BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan operasi suatu organisasi atau perusahaan harus berpedoman pada rencana kerja yang telah ditetapkan oleh kebijakan manajemen
perusahaan tersebut, baik mengenai pengolahan maupun pengadaan. Dengan demikian kelangsungan perusahaan tersebut dimasa yang akan
datang lebih terjamin. Oleh karena itu beberapa faktor yang membantu pencapaian tujuan perusahaan harus dilaksanakan dengan baik. Faktor
utama yang perlu mendapat perhatian adalah keadaan keuangan perusahaan. Krisis keuangan yang terjadi pada Amerika Serikat pada tahun 2008
memberikan dampak bagi seluruh dunia yang disebabkan dari penumpukan hutang nasional, pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang
Irak dan Afghanistan, dan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage atau kerugian surat berharga property. Indikator penting penurunan ekonomi
di seluruh dunia adalah tingginya harga minyak dunia, yang menyebabkan krisis pangan dunia
karena ketergantungan produksi makanan terhadap minyak, dan juga penggunaan makanan sebagai alternatif minyak bumi,
inflasi tinggi, krisis kredit macet yang menyebabkan bangkrutnya beberapa
bank besar, meningkatnya pengangguran dan kemungkinan resesi global
.
1
Universitas Sumatera Utara
Dari krisis global juga berdampak ke Indonesia yang mengakibatkan inflasi, yaitu suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus kontinu. Untuk mengurangi inflasi yang terjadi maka salah satu hal yang harus dilakukan adalah dengan menurunkan tingkat bunga secara
perlahan. Bank Indonesia memandang penting untuk menjaga kebijakan moneter yang tepat, sehingga dapat mencapai keseimbangan antara
pertumbuhan ekonomi dengan upaya menjaga stabilitas moneter. Hal tersebut berpengaruh pada sektor perbankan. Dengan tingkat bunga yang
tinggi maka akan berpengaruh pada kredit yang diberikan oleh bank kepada masyarakat. Dari tingkat bunga kredit yang diberikan akan berpengaruh
pada tingkat likuiditas suatu perusahaan. Karena tingkat bunga menentukan pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan, jika tingkat bunga tinggi maka
perusahaan memilih untuk menyimpan uangnya ataupun uang tersebut disimpan dalam bentuk barang. Tingkat likuiditas akan membawa pengaruh
pada modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. Dan dari modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut akan berpengaruh pada
perputaran modal kerjanya. Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari krisis global ini. Hasil pemantauan pemberitaan
di berbagai media massa sampai awal Agustus 2009 memperlihatkan adanya dampak krisis keuangan global KKG 20082009 terhadap sektor industri
manufaktur di Indonesia, terutama industri yang berorientasi ekspor dan menggunakan bahan baku impor. Gejalanya terlihat, antara lain, dari
peningkatan biaya produksi, penurunan pesanan, dan penumpukan stok di
Universitas Sumatera Utara
sejumlah perusahaan. Industri-industri yang paling banyak diberitakan terdampak oleh KKG 20082009 adalah TPT tekstil dan produk tekstil–
termasuk garmen, kerajinan kayu dan produk kayu termasuk mebel dan rotan, kertas, dan elektronik. Selain itu, pemberitaan tentang dampak
terhadap industry makanan dan minuman, dan industri perikanan lebih terbatas. Seluruh perusahaan menggunakan uang untuk membayar biaya
atau kewajiban yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, suatu perusahaan harus mampu mempertahankan sumber kas yang mencukupi pada saat kewajiban
jatuh tempo. Sumber kas berasal dari hasil penjualan investasi jangka panjang, Penjualan, emisis saham atau adanya tambahan modal dari pemilik
dalam bentuk kas, Pengeluaran surat tanda bukti hutang wessel, obligasi, bertambahanya Hutang kewajiban baik jangka pendek maupun panjang,
adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas, adanya penerimaan kas karena
sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan, hadiah dan restitusi pajak. Perusahaan yang tidak dapat mempertahankan sumber kas akan
mengalami kesulitan likuiditas dan berada dalam kondisi keuangan yang sangat serius. Menurut Soemarsono, 2005:385 rasio likuiditas adalah
analisis laporan keuangan yang dapat mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo. Rasio lancar
menganggap komponen aktiva lancar sebagai potensi sumber daya untuk melunasi kewajiban lancarnya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan pandangan serupa rasio perputaran persediaan memberikan ukuran baik kualitas maupun likuiditas komponen persediaan pada aktiva lancar.
Menurut wild, 2005:200 rasio perputaran persediaan inventory turnover adalah mengukur kecepatan rata-rata persediaan bergerak keluar dari
perusahaan. Pengembalian atas inventasi modal berguna bagi evaluasi manajemen, analisis profitabilitas, peramalan laba, serta perencanaan dan
pengendalian. Karena ukuran pengembalian mencakup pemahaman kinerja perusahaan. Return on Asset ROA dapat dipisahkan menjadi komponen
yang memiliki makna relatif terhadapa penjualan. Hal ini dilakukan karena rasio komponen ini berguna bagi analisis kinerja perusahaan. Dilihat dari
formula ROA, rasio likuiditas bagian dari perputaran aktiva dan inventory turnover bagian dari margin laba. Kombinasi margin laba dan perputaran
aktiva menggambarkan tingkat pengembalian dari perusahaan pada satu industry diantara ROA atau tingkat pengembalian lainnya. Hal ini
merupakan metode yang berguna untuk membandingkan profitabilitas dan hubungan antara margin laba dengan perputaran aktiva dalam menentukan
ROA dan terutama berguna untuk analisis perusahaan, dimana perusahaan harus dianalisis dengan menggunakan pengembalian yang dihitung
sepanjang beberapa tahun dan satu siklus usaha yang penuh. Sehubungan dengan dampak krisis keuangan global terhadap sektor Industri Manufaktur
Indonesia tahun 20082009 dan karena begitu pentingnya analisis suatu perusahaan, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh Rasio Likuiditas,
inventory turnover, Operating Ratio, Time Interest Earned terhadap Return
Universitas Sumatera Utara
On Asset ROA. Sehingga penulis memilih judul analisis pengaruh Quick Ratio, Working Capital to Total Asset, inventory turnover, Operating Ratio,
Time Interest Earned terhadap Return On Asset ROA pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah