PENGARUH INSTITUTIONAL OWNERSHIP, INVESMENT OPPORTUNITY SET (IOS), FIRM SIZE, CASH FROM OPERATION DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN

(1)

commit to user

PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret

Oleh:

ALBERT SATRIO PRAYUDI NIM.F0305029

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

Albert Satrio Prayudi F0305029

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh institutional ownership, investment opportunity set (IOS), firm size, cash from operation dan profitability terhadap kebijakan utang perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan sampel akhir yang diperoleh 388 perusahaan manufaktur pada tahun 2005-2007 kecuali dari sektor perbankan dan asuransi yang diambil dengan cara purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat uji regresi berganda (multiple regression) yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan asumsi klasik yang terdiri dari autokorelasi, multikolinear dan heteroskedaktisitas. Dalam pengujian data, penelitian ini menggunakan bantuan software computer untuk statistik yaitu SPSS versi 16.00.

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa institutional ownership dan investment opportunity set tidak mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan kebijakan hutang. Sementara itu, firm size, cash from operation, dan profirability berpengaruh terhadap penetapan kebijakan hutang perusahaan. Hasil analisis koefisien regresi simultan menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu institutional ownership (INS), investment opportunity set (IOS), firm size (SIZE), cash from operation (CFO), dan profitability (ROA) merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mengambil kebijakan hutang perusahaan.

Kata kunci: kebijakan hutang, institutional ownership, investment opportunity set, firm size, cash from operation, profitability.


(3)

commit to user

PROFITABILITY ON COMPANY DEBT POLICY (EMPIRICAL STUDY ON MANUFACTURE COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE)

Albert Satrio Prayudi F0305029

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of institutional ownership, investment opportunity set (IOS), firm size, cash from operation and profitability on debt policy at manufacture company which are listed in Indonesian Stock Exchange. This study examines a sample of 388 manufacture company except banking and asurance sector and listed in Indonesian Stock Exchange in 2005 until 2007, which is using purposive sampling for determining the sample. To examine the data, multiple regression is used, but before that, we done the test of data normality, and classical assumption, which are autocorelation, multicolinear and heteroskedaktisitas. We used computer software SPSS version 16.00 to examine the data.

The results of this study shows that institutional ownership, and investment opportunity set does not have influence on debt policy. Meanwhile, it shows that firm size, cash from operation, and profitabilty has significant effect on debt policy. The analyze of simultaneous regression shows that all of the variable which used in this study are institutional ownership (INS), investment opportunity set (IOS), firm size (SIZE), cash from operation (CFO), and profitability (ROA), are included in consederation factors to make a debt policy.

Keywords: debt policy, institutional ownership, investment opportunity set, firm size, cash from operation, profitability.

Data Availability: idx.co.id; ICMD; IDX Statistics 2005; IDX Statistics 2006; IDX Statistics 2007


(4)

commit to user


(5)

commit to user


(6)

commit to user

“Berbahagia dalam pengharapan, bersabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam doa”

(Alkitab. Roma 12 : 12)

“Semua akan indah pada waktunya” (Alkitab. Pengkotbah 3 : 11)

“Failure is always the best way to learn” (Kings of Convenience)

“Manusia hanya bisa berusaha dan Tuhan yang menentukkan” (Banyak Orang)


(7)

commit to user

PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan dengan

segenap hati kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa 2. Bapakku tercinta 3. Ibuku tercinta di surga 4. Sobat-sobatku

5. Almamaterku


(8)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul PENGARUH INSTITUTIONAL

OWNERSHIP, INVESMENT OPPORTUNITY SET (IOS), FIRM SIZE, CASH FROM OPERATION DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN

HUTANG PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI).

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Ibu Dra. Yasmin Umar Assegaf, MM., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

4. selaku tim penguji skripsi.


(9)

commit to user

mengingatkanku dalam penulisan skripsi ini.

6. Sobat-sobatku yang selalu bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan memberikan semangat dalam penulisan skripsi ini.

7. Mas iyok yang membantu dengan memberikan ide dan menjadi tempat diskusi tentang skripsi ini.

8. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, September 2010

Penulis


(10)

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Landasan Teori ... 11


(11)

commit to user

2. Teori Agensi (Agency Theory) ... 14

3. Investment Opportunity Set (IOS) ... 17

4. Firm Size ... 19

5. Cash From Operation ... 20

6. Profitability ... 21

7. Kebijakan Hutang ... 24

B. Penelitian Terdahulu ... 29

C. Kerangka Teoritis ... 33

D. Hipotesis ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 38

C. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 39

D. Variabel Peneltian dan Pengukuran Variabel ... 39

E. Metode Analisis Data ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data ... 48

B. Statistik Deskriptif ... 49

C. Pengujian Asumsi Klasik ... 52

1. Uji Normalitas ... 52

2. Uji Multikolinearitas ... 54

3. Uji Autokorelasi ... 55

4. Uji Heteroskedastisitas ... 56


(12)

commit to user

E. Pembahasan ... 62

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Keterbatasan Penelitian ... 68

C. Saran ... 68

D. Implikasi ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Hasil Pengambilan Sampel ... 48

Tabel IV.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 50

Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Data 1 ... 52

Tabel IV.4 Hasil Uji Normalitas Data 2 ... 53

Tabel IV.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

Tabel IV.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 55

Tabel IV.7 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 56

Tabel IV.8 Hasil Analisis Regresi Ganda ... 57

Tabel IV.9 Hasil Uji Signifikansi-t ... 60

Tabel IV.10 Hasil Uji Uji signifikansi- F ... 61


(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar II Kerangka Pemikiran ... 33


(15)

commit to user

PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN

(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

Albert Satrio Prayudi F0305029

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh institutional ownership, investment opportunity set (IOS), firm size, cash from operation dan profitability terhadap kebijakan utang perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan sampel akhir yang diperoleh 388 perusahaan manufaktur pada tahun 2005-2007 kecuali dari sektor perbankan dan asuransi yang diambil dengan cara purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat uji regresi berganda (multiple regression) yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan asumsi klasik yang terdiri dari autokorelasi, multikolinear dan heteroskedaktisitas. Dalam pengujian data, penelitian ini menggunakan bantuan software computer untuk statistik yaitu SPSS versi 16.00.

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa institutional ownership dan investment opportunity set tidak mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan kebijakan hutang. Sementara itu, firm size, cash from operation, dan profirability berpengaruh terhadap penetapan kebijakan hutang perusahaan. Hasil analisis koefisien regresi simultan menunjukkan bahwa variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian yaitu institutional ownership (INS), investment opportunity set (IOS), firm size (SIZE), cash from operation (CFO), dan profitability (ROA) merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mengambil kebijakan hutang perusahaan.

Kata kunci: kebijakan hutang, institutional ownership, investment opportunity set, firm size, cash from operation, profitability.


(16)

commit to user

PROFITABILITY ON COMPANY DEBT POLICY (EMPIRICAL STUDY ON MANUFACTURE COMPANY IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE)

Albert Satrio Prayudi F0305029

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of institutional ownership, investment opportunity set (IOS), firm size, cash from operation and profitability on debt policy at manufacture company which are listed in Indonesian Stock Exchange. This study examines a sample of 388 manufacture company except banking and asurance sector and listed in Indonesian Stock Exchange in 2005 until 2007, which is using purposive sampling for determining the sample. To examine the data, multiple regression is used, but before that, we done the test of data normality, and classical assumption, which are autocorelation, multicolinear and heteroskedaktisitas. We used computer software SPSS version 16.00 to examine the data.

The results of this study shows that institutional ownership, and investment opportunity set does not have influence on debt policy. Meanwhile, it shows that firm size, cash from operation, and profitabilty has significant effect on debt policy. The analyze of simultaneous regression shows that all of the variable which used in this study are institutional ownership (INS), investment opportunity set (IOS), firm size (SIZE), cash from operation (CFO), and profitability (ROA), are included in consederation factors to make a debt policy.

Keywords: debt policy, institutional ownership, investment opportunity set, firm size, cash from operation, profitability.

Data Availability: idx.co.id; ICMD; IDX Statistics 2005; IDX Statistics 2006; IDX Statistics 2007


(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perusahaan bergantung kepada pemegang saham dalam hal permodalan. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui keputusan pendanaan, keputusan investasi dan kebijakan dividen yang tercermin dalam harga saham perusahaan di pasar modal.

Pemegang saham memiliki struktur kepemilikan sendiri. Istilah struktur kepemilikan (ownership structure) digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang tetapi juga jumlah equity dan persentase

kepemilikan saham oleh insider shareholders dan outsider shareholders

(Jensen dan Meckling, 1976).

Dalam memaksimalkan kesejahteraan hidupnya, manajer melakukan tugasnya dengan baik. Manajer bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan perusahaan. Manajer keuangan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemilik (shareholders) melalui kebijaksanaan pendanaan, investasi dan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. (Jensen dan Meckling, 1976).


(18)

commit to user

Manajer dalam menjalankan perusahaan terkadang mementingkan kepentingan pribadi, hal ini tidak disukai oleh pemegang saham dikarenakan pengeluaran untuk kepentingan pribadi manajer akan mengurangi keuntungan perusahaan sehingga menurunnya deviden yang diterima pemilik (Wahidawati, 2002). Kreditur berkepentingan untuk mendapatkan kembali dana yang dipinjamkan beserta bunga yang disetujui. Manajer sebagai penggerak perusahaan diharuskan mengembalikan hutang yang dipinjam oleh perusahaan kepada kreditur, hal ini tidak menyenangkan bagi pemilik perusahaan dikarenakan keuntungan perusahaan berkurang dan akan semakin berkurangnya pendapatan deviden pemilik. Manajer, pemegang saham dan kreditur memiliki kepentingan berbeda satu dengan yang lain yang disebut dengan konflik keagenan (Jensen, 1986). Dengan adanya konsep keagenan ini maka baik manajer dan pemegang saham akan berusaha memaksimalkan kesejahteraan masing-masing.

Masalah keagenan (agency problem) yang terbagi dalam tiga kelompok yaitu antara pemilik dengan manajer, manajer dengan debt holder, serta antara manajer dan shareholder dengan debt holder. Wuryaningsih (2004) menyatakan bahwa perusahaan memilih struktur modal berdasarkan atribut yang menentukan berbagai biaya dan manfaat yang berhubungan dengan pembiayaan melalui hutang dan ekuitas. Pemilihan alternatif penambahan modal yang berasal dari kreditur (hutang) pada umumnya didasarkan pada pertimbangan murah. Dikatakan murah, karena biaya bunga yang harus ditanggung lebih kecil dari laba yang diperoleh dari pemanfaatan


(19)

commit to user

hutang tersebut (Deniansyah, 2009). Dengan tingginya hutang maka biaya bunga hutang pun semakin tinggi dengan demikian perusahaan akan dituntut untuk menaikkan pendapatannya untuk dapat membayar biaya hutang tersebut, sehingga pendapatan akan bertambah dan pendapatan deviden untuk pemegang saham pun akan bertambah. Deniansyah (2009) mengungkapkan bahwa semakin besar biaya bunga atas hutang maka akan membuat pemegang saham semakin “menuntut” pengembalian yang lebih yang tercermin dalam biaya ekuitas yang lebih tinggi.

Penelitian tentang struktur kepemilikan modal perusahaan telah banyak dilakukan. Salah satu penelitian yang berhubungan dengan struktur kepemilikan modal adalah penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Nasir (2006). Penelitian mereka mengungkapkan bahwa hubungan kepemilikan institusional (institutional ownership) terhadap kebijakan hutang berhubungan positif namun tidak signifikan. Kebijkan hutang membuat perusahaan dimonitor oleh debtholder. Monitoring dalam perusahaan yang ketat membuat manajer bergerak sesuai dengan kemauan debtholder dan

shareholders. Karena monitoring yang ketat dalam perusahaan maka akan

menarik masuknya kepemilikan institusional. (Crutchley dan Hansen, 1989).

Investment opportunity set (IOS) adalah keputusan investasi dalam

bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (asset-in-place) dan pilihan pertumbuhan / growth option pada masa yang akan datang (Myers, 1977).

Investment opportunity set menunjukkan investasi perusahaan atau opsi


(20)

commit to user

atau discretionary expenditure yang diperlukan untuk kesuksesan perusahaan seperti penelitan dan pengembangan teknologi terbaru (Lestari, 2004). Menurut Gaver dan Gaver dalam Faisal (2004) menyatakan bahwa opsi investasi dalam masa datang tidak hanya terbatas dalam kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam kelompok industrinya.

Cash flow adalah aliran kas masuk dan kas keluar perusahaan yang

terdiri dari operating cash inflow dan out flow, investing cash inflow dan

outflow serta financing cash inflow dan outflow (Kieso, 2001). Operating

cash flow from operating activities biasa disebut dengan cash from operation

yang merupakan sisa kas yang diterima dari aktivitas operasi utama perusahaan dengan kas yang dipakai oleh untuk aktivitas operasinya, misalnya kas masuk dari penjualan produk dan kas untuk pembayaran biaya tenaga kerja, dan biaya operasi lainnya.

Free cash flow merupakan akumulasi dari saldo cash from operation

activities, saldo cash flow from investing activities dan saldo dari cash flow

from financing, atau dengan kata lain menggambarkan perubahan modal kerja

bersih perusahaan (net working capital). Net working capital dapat dilihat dari selisih antara current asset dengan current liabilities, yang menggambarkan kemampuan perusahaan melunasi hutang lancar dan kegiatan operasinya dengan aktiva lancar.


(21)

commit to user

Disamping itu Free cash flow diperlukan manajemen untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positip dan untuk mendistribusikan kepada investor dengan tujuan meningkatkan value

perusahaan (Jensen, 1986). Semakin besar cash from operation berarti semakin besar pula free cash flow, misalnya penggunaan idle cash untuk keperluan operasi atau lainnya yang dapat mengurangi tingkat hutang. Akan tetapi free cash flow yang terlalu besar akan menimbulkan “idle cash” yang bila tidak dimanfaatkan secara maksimal, dapat memacu manajer melakukan manajemen kas yang tidak produktif yang merugikan perusahaan. Dengan demikian diperlukan cash management yang akurat yang dapat mengelola kas dengan baik. Akan tetapi pada kenyataannya banyak terjadi idle cash tersebut hanya dimanfaatkan oleh manajer sebagai sarana kepentingan pribadi, misalnya leisure facilities (bermewah-mewah), dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya Agency cost free cash flow yang memicu terjadinya

agency conflict antara stockholder, manager dan debtholder. Stockholder

tidak menyukai adanya campur tangan pihak ke tiga dalam menentukan kebijakan perusahaan (misalnya kebijakan dividen), sedangkan debtholder

seringkali mensyaratkan dividend restriction dalam ketentuan tingkat bunga kreditnya, dengan maksud untuk mengurangi tingkat risiko hutangnya (Ahmed, 2003). Dalam beberapa kasus, Debtholder membatasi penggunaan kredit tersebut untuk investasi pada proyek baru untuk mengurangi risiko kreditnya.


(22)

commit to user

Faisal (2004) menemukan bahwa perusahaan dengan free cash flow

yang besar cenderung mempunyai level hutang yang tinggi, karena perusahaan berusaha menurunkan agency conflict free cash flow yang ada, dengan menaikkan pengawasan dari kreditur. Dilain pihak secara logis, tingginya free cash flow seharusnya dapat menurunkan tingkat hutang dengan jalan memenuhi kebutuhan operasi, artinya biaya bunga berkurang dan laba naik, sehingga dividen pun juga dapat dinaikkan. Meskipun ini berarti bahwa manajer akan kekurangan peluang investasi perusahaan dengan tingginya dividen. Dengan demikian, besarnya free cash flow kemungkinan akan berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Pendanaan operasi dan investasi usaha dapat berasal dari luar (hutang) maupun dari dalam (laba ditahan) perusahaan itu sendiri. Perusahaan dalam ukuran besar akan lebih mudah membiayai investasi mereka melalui hutang. Kreditur lebih mempercayai perusahaan skala besar yang dipandang lebih mampu untuk mengembalikkan hutang dan tidak rentan terhadap kebangkrutan daripada perusahaan dengan skala kecil. Pada penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2001) menunjukkan hubungan yang positif antara

firm size (ukuran perusahaan) dengan kebijakan hutang, artinya semakin

besar ukuran perusahaan, maka kebijakan hutang akan semakin tinggi.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Lestari (2004) dan Pandey (2001). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu:


(23)

commit to user

1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2007 sedangkan sampel yang digunakan pada Lestari (2004) adalah perusahaan manufaktur yang teraftar di BEI pada tahun 1999-2002 dan sampel yang digunakan pada Pandey (2001) adalah seluruh perusahaan kecuali sektor keuangan dan sekuritas yang terdaftar di KLSE Malaysia pada tahun 1984-1999.

2. Penelitian ini menggunakan variabel independen cash from operation

sebagai variabel independen institutional ownership, firm size, cash from

operation, profability dan investment opportunity set (IOS) dan varibel

dependen kebijakan hutang. Lestari (2004) menggunakan variabel independen kebijakan hutang, kebijakan deviden, risiko, dan profitabilitas dan variabel dependen set kesempatan investasi (IOS). Pandey (2001) menggunakan variabel independen growth, IOS, profitability, risk, size,

tangibility dan varibel dependen debt ratio (kebijakan hutang). Pada

penelitian ini penulis menambahkan variabel cash from operation sebagai variabel independen.

Atas dasar paparan di atas, maka penelitian ini mengambil fokus pengaruh struktur kepemilikan institutional ownership, firm size, cash from

operation, profability dan investment opportunity set (IOS) terhadap

kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan judul penelitian “PENGARUH INSTITUTIONAL

OWNERSHIP, INVESMENT OPPORTUNITY SET (IOS), FIRM SIZE, CASH FROM OPERATION DAN PROFITABILITY TERHADAP


(24)

commit to user

KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MAUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)”.

 

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini. 1. Apakah institutional ownership berpengaruh terhadap kebijakan hutang

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Apakah investment opportunity set (IOS) berpengaruh terhadap kebijakan

hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

3. Apakah firm size berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

4. Apakah cash from opertation berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 5. Apakah profitability berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan


(25)

commit to user

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang dapat diuraikan seperti berikut ini :

1. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh institutional ownership

berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh investment opportunity set

(IOS) terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh firm size terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh cash from operation terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

5. Profitability secara simultan terhadap kebijakan hutang perusahaan


(26)

commit to user

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil penelitian yang dapat digunakan oleh pihak-pihak seperti berikut ini.

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan hutang oleh perusahaan.

2. Bagi Investor dan Kreditur

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam pengambilan keputusan investasi atau keputusan kredit terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. 3. Bagi Penelitian Berikutnya

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan dasar awal untuk melakukan penelitian-penelitian berikutnya terutama penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan.


(27)

commit to user

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Struktur Kepemilikan Modal

Dalam struktur kepemilikan modal dapat dibedakan kedalam modal sendiri dan modal dari luar luar perusahaan (hutang). Dalam perusahaan terbuka kepemilikan modal dibedakan menurut pemiliknya berdasar prosentase kepemilikan modal saham. Kepemilikan modal saham oleh para manajemen sering disebut juga dengan kepemilikan manajerial sedangkan kepemilikan dari modal luar manajemen dapat dimiliki oleh perseorangan maupun institusi. Kepemilikan oleh institusi disebut dengan kepemilikan institusional (institusional ownership) yang biasanya berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan manajemen. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan equity tetapi juga ditentukan oleh persentase kepemilikan saham oleh manager dan institutional (Jensen dan Meckling, 1976).

Penelitian terdahulu menunjukkan hasil penelitian antara hubungan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional yang berbeda-beda, salah satu diantaranya adalah Putri dan Nasir (2006) dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara kepemilikan


(28)

commit to user

institusional dengan kepemilikan manajemen. Hal ini disebabkan karena manajemen tidak mau kehilangan suara dalam rapat pemegang saham sehingga apabila kepemilikan institusional naik, maka kepemilikan manajerial cenderung akan naik juga untuk mengimbangi kenaikan tersebut. Hubungan kepemilikan manajerial dengan kepemilikan institusional berhubungan positif namun tidak signifikan. Naiknya kepemilikan manajerial dikhawatirkan akan menjadi perusahaan keluarga atau perusahaan pribadi sehingga keputusan yang diambil akan menjurus kepada kepentingan oportunistik manajer. Oleh karena itu untuk mengimbangi naiknya kepemilikan manajemen maka diperlukan pengawasan dari pihak institusional.

Penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Bathala et al. (1994) membahas tentang hubungan antara kepemilikan institusional dengan kebijakan hutang. Pada penelitiannya, Bathala et al. (1994) menunjukkan bahwa institutional ownership memiliki hubungan negatif dengan kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi institutional

ownership dalam suatu perusahaan akan membuat perusahaan mengurangi

hutangnya dan juga tidak menambah besar taraf kepemilikan manajerial perusahaan dalam rangka mengurangi agency cost.

Menurut Moh’d et al. dalam Wahidahwati (2001), menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi


(29)

commit to user

dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Tingkat kepemilikan investor yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistik manajer kaitanya terhadap kinerja manajemen. Seringkali manajer bersifat opportunistik dan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan, maka untuk mengurangi konflik dibutuhkan agen pengawas terhadap perusahaan atau lebih tepatnya terhadap manajemen perusahaan. Kepemilikan institusional ini adalah berbentuk institusi seperti bank, perusahaan dan asuransi, perusahaan investasi, dan lembaga dana pesiun, dan lain-lain.

Kepemilikan institusional berperan dalam memberikan pengawasan yang efektif berkaitan dengan kebijakan hutang sehingga menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh pihak institusional sehingga mengurangi agecy cost. Aktivitas pengawasan manajemen, dapat dilakukan dengan cara yaitu pembentukan dewan komisaris beserta komite audit atau dapat pula dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga tidak dibawah pengawasan manajemen, sehingga dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif dalam pengawasannya (Haryono dalam Purbandari, 2008). Kepemilikan saham diharapkan dapat memenuhi aspek monitoring terhadap kebijakan hutang yang diambil manajemen. Kepemilikan saham yang yang terkonsentrasi oleh institusional investor


(30)

commit to user

akan lebih mengoptimalkan efektivitas pengawasan aktivitas manajemen karena besarnya dana yang ditanam.

2. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori tentang agency cost pertama kali dikemukan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori tersebut menegaskan bahwa struktur keuangan dipengaruhi oleh insentif dan perilaku dari pembuat keputusan (pihak manajemen). Dalam teorinya, Jensen dan Meckling (1976), mengungkapkan adanya dua potensi konflik antara pemegang saham dengan kreditur dan pemegang saham dengan manajemen.

a. Konflik antara Pemegang Saham dengan Kreditur

Kreditur menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang), sedangkan pendapatan pemegang saham bergantung pada besaran laba perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutangnya, dan pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam meraih laba yang banyak. Cara perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil, kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi bila proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat dari ketidak-mampuan pemegang saham memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, kreditur mengenakan biaya keagenan hutang (debt agency cost),


(31)

commit to user

dalam bentuk pembatasan penggunaan hutang oleh manajer. Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan hutang. Penggunaan hutang dibatasi karena kreditur tidak ingin mengambil risiko untuk melakukan semakin banyak investasi di kegiatan berisiko yang memiliki kemungkinan kegagalan yang cukup besar. Jika proyek berisiko gagal, maka perusahaan akan memiliki biaya yang semakin besar dan dapat menyebabkan kebangkrutan, dan hutang yang diberikan kreditur tidak dapat terbayarkan. Hal ini menyebabkan kerugian pada kreditur.

Hutang perusahaan tidak hanya memiliki nilai pokok hutang namun juga memiliki bunga hutang (Kieso, 2001). Biaya yang ditanggung perusahaan tidak hanya nilai pokok hutang pada saat jatuh tempo namun juga bunga hutang yang dibayarkan setiap bulannya. Semakin besar nilai hutang maka akan semakin besar biaya bunga hutang yang harus ditanggung perusahaan setiap bulannya. Biaya bunga hutang pada taraf tertentu dapat menguntungkan perusahaan karena dapat sebagai biaya pengurang pajak, namun jika bunga hutang perusahaan terlalu banyak maka perusahaan akan mengalami penurunan laba yang besar bahkan tidak mungkin akan mengalami kerugian jika bunga hutang terus mningkat. Maka pembatasan jumlah hutang menjadi hal yang penting.


(32)

commit to user

b. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen

Pihak manajemen tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham, tetapi mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri. Akibatnya, pemegang saham menanggung biaya keagenan ekuitas (equity agency cost) untuk memantau kegiatan pihak manajemen. Salah satu biaya keagenan adalah kompensasi bagi akuntan publik untuk mengaudit perusahaan. Dengan adanya pengawasan dari pihak ketiga seperti akuntan publik, maka diharapkan kinerja pihak manajemen dapat terpantau sehingga manajemen tidak melakukan kegiatan yang mengarah kepada dirinya sendiri.

Biaya keagenan berupa kompensasi bagi akuntan publik untuk mengaudit menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membesar dan hal ini menyebabkan laba perusahaan akan menurun. Maka pihak manajemen akan berusaha meningkatkan laba dengan cara berinvestasi pada proyek-proyek yang berisiko ataupun tidak. Sumber dana dalam melakukan investasi bisa didapat dari internal perusahaan yaitu melalui penggunaan laba ditahan, dan bisa juga dari pihak eksternal yaitu melalui pinjaman.

Konflik keagenan dapat diminimalkan dengan adanya mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu (1) Dengan menurunkan agency cost dari free cash flow akan mengurangi sumber-sumber discretionary, khususnya aliran kas dibawah kontrol


(33)

commit to user

manajemen, (2) Meningkatkan pendanaan dengan hutang, dan (3) Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen, (4) Meningkatkan kepemilikan institusional sebagai monitoring agent. Adanya kepemilikan pemegang saham dari luar yaitu kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, (Jensen dan Meckling, 1976).

3. Investment Opportunity Set (IOS)

Pada Pakaryaningsih (2004) konsep dari investment opportunity set

(IOS), adalah kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan kesempatan investasi atau pilihan pertumbuhan (growth option), yang akan menentukan level pertumbuhan perusahaan. Pemilihan pelaksanaan kesempatan investasi memerlukan NPV (Net Present Value) yang positif dari proyek yang akan dikerjakan, sehingga dapat menentukan apakah proyek yang dipilih tadi akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Kesempatan investasi (investment opportunity set) menunjukkan bahwa asset tak berwujud perusahaan tidak memiliki nilai yang tetap sehingga perusahaan bisa saja kehilangan nilai atas asset tak berwujudnya jika terjadi krisis keuangan (Pandey, 2001). Tingginya resiko atas aktiva tak berwujud perusahaan ini membuat perusahaan sangat berhati-hati dalam menentukan investasinya. Investment opportunity set (IOS) merupakan opsi pertumbuhan perusahaan dan dapat diukur menggunakan tiga proksi. Tiga proksi pengukur investment opportunity set adalah harga


(34)

commit to user

pasar, investasi dan pengukur varian (Kallapur dan Trombley dalam Fasial, 2004).

Menurut Kallapur dan Trombley dalam Fasial (2004) tiga proksi pengukur IOS dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dalam pasar dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riil lainnya.

b. Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu perusahaan.

c. Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva.

Kesempatan investasi menunjukkan bahwa asset tak berwujud perusahaan tidak memiliki nilai yang tetap sehingga perusahaan bisa saja kehilangan nilai atas asset tak berwujudnya jika terjadi krisis keuangan. Tingginya resiko atas aktiva tak berwujud perusahaan ini membuat perusahaan sangat berhati-hati dalam menentukan investasinya.


(35)

commit to user

4. Firm Size

Ukuran perusahaan menjadi suatu yang perlu dipertimbangkan karen ukuran perusahaan yang besar akan lebih mudah untuk mendapat pinjaman dari pihak ketiga (Faisal, 2004). Kemudahan ini dikarenakan perusahaan besar memiliki asset yang besar sehingga dinilai oleh pihak ketiga lebih aman jika dibandingkan dengan memberikan pinjaman pada perusahaan dengan asset yang kecil. Dilihat dengan adanya kemudahan ini berarti perusahaan yang dikategorikan besar dapat lebih mudah untuk mendapatkan dana bagi investasi mereka.

Sebuah perusahaan pasti memerlukan dana untuk melakukan investasi. Salah satu sumber dana bagi perusahaan adalah kebijakan hutang perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula hutang yang akan dibuat. Hal ini dikarenakan kemudahan mendapat kepercayaan dari kreditur (Soliha dan Taswan, 2002).

Hubungan positif antara kebijakan hutang dan ukuran perusahaan

(firm size) dibahas dalam penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2001).

Pada penelitiannya Pandey (2001) menyatakan bahwa perusahaan yang cukup besar akan memiliki hutang jangka panjang yang lebih besar dibandingkan oleh perusahaan yang kecil. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales (1995).

Penelitian tentang hubungan antara ukuran perusahaan (firm size) dengan kebijakan hutang juga dilakukan di Indonesia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang


(36)

commit to user

menyatakan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara size dan kebijakan hutang. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2004). Pada penelitiannya, Faisal (2004) menunjukkan bahwa hubungan antara size dengan kebijakan hutang adalah positif namun tidak signifikan.

5. Cash From Operation

Metode penilaian investasi dapat diukur dalam berbagai cara diantaranya adalah dengan menggunakan laba akuntansi dan arus kas dari operasi (cash from operation). Cash from operation sendiri dapat diartikan sebagai Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, bunga atas hutang, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (Pradhono dan Christiawan, 2004).

Menurut Damodaran dalam Pradhono dan Christiawan (2004), informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi


(37)

commit to user

(cash from operation), investasi (cash flow from investing activities) dan

pendanaan (cash flow from financing activities) (Kieso, 2001).

Ross, et, al. (2000) menyatakan bahwa cash from operation adalah salah satu komponen dari free cash flow jadi cash from operation akan mempengaruhi besar kecilnya free cash flow. Faisal (2004) menyatakan besar kecilnya free cash flow akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat hutang perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan berusaha menurunkan

agency cost free cash flow dengan cara menaikkan kepemilikan dari pihak

ke tiga. Agency cost free cash flow dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengawasi manajer yang terlalu memboroskan free cash flow (Jensen, 1986).

6. Profitability

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu periode yang dinyatakan dalam rasio laba operasi terhadap penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan pada saat operasinya (Soliha dan Taswan, 2002). Keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan perusahaan setelah bunga dan pajak. Keuntungan yang besar akan memungkinkan pembagian dividen yang besar pula oleh perusahaan.

Rasio profitabilitas merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa yang mengukur tingkat pengembalian investasi pemegang saham. Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam


(38)

commit to user

mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula (Kieso, 2001).

Tandelilin (2001: 240) menyatakan bahwa salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Dua rasio profitabilitas utama yang biasa digunakan yaitu (1) return on equity (ROE), yang menggambaran sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham, dan (2) return on asset (ROA), menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.

Meythi (2005) menguji lima kelompok rasio keuangan yaitu likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan pertumbuhan untuk menentukan rasio mana yang baik dalam memprediksi pertumbuhan laba. Ada tiga proksi dari rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu profit margin (PM), return on asset (ROA) dan return on

equity (ROE). Hasilnya menunjukkan bahwa return on asset (ROA) adalah

rasio yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan. Ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk tumbuh dipengaruhi oleh


(39)

commit to user

pendapatan dan pengelolaan aset yang efektif dan efisien. ROA dapat diperoleh dengan cara membagi laba bersih sebelum pajak yang tersedia untuk pemegang saham dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan.

Profitabilitas yang tinggi akan memberikan sinyal positif kepada investor bahwa perusahaan berada dalam posisi yang baik. Profitabilitas dapat menarik investor dikarenakan tujuan dari investor adalah mendapatkan return atas modal yang ditanamkan oleh mereka dan dengan profitabilitas yang baik maka semakin besar return yang diharapkan investor (Soliha dan Taswan, 2002).

Profitabilitas selain mempengaruhi nilai perusahaan tetapi juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang dan pajak. Semakin besar keuntungan perusahaan maka perusahaan akan mampu mendapatkan hutang yang cukup besar dan mendapatkan keuntungan dari pajak (Pandey, 2001). Hutang perusahaan pasti akan menimbulkan bunga hutang. Bunga hutang perusahaan bisa dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan, biaya bunga juga masuk dalam biaya yang diakui sebagai biaya pengurang laba. Dengan turunnya laba maka pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil dan perusahaan menadapat keuntungan dari pajak (Deniansyah, 2009). Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan rasio profitabilitas. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.


(40)

commit to user 7. Kebijakan Utang

Hutang dapat diartikan pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkakan oleh kewajiban-kewajiban di saat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu (Kieso, 2001). Definisi dalam hutang juga dapat dinyatakan dalam cara yang berbeda. Definisi tentang hutang tergantung pada tujuan dari analisis (Rajan dan Zingales 1995). Kebijakan hutang sering di tunjukan dengan rasio hutang terhadap total aktiva atau disebut dengan debt ratio, rasio ini memberikan presentase total dana yang disediakan oleh kreditur, termasuk dalam hutang ini adalah hutang lancar dan hutang jangka panjang (Bringham, 2001).

Menurut Kieso (2001), hutang dapat dibedakan menjadi dua yaitu hutang lancar dan hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah hutang yang jatuh temponya tidak lebih dari 1 tahun. Hutang jangka panjang adalah hutang yang jatuh temponya lebih dari 1 tahun. Dalam menjalankan operasinya, setiap perusahaan menghadapi masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Sumber dana perusahaan dapat dilihat dari sisi pasiva pada neraca perusahaan, sedangkan penggunaan dana dapat dilihat dari sisi aktiva dari neraca perusahaan.

Seorang manajer memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan dana. Dalam melaksanakan tugas tersebut manajer dihadapkan adanya suatu siklus


(41)

commit to user

dalam pembelanjaan, dalam arti kadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari hutang dan suatu saat lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri. Kebijakan yang berkaitan dengan pendanaan merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Keputusan pendanaan ini berhubungan dengan keputusan manajer dalam menentukan sumber-sumber pendanaan apakah didanai dari modal internal atau modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan sedangkan modal eksternal berasal dari modal sendiri atau melalui hutang.

Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002). Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, hal ini dikarenakan hutang yang ada pada perusahaan dapat digunakan untuk pengendalian free cash flow daripada melakukan investasi yang sia-sia, dengan demikian meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Rossa et al. (2000), free cash flow diartikan sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset. Fasial (2004) pada penelitiannya mengungkapkan bahwa pada perusahaan besar semakin besar free cash flow maka hutang perusahaan akan semakin besar. Perusahaan akan menambah hutang dengan tujuan memperbesar biaya keuangan perusahaan melalui pembayaran biaya bunga hutang dan pelunasan hutang sehingga diharapkan free cash flow akan menjadi lebih kecil (Faisal, 2004).


(42)

commit to user

Nilai perusahaan yang naik akan meningkatkan harga saham perusahaan. namun hal ini akan berbalik pada titik tertentu dikarenakan semakin tinggi hutang akan menurunkan nilai perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002). Seorang manajer harus cermat dalam menentukan kebijakan hutang, yaitu dalam penentuan proporsi yang tepat antara hutang dan ekuitas. Semakin tinggi hutang perusahaan maka akan semakin berat bagi perusahaan untuk melunasi hutangnya. Tidak jarang banyak perusahaan yang tidak mampu melunasi hutang-hutangnya tersebut dan akhirnya dinyatakan pailit.

Fungsi lain hutang selain sebagai peningkat nilai perusahaan dan pengontrol free cash flow adalah sebagai alat untuk melakukan penghematan pajak. Penghematan pajak dapat terjadi karena dengan adanya hutang pada perusahaan maka biaya bunga akan menjadi besar dan laba perusahaan akan menjadi lebih kecil sehingga pajak perusahaan akan menjadi lebih kecil (Deniansyah, 2009). Perusahaan memang dapat menikmati bertambahnya penghematan pajak yang diperoleh dari bertambahnya hutang, akan tetapi pendanaan yang diperoleh dari hutang juga dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan dikarenakan semakin besarnya beban bunga. Perusahaan bisa menangguhkan (mengabaikan) pembayaran dividen, tetapi pembayaran bunga tetap harus dipenuhi tepat waktu dan jumlahnya. Kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga disebabkan oleh kas yang dimiliki tidak cukup dan dapat


(43)

commit to user

mengakibatkan perusahaan menanggung beban keuangan, dan wujud beban keuangan yang paling berat adalah kebangkrutan (Deniansyah, 2009).

Pembiayaan investasi dari pihak luar yang berupa hutang dapat terpenuhi dengan mudah jika perusahaan didukung dengan kemampuan memperoleh laba (Soliha dan Taswan, 2002). Perusahaan yang profitable

umumnya meminjam dalam jumlah sedikit dan perusahaan yang memiliki

profitable rendah cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua

alasan dana internal yang tidak cukup dan hutang merupakan sumber dana eksternal yang lebih disukai. Kemampuan memperoleh laba yang baik akan menyakinkan debtholder bahwa perusahaan yang berhutang dapat mengembalikan hutangnya.

Struktur modal dan struktur keuangan merupakan keputusan manajemen dalam menentukan kebijakan hutang. Menurut Bringham dan Houston (2001) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang adalah:

a. Stabilitas penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

b. Struktur aktiva perusahaan

Perusahaan dengan struktur aktiva yang cocok dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak hutang.


(44)

commit to user

c. Leverage keuangan

Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan, karena akan mempunyai neraca bisnis yang lebih baik.

d. Tingkat pertumbuhan

Perusahaan yang tumbuh dengan pesat akan membutuhkan sumber dana dari modal ekstern yang lebih besar.

e. Profitabilitas

Perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relative kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

f. Pajak

Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, oleh karena itu semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, maka semakin besar daya tarik penggunaan pihutang.

g. Pengendalian

Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal perusahaan.

h. Sikap manajemen

Sikap pemberi pinjaman dan penilai peringkat sering kali mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan dana kebutuhan dana.


(45)

commit to user

i. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat

Sikap memberi pinjamaan dan penilai peringkat sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Suatu perusahaan akan mengalami penurunan peringkat obligasinya. Jika perusahaan tersebut menerbitkan lebih banyak obligasi.

j. Kondisi pasar

Kondisi pasar modal sering mengalami perubahan, dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal.

k. Kondisi internal perusahaan

Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham.

l. Fleksibilitas keuangan

Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi.

B. Penelitian Terdahulu

Cructhley and Hansen (1989) mengungkapkan bahwa pengaruh kebijakan hutang terhadap kepemilikan institusional adalah positif. Kebijakan hutang yang tinggi menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debt

holders. Dari sisi debt holders, transparansi manajemen akan menurunkan


(46)

commit to user

transparansi manajemen kepada debt holders maka diharapkan perilaku manajamen akan semakin sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. Maka hal ini menyebabkan masuknya kepemilikan institusional. Hal ini sejalan dengan penelitian Ismiyati dan Hanafi (2003) dan penelitian Putri dan Nasir (2006) yang menunjukkan hubungan yang positif namun tidak signifikan dalam hubungan kebijakan hutang dengan kepemilikan institusional.

Myers (1977) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung untuk tidak menambah hutang karena masalah underinvestment dan asset-substitution. Masalah underinvestment

berhubungan dengan manajemen perusahaan yang menghindari klaim dari

debt holders. Manajemen perusahaan cenderung enggan melakukan investasi

yang dapat meningkatkan nilai perusahaan karena debt holders merupakan pihak yang memiliki kalim pertama atas aliran kas yang diperoleh dari proyek yang berjalan. Maka hal ini membuat manajemen memilih untuk mengurangi hutang. Pendapat Myers (1977) ini sejalan dengan hasil penelitian Lestari (2004). Dalam penelitannya, menunjukkan hubungan yang negatif antara investment opportunity set (IOS) dengan kebijakan hutang.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002) menunjukkan bahwa hubungan kebijakan hutang dengan kebijakan dividen adalah negatif tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa jika hutang meningkat, maka kemampuan perusahaan untuk membayar dividen akan semakin rendah. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitan yang dilakukan oleh Putri dan Nasir (2006) yang menunjukkan bahwa adanya


(47)

commit to user

hubungan positif yang tidak signifikan antara kebijakan dividen dan kebijakan hutang. Dalam penelitiannya, Putri dan Nasir (2006) menjelaskan adanya hubungan positif ini berhubungan dengan sampel penelitian mereka yang mengambil kondisi pasar Indonesia setelah terjadinya krisis dimana perusahaan lebih memilih untuk membagikan dividen untuk menarik investor dibandingkan dengan membayar bunga.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Pradhono dan Christiawan (2004) menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara arus kas operasi dan return saham, maka dapat disimpulkan bahwa jika arus kas operasi suatu perusahaan adalah positif akan dapat menarik investor. Hal ini dikarenakan arus kas operasi yang positif lebih menjamin kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya di masa akan datang. Sehingga nilai perusahaan naik.

Hubungan antara nilai perusahaan dengan kebijakan hutang dijelaskan oleh Soliha dan Taswan (2002). Dalam penelitiannya, mereka menjelaskan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan dengan nilai perusahaan. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pajak.

Penelitan yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007) tentang profitabilitas terhadap leverage menunjukkan hasil yang negatif dan signifikan. Profitabilitas akan meningkatkan laba sehingga mengurangi minat perusahaan untuk melakukan hutang dan leverage akan menurun.


(48)

commit to user

Tersedianya dana intern yang semakin meningkat akan menurunkan minat perusahaan untuk melakukan pembiayaan melalui hutang sehingga leverage menurun (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

Penelitian tentang kebijakan hutang tidak hanya dilakukan di dalam negeri namun juga dilakukan diluar negeri diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Pandey (2001). Dalam penelitiannya, dia mengungkapkan bahwa kebijakan hutang memiliki hubungan positif signifikan dengan ukuran perusahaan (firm size). Sedangkan kebijakan hutang memiliki hubungan negatif dengan investment opprtunity set (IOS), profitability, risiko (risk), dan

tangibility. Hubungan positif antara kebijakan hutang dan ukuran perusahaan

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales (1995). Penelitian tentang institutional ownership dalam hubungannya dengan kebijakan hutang juga dilakukan oleh Bathala et al. (1994) yang menunjukkan hubungan yang negatif.

Penelitian lain tentang kebijakan hutang dilakukan oleh Aggarwal et al. (2008). Dalam penelitian mereka yang memfokuskan hubungan kebijakan hutang dengan nilai perusahaan menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif tidak signifikan antara nilai perusahaan dengan kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002).


(49)

commit to user

C. Kerangka Teoritis

Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dengan bagan seperti berikut :

Gambar II Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

(+)

(-) (+)

(+) (-)

Institutional Ownership

IOS

Size  

Cash from Operation

Profitability

   

Kebijakan Utang

D. Hipotesis

Putri dan Nasir (2006) menyebutkan bahwa dengan tingginya kepemilikan manajerial, para investor institusional akan mendapatkan kesempatan kontrol perusahaan yang lebih sedikit. Churtley dan Hansen (1989) melakukan penelitian dengan bukti empiris yang diperoleh bahwa kepemilikan modal institutional mempunyai hubungan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan bukti yang sama diperoleh Putri dan Nasir (2006) dan Ismiyati dan Hanafi (2003) namun dalam penelitian Ismiyati dan Hanafi (2003) menunjukkan hasil yang signifikan. Penelitian yang dilakukan


(50)

commit to user

di luar negeri oleh Bathala et al. (1994) tentang institutional ownership ini menunjukkan hasil sebaliknya dari penelitian yang dilakukan di dalam negeri. Bukti empiris tersebut mendasari perumusan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

Ha1 = Insititusional ownership berpengaruh positif signifikan terhadap

kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lestari (2004) memperoleh bukti empiris bahwa kebijakan hutang pada perusahaan bertumbuh cenderung lebih kecil. Perusahaan tidak ingin berhubungan dengan klaim oleh debt holders jika tidak dapat membayar hutang dalam melakukan investasi yang baru. Hasil ini sejalan dengan Pakaryaningsih (2004) dan Pandey (2001) yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara kebijakan hutang dengan Investment opportunity set

(IOS). Pandey (2001) menyebutkan hubungan negatif antara kebijakan hutang dan IOS ini tidaklah signifikan. Dengan bukti tersebut maka dibentuk hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha2 = Investment opportunity set (IOS) berpengaruh negatif signifikan

terhadap kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(51)

commit to user

Pada penelitiannya, Pandey (2001) mengungkapakan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan cenderung menggunakan berbagai macam cara dalam menghadapi kebangkrutan dan semakin sulit untuk bangkrut. Hubungan positif antara size dan kebijakan hutang perusahaan dalam penelitian Pandey (2001) ini sama dengan hasil penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007). Atas dasar bukti tersebut maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini:

Ha3 = Firm size berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan

hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa efek Indonesia (BEI).

Cash from operation merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan

investasi. Pradhono dan Christiawan (2004) mengungkapkan bahwa dengan adanya arus kas dari operasi yang positif maka perusahaan akan memiliki kemampuan untuk menjalankan operasinya di masa yang akan datang. Arus kas dari operasi yang posisitf akan menarik investor sehingga dapat meningkatkan nilai dari perusahaan. Hubungan nilai dari perusahaan dengan kebijakan hutang diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002). Pada penelitian mereka, Soliha dan Taswan (2002) mengungkapkan bahwa dengan adanya hutang maka para manajer akan dapat terkendali walaupun masih membutuhkan bantuan pengendalian dari


(52)

commit to user

dimata investor. Atas dasar penelitian tersebut maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini:

Ha4 = Cash from operation berpengaruh positif signifikan terhadap

kebijakan hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sujoko dan Soebiantoro (2007), mengungkapkan bukti empiris antara profitabilitas dengan kebijakan hutang. Mereka mengungkapkan bahwa profitabilitas yang semakin meningkat akan meningkatkan laba ditahan. Perusahaan memilih untuk melakukan pembiayaan melalui kemampuan internal daripada menggunakan hutang. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan Sudarma dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007) dan hasil penelitan Pandey (2001). Atas dasar penelitian tersebut maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini:

Ha5 = Profitability berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan

hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(53)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi yang menguji hipotesis dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh institutional ownership, investment opportunity

set (IOS), firm size, cash from operation dan profitability terhadap kebijakan

hutang perusahaan pada perusahaan manufaktur yang go public di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian merupakan penelitian dengan data cross section, karena penelitian ini memfokuskan pada suatu peristiwa pada tahun 2005 sampai dengan 2007 serta pengumpulan data dilakukan hanya satu kali.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan kelompok orang, kejadian atau peristiwa yang menjadi perhatian para peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2000). Populasi yang digunakan sebagai sampel frame penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang telah go publik di Indonesia. Populasi dalam penelitian ini perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


(54)

commit to user

Indonesia (BEI) karena merupakan kelompok industri terbesar dalam BEI sehingga diharapkan dapat diperoleh jumlah sampel dan observasi yang representatif.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian atau anggota dari populasi (Sekaran, 2000). Sampel merupakan beberapa anggota yang diambil dari populasi. Sampel yang diteliti selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 yang menyediakan data yang dibutuhkan dalam penghitungan, pengukuran dan penilaian variabel. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode pengambilan anggota sampel ini menggunakan dasar beberapa kriteria sebagai berikut ini:

a. Perusahaan manufaktur yang telah go public per tanggal 31 Desember 2004 karena laporan keuangan yang diamati dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah dipublikasikan tanggal 1 Januari 2005 sampai tanggal 31 Desember 2007.

b. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama tahun 2005, 2006 dan 2007 dengan mencantumkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Sampel adalah himpunan obyek pengamatan yang dipilih dari populasi. Ukuran sampel adalah banyaknya pengamatan dalam sampel (Sekaran, 2000). Dikarenakan periode penelitian dan kriteria pengambilan


(55)

commit to user

sampel yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kemungkinan sampel yang dihasilkan pada penelitian adalah sampel besar. Sampel besar adalah sampel yang jumlah sampelnya lebih dari 100 (Sekaran, 2000).

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang diperoleh dari pihak lain (Sekaran, 2000). Alasan menggunakan data sekunder dengan pertimbangan bahwa data ini mudah untuk diperoleh dan memiliki waktu yang lebih luas. Adapun data berikut terdiri dari data berikut ini.

1. Data perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian.

2. Laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur selama tahun 2005 sampai dengan 2007.

D. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diuji secara sistematis, yaitu seperti berikut ini.

1. Variabel Independen (variabel bebas)

a. Institutional ownership diberi simbol INS

Variabel ini mewakili persentase saham yang dimiliki oleh institusi. Variabel ini diukur dengan tingkat persentase


(56)

commit to user

saham yang dimiliki oleh institusi pada tanggal pelaporan keuangan perusahaan.

b. Investment opportunity set diberi simbol IOS

Variabel inimewakili investment opportunity set perusahaan. Variabel ini diukur dengan proksi berdasarkan harga (market

to book value of equity) yang dimiliki oleh perusahaan pada

akhir tahun. Menurut Lestari (2004) formula untuk menetukan IOS adalah seperti berikut ini:

Market to book value equity

= (Jumlah saham beredar X Harga penutupan saham)

Total Ekuitas

c. Firm size diberi simbol Size

Size menunjukkan besar atau kecilnya suatu perusahaan

melalui total penjualan dalam laporan laba rugi akhir periode mereka. Rumus dalam menentukan firm size menurut Pandey (2001) adalah Log natural dari total penjualan (Ln total penjualan).

d. Cash from operation diberi simbol CFO

Cash from operation dapat diukur dengan jumlah arus kas

bersih dari aktivitas operasional yang tersaji dalam laporan arus kas.


(57)

commit to user

e. Profitability diberi simbol ROA

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Pengukuran profitabilitas perusahaan menggunakan rasio ROA (Return On Asset). Menurut Pandey (2001), Rumus ROA adalah sebagai berikut:

ROA = EBIT

Total asset

2. Variabel Dependen (variabel terikat)

Kebijakan hutang diproksikan dengan nilai debt to equity ratio

yang merupakan hasil pembagian antara kewajiban jangka panjang dengan jumlah total antara kewajiban jangka panjang dan modal sendiri. Debt to Equity Ratio, variable debt ratio

diberi simbol DER. DER Merupakan hasil bagi antara long-term

liabilities tahunan dengan jumlah long-term liabilities tambah

shareholders equity tahunan. Menurut Lestari (2004), Debt to

Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut

DER = Total Kewajiban


(58)

commit to user

E. Metode Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi dengan membagi model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk menguji normalitas, peneliti akan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai ρ value > 0.05 maka data tersebut berdistribusi normal, jika ρ value < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan asumsi central limit theorem yang menyatakan bahwa untuk sampel besar (n > 30) akan mendekati suatu distribusi normal (Gujarati, 2003).

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Pengujian Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat


(59)

commit to user

Tolerence dan Variance Infaltion Factors (VIF) dengan alat bantu

program Statistical Product and Service Solution (SPSS).

Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang

terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Jadi nilai

Tolerence yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena

VIF = 1/Tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerence < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Bila ternyata dalam model terdapat multikolinieritas, peneliti akan mengatasi hal tersebut dengan transformasi variabel. Transformasi variabel merupakan salah satu cara mengurangi hubungan linier di antara variabel independen. Transformasi dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural dan bentuk first difference atau delta (Ghozali, 2005).

b. Pengujian Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006), autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data SPSS dalam data time series) atau ruang (seperti data cross section). Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu (untuk time

series) atau hubungan antara tempat yang berdekatan (cross

sectional). Pada penelitian ini menggunakan alat uji runs test. Dari


(60)

commit to user

didasarkan pada nilai asymp.sig dalam uji run test. Apabila asymp. Sig. Lebih besar dari 5%, maka tidak terjadi gejala autokorelasi dan sebaliknya jika asymp. Sig. Lebih kecil 5% maka terjadi gejala aoutokorelasi dalam model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.

c. Pengujian Heteroskedaktisitas

Uji heterokedaktisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dalam model, peneliti akan menggunakan uji Glejser dengan bantuan program SPSS. Apabila koefisien parameter beta > 0.05 maka tidak ada masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Jika ternyata dalam model terdapat heteroskedastisitas, maka cara memperbaiki dapat dilakukan dengan cara:


(61)

commit to user

1) Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam model tersebut.

2) Melakukan transformasi logaritma.

3. Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di atas maka hipotesis akan diuji dengan persamaan regresi seperti berikut ini.

Keterangan:

DER = Debt to equity ratio β0,β1,β2,β3,β4,β5 = Konstanta

INS = Institutional ownership

IOS = Investment opportunity set

Size = FirmSize

CFO = Cash From Operation

ROA = Return On Asset

εi = Error term

DER = β0 + β1 INS + β2 IOS + β3 Size +β4 CFO + β5 ROA + ε1

a. Pengujian Ketepatan Perkiraan (R2)

Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1


(62)

commit to user

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2.

b. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Signifikansi F)

Untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen, maka peneliti menggunakan uji pengaruh simultan (F test) dengan alat bantu program SPSS. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah:

1) Menentukan Hipotesis. H0 : b1 = b2 = b3 …….= bn

Ha : b1≠ b2≠ b3 ……..= bn

2) Menentukan Ftabel dengan tingkat signifikansi 0,05.

3) Menghitung Fhitung dan kemudian membandingkan dengan

Ftabel.

Kriteria pengujiannya adalah:

1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila ρ value < 0.05 atau

bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan.


(63)

commit to user

2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila ρ value > 0.05 atau

bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan.


(64)

commit to user

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh

institutional ownership (INS), investment opportunity set (IOS), size, cash

from operation (CFO) dan profitability (ROA) terhadap kebijakan hutang

perusahaan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan laporan keuangan

perusahaan yang dapat diakses melalui www.idx.co.id. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian:

Tabel IV.1 Hasil Pengambilan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI per 1 Januari 2005 s/d 31

Desember 2007 1012

2. Perusahaan yang terdaftar di BEI termasuk kelompok industri

perbankan dan asuransi per 1 Januari 2005 s/d 31 Desember 2007. 574

3. Perusahaan perusahaan yang terdaftar di BEI dan tidak termasuk

kelompok industri perbankan dan asuransi yang tidak

mencantumkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian 50

jumlah Sampel penelitian. 388


(65)

commit to user

Terdapat 1012 perusahaan yang terdaftar di BEI per 1 Januari 2005 sampai dengan 31 desember 2007. Akan tetapi terdapat 574 perusahaan perbankan dan asuransi dan 50 perusahaan yang tidak mencantumkan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam penelitian dimana ketiga kelompok perusahaan tersebut harus dikeluarkan dari sampel penelitian. Sehingga didapat jumlah 388 perusahaan dari tahun 2005-2007 yang memenuhi kriteria dan dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

Perusahaan yang dijadikan sampel sebanyak 388 perusahaan dengan masa observasi tiga tahun (2005-2007). Adapun daftar perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada lampiran. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan data dari perusahaan yang dijadikan sampel selama tahun 2007. Data digunakan untuk menganalisis pengaruh institutional ownership (INS),

investment opportunity set (IOS), firm size (SIZE), cash from operation

(CFO) dan profitability (ROA) terhadap kebijakan hutang perusahaan. Analisis dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0.

B. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk melihat distribusi data yang digunakan sebagai sampel. Berikut merupakan statistik deskriptif untuk masing-masing variabel:


(66)

commit to user Tabel IV.2 Hasil Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

INS 388 0,57 100,00 70,8740 20,08187

IOS 388 -13047,44 3737508,90 16077,7122 197518,27579

SIZE 388 8,39 18,07 13,3625 1,58188

ROA 388 -1,08 19,53 0,1087 1,02703

DER 388 -69,95 827,93 4,3033 44,16592

CFO 388 -1279818,06 11244269,00 186459,8636 853764,80798

Valid N

(listwise) 388

INS : Institutional Ownership

IOS : Investment Opportunity Set

ROA : Return On Asset

DER : Debt to Equity Ratio

CFO : Cash From Operation

Tabel di atas menunjukkan untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan dijadikan sampel penelitian memiliki rata-rata nilai INS sebesar 70,8740, nilai minimum sebesar 0,57 dan nilai maksimum sebesar 100 dan dengan standar deviasi 20,08187. Statistik dekskriptif pada INS ini memberi gambaran bahwa penyebaran data untuk variabel INS adalah sebesar 50,79213 sampai dengan 90,95587.

Rata-rata nilai IOS sebesar 16077,7122, nilai minimum sebesar

-13047,44 dan nilai maksimum sebesar 3737508,90. Statistik dekskriptif pada IOS ini memberi gambaran bahwa penyebaran data untuk variabel IOS adalah sebesar -181440,5636  sampai dengan 213595,988. Rata-rata nilai SIZE sebesar 13,3625, nilai minimum sebesar 8,39 dan nilai maksimum sebesar


(67)

commit to user

18,07. Statistik dekskriptif pada SIZE ini memberi gambaran bahwa

penyebaran data untuk variabel SIZE adalah sebesar 11,78062 sampai dengan 14,94438.

Rata-rata nilai ROA sebesar 0,1087, nilai minimum sebesar -1,08 dan nilai maksimum sebesar 19,53. Statistik dekskriptif pada ROA ini memberi penggambaran bahwa penyebaran data untuk variabel ROA adalah sebesar -0,91833 sampai dengan 1,13573. Rata-rata nilai CFO sebesar 186459,8636, nilai minimum sebesar -1279818,06 dan nilai maksimum sebesar 11244269,00. Statistik dekskriptif pada CFO ini memberi gambaran bahwa penyebaran data untuk variabel CFO adalah sebesar -39,86262  sampai dengan 48,46922. Rata-rata nilai DER sebesar 4,3033, nilai minimum sebesar -69,95dan nilai maksimum sebesar 827,93. Statistik dekskriptif pada DER ini memberi gambaran bahwa penyebaran data untuk variabel DER adalah sebesar -667304,9444 sampai dengan 1040224,672

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear untuk menguji pengaruh institutional ownership (INS), investment

opportunity set (IOS), size, cash from operation (CFO) dan profitability

(ROA) terhadap kebijakan hutang perusahaan. Namun sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik.


(68)

commit to user

C. Pengujian Asumsi Klasik

Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan signifikan dan representative jika model regresi tersebut tidak menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas dan multikolinearitas.

1. Uji Normalitas

Hasil pengujian normalitas data secara ringkas hasil ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel IV.3

Hasil Uji Normalitas Data 1

Unstandardized Residual

N 388

Mean .0000000

Normal Parametersa

Std. Deviation 43.89916461

Absolute .370

Positive .370

Most Extreme Differences

Negative -.358

Kolmogorov-Smirnov Z 7.283

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov terhadap residual regresi yang dilakukan dengan program SPSS

16.0. tabel di atas menunjukkan bahwa data penelitian terdistribusi tidak normal dengan nilai asymp sig. 0,000 yang lebih kecil 5%. Oleh karena data tidak berdistribusi normal, dilakukan proses outlier data penelitan


(1)

commit to user

ANOVAd

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 38.879 5 7.776 17.531 .000a

Residual 89.594 202 .444

1

Total 128.474 207

Regression 38.876 4 9.719 22.020 .000b

Residual 89.598 203 .441

2

Total 128.474 207

Regression 38.630 3 12.877 29.238 .000c

Residual 89.844 204 .440

3

Total 128.474 207

a. Predictors: (Constant), cfo, ios, ins, roa, size b. Predictors: (Constant), cfo, ins, roa, size c. Predictors: (Constant), cfo, roa, size d. Dependent Variable: der

Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) -2.514 .554 -4.541 .000

ins .003 .004 .045 .726 .469 .901 1.109

ios 2.603E-7 .000 .005 .084 .933 .972 1.029

size .278 .042 .457 6.558 .000 .712 1.404

roa -3.775 .536 -.452 -7.043 .000 .837 1.195

1

cfo -3.992E-7 .000 -.156 -2.293 .023 .742 1.348

(Constant) -2.512 .552 -4.552 .000

ins .003 .004 .046 .747 .456 .919 1.088

size .278 .042 .456 6.597 .000 .719 1.391

roa -3.772 .534 -.452 -7.069 .000 .840 1.190

2

cfo -3.985E-7 .000 -.156 -2.297 .023 .743 1.346

(Constant) -2.430 .540 -4.499 .000

size .286 .041 .470 7.043 .000 .771 1.296

roa -3.766 .533 -.451 -7.066 .000 .840 1.190

3

cfo -4.035E-7 .000 -.158 -2.330 .021 .744 1.344


(2)

commit to user

Coefficient Correlationsa

Model Cfo ios ins roa size

cfo 1.000 -.046 .045 -.256 -.378

ios -.046 1.000 -.140 -.065 .097

ins .045 -.140 1.000 -.007 -.271

roa -.256 -.065 -.007 1.000 -.177

Correlations

size -.378 .097 -.271 -.177 1.000

cfo 3.031E-14 -2.486E-14 2.864E-11 -2.391E-8 -2.795E-9

ios -2.486E-14 9.587E-12 -1.588E-9 -1.077E-7 1.278E-8

ins 2.864E-11 -1.588E-9 1.341E-5 -1.414E-5 -4.211E-5

roa -2.391E-8 -1.077E-7 -1.414E-5 .287 -.004

1

Covariances

size -2.795E-9 1.278E-8 -4.211E-5 -.004 .002

cfo 1.000 .039 -.260 -.376

ins .039 1.000 -.016 -.261

roa -.260 -.016 1.000 -.172

Correlations

size -.376 -.261 -.172 1.000

cfo 3.009E-14 2.440E-11 -2.407E-8 -2.748E-9

ins 2.440E-11 1.309E-5 -3.182E-5 -3.980E-5

roa -2.407E-8 -3.182E-5 .285 -.004

2

Covariances

size -2.748E-9 -3.980E-5 -.004 .002

cfo 1.000 -.260 -.379

roa -.260 1.000 -.183

Correlations

size -.379 -.183 1.000

cfo 2.998E-14 -2.396E-8 -2.668E-9

roa -2.396E-8 .284 -.004

3

Covariances

size -2.668E-9 -.004 .002


(3)

commit to user

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions Model Dimension Eigenvalue

Condition

Index (Constant) ins ios size roa cfo

1 3.634 1.000 .00 .00 .00 .00 .02 .01

2 .967 1.938 .00 .00 .93 .00 .00 .01

3 .902 2.008 .00 .00 .04 .00 .10 .47

4 .473 2.772 .00 .00 .00 .00 .85 .36

5 .020 13.415 .06 .99 .02 .05 .00 .00

1

6 .004 32.120 .94 .00 .01 .95 .03 .14

1 3.598 1.000 .00 .00 .00 .02 .01

2 .904 1.995 .00 .00 .00 .10 .48

3 .474 2.757 .00 .00 .00 .85 .36

4 .021 13.232 .06 .99 .05 .00 .00

2

5 .004 31.874 .94 .00 .95 .03 .14

1 2.711 1.000 .00 .00 .05 .03

2 .822 1.816 .00 .00 .05 .52

3 .463 2.420 .00 .00 .88 .31

3

4 .004 27.643 1.00 1.00 .03 .14

a. Dependent Variable: der

Excluded Variablesc

Collinearity Statistics

Model Beta In t Sig.

Partial

Correlation Tolerance VIF Tolerance Minimum

2 ios .005a .084 .933 .006 .972 1.029 .712

ios .011b .188 .851 .013 .991 1.009 .743

3

ins .046b .747 .456 .052 .919 1.088 .719

a. Predictors in the Model: (Constant), cfo, ins, roa, size b. Predictors in the Model: (Constant), cfo, roa, size c. Dependent Variable: der


(4)

commit to user

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -.7859 2.1206 1.1656 .43199 208

Std. Predicted Value -4.517 2.211 .000 1.000 208

Standard Error of Predicted

Value .047 .297 .084 .039 208

Adjusted Predicted Value -1.1724 2.1186 1.1630 .44101 208

Residual -1.24791 1.88327 .00000 .65881 208

Std. Residual -1.880 2.838 .000 .993 208

Stud. Residual -1.891 2.848 .002 1.004 208

Deleted Residual -1.26223 1.93540 .00263 .67488 208

Stud. Deleted Residual -1.903 2.899 .004 1.009 208

Mahal. Distance .023 40.346 2.986 4.890 208

Cook's Distance .000 .425 .006 .030 208

Centered Leverage Value .000 .195 .014 .024 208


(5)

commit to user


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

6 130 144

Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

0 36 93

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

2 95 71

Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Leverage Dan Return Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia

15 175 99

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103