7 Kelompok 8

Eri Yuniati Diyan Indriyani Gati Purbiasaih Gustanti Dewi Gusmala Devi Siwi Nur Nessa Nanda Susi Susanti


(2)

Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 2

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Aningtyas Prima Yuni Atrin Nurlita

Apriliani Niar Hesti Setiawati

Qonitatun Nufus Tria Wahida Mulyaningsih

Ria Nur Andari Rangga Pangesti Mei

Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6

Triwahyuni Noviana Defilarasati

Relis Prilianti Yuli Sartika Trisetiwati Takhfiatun k.h Nivi Nurohimah Nur Laely Septi Uara N Nurlaela Puput Adi P

Kelompok 7 Kelompok 8

Irma Kristanti Afita Apri Melianti Destina Susilowati Dian Nur Reni Nur F Hari Pratiwi


(3)

Nilai Kelompok Kelas Eksperimen 1

No Nama Kode Nilai Kriteria

1 Alfiah Istiqomah E-01 82 Kompeten 2 alma Eka Setianti E-02 80 Kompeten

3 Aninda Dyah E-03 80 Kompeten

4 Aslima Prima E-04 82 Kompeten

5 Diana P E-05 80 Kompeten

6 Dyah Ayu E-06 75 Blm Kompeten

7 Diyan Indriyani E-07 75 Blm Kompeten 8 Elita Anggraeni E-08 82 Kompeten

9 Eri Yuniati E-09 80 Kompeten

10 Gati Purbiasih E-10 80 Kompeten

11 Gusmala Devi E-11 80 Kompeten

12 Gustanti Dewi E-12 80 Kompeten

13 Indah Mawarni E-13 80 Kompeten

14 Intan Purnama E-14 90 Kompeten

15 Menik Rahayu E-15 80 Kompeten

16 Muntinah E-16 80 Kompeten

17 Nessa Nanda E-17 80 Kompeten

18 Oktriana E-18 80 Kompeten

19 Puji Lestari E-19 75 Blm Kompeten

20 Rien Anggit N E-20 80 Kompeten

21 Rini Cahyani E-21 80 Kompeten

22 Septi Pratiwi E-22 75 Blm Kompeten

23 Septianingsih E-23 85 Kompeten

24 Siti Yuliati E-24 82 Kompeten

25 Siwi Nur E-25 82 Kompeten

26 Susi Susanti E-26 80 Kompeten

27 Tri Ramadani E-27 80 Kompeten

28 Tri Wahyuni E-28 80 Kompeten

29 Umi Fitrianti E-29 80 Kompeten

30 Wuyun Oktaviani E-30 78 Blm Kompeten

31 Yunita E-31 80 Kompeten


(4)

Nilai Kelompok Kelas Eksperimen 2

No Nama Kode Nilai Kriteria

1 Efita Esa Rosnani E-01 82 Kompeten 2 Aningtyas Prima E-02 80 Kompeten

3 Apri Melianti E-03 80 Kompeten

4 Apriliani E-04 82 Kompeten

5 Atrin N E-05 80 Kompeten

6 Defi Larasati E-06 75 Blm Kompeten

7 Destina W E-07 75 Blm Kompeten

8 Dian N E-08 82 Kompeten

9 Hari P E-09 80 Kompeten

10 Hesti S E-10 80 Kompeten

11 Irma K E-11 80 Kompeten

12 Marlina Dwi K E-12 80 Kompeten

13 Mulyaningsih E-13 80 Kompeten

14 Niar Dimitra E-14 82 Kompeten

15 Nivi N E-15 80 Kompeten

16 Noviana S E-16 80 Kompeten

17 Nurlaela E-17 80 Kompeten

18 Nurlaeli E-18 80 Kompeten

19 Pangesti M E-19 75 Blm Kompeten

20 Puput AP E-20 75 Blm Kompeten

21 Qonitatum N E-21 80 Kompeten

22 Rangga P E-22 75 Blm Kompeten

23 Relis P E-23 85 Kompeten

24 Reni N E-24 82 Kompeten

25 Ria N E-25 82 Kompeten

26 Septi VN E-26 80 Kompeten

27 Susilowati E-27 80 Kompeten

28 Takhifiatun K E-28 80 Kompeten

29 Tri Seyiawati E-29 80 Kompeten

30 Tri Wahyuni E-30 78 Blm Kompeten

31 Tria W E-31 80 Kompeten

32 Yuli Sartika E-32 80 Kompeten


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM MELAKUKAN SURAT MENYURAT DENGAN METODE DRILL SISWA KELAS XI AP SMK TAMAN SISWA KUDUS

0 4 113

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REMBANG, PURBALINGGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

0 16 229

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMELIHARA PERALATAN KANTOR MELALUI JIGSAW PADA SISWA KELAS X AP 1 SMK WIDYA PRAJA UNGARAN

0 13 162

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KEARSIPAN SISWA KELAS X AP SMK SWASTA PAB 2 HELVETIA T.P 2014/2015.

0 2 31

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN PENDAPATAN ORANGTUA DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KEARSIPAN KELAS X-AP SMK SWASTA SILOAM 2 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN.

0 2 25

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE TEHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS X AP SMK BM RAKSANA MEDAN T.A 2012/2013.

1 12 29

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR PADA KELAS X AP SMK BUKIT CAHAYA SIDIKALANG T.A 2011/2012.

0 1 24

(ABSTRAK) PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA UNTUK KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN SURAT MENYURAT MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK WIDYA PRAJA UNGARAN.

0 0 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MELAKUKAN PROSEDUR ADMINISTRASI PADA SISWA KELAS X AP 1 SMK NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 1 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR DASAR – DASAR KELISTRIKAN SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 1 PUNDONG.

1 9 227