Landasan Teori PENGARUH INSTITUTIONAL OWNERSHIP, INVESMENT OPPORTUNITY SET (IOS), FIRM SIZE, CASH FROM OPERATION DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN

commit to user BAB II TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Struktur Kepemilikan Modal Dalam struktur kepemilikan modal dapat dibedakan kedalam modal sendiri dan modal dari luar luar perusahaan hutang. Dalam perusahaan terbuka kepemilikan modal dibedakan menurut pemiliknya berdasar prosentase kepemilikan modal saham. Kepemilikan modal saham oleh para manajemen sering disebut juga dengan kepemilikan manajerial sedangkan kepemilikan dari modal luar manajemen dapat dimiliki oleh perseorangan maupun institusi. Kepemilikan oleh institusi disebut dengan kepemilikan institusional institusional ownership yang biasanya berpengaruh terhadap pengambilan kebijakan manajemen. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan equity tetapi juga ditentukan oleh persentase kepemilikan saham oleh manager dan institutional Jensen dan Meckling, 1976. Penelitian terdahulu menunjukkan hasil penelitian antara hubungan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional yang berbeda-beda, salah satu diantaranya adalah Putri dan Nasir 2006 dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif signifikan antara kepemilikan commit to user institusional dengan kepemilikan manajemen. Hal ini disebabkan karena manajemen tidak mau kehilangan suara dalam rapat pemegang saham sehingga apabila kepemilikan institusional naik, maka kepemilikan manajerial cenderung akan naik juga untuk mengimbangi kenaikan tersebut. Hubungan kepemilikan manajerial dengan kepemilikan institusional berhubungan positif namun tidak signifikan. Naiknya kepemilikan manajerial dikhawatirkan akan menjadi perusahaan keluarga atau perusahaan pribadi sehingga keputusan yang diambil akan menjurus kepada kepentingan oportunistik manajer. Oleh karena itu untuk mengimbangi naiknya kepemilikan manajemen maka diperlukan pengawasan dari pihak institusional. Penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Bathala et al. 1994 membahas tentang hubungan antara kepemilikan institusional dengan kebijakan hutang. Pada penelitiannya, Bathala et al. 1994 menunjukkan bahwa institutional ownership memiliki hubungan negatif dengan kebijakan hutang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi institutional ownership dalam suatu perusahaan akan membuat perusahaan mengurangi hutangnya dan juga tidak menambah besar taraf kepemilikan manajerial perusahaan dalam rangka mengurangi agency cost. Menurut Moh’d et al. dalam Wahidahwati 2001, menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institusional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan yang commit to user dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Tingkat kepemilikan investor yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistik manajer kaitanya terhadap kinerja manajemen. Seringkali manajer bersifat opportunistik dan tidak sesuai dengan tugas yang diberikan, maka untuk mengurangi konflik dibutuhkan agen pengawas terhadap perusahaan atau lebih tepatnya terhadap manajemen perusahaan. Kepemilikan institusional ini adalah berbentuk institusi seperti bank, perusahaan dan asuransi, perusahaan investasi, dan lembaga dana pesiun, dan lain-lain. Kepemilikan institusional berperan dalam memberikan pengawasan yang efektif berkaitan dengan kebijakan hutang sehingga menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh pihak institusional sehingga mengurangi agecy cost. Aktivitas pengawasan manajemen, dapat dilakukan dengan cara yaitu pembentukan dewan komisaris beserta komite audit atau dapat pula dilakukan dengan menempatkan dewan ahli yang tidak dibiayai perusahaan sehingga tidak dibawah pengawasan manajemen, sehingga dewan ahli dapat menjalankan fungsinya secara efektif dalam pengawasannya Haryono dalam Purbandari, 2008. Kepemilikan saham diharapkan dapat memenuhi aspek monitoring terhadap kebijakan hutang yang diambil manajemen. Kepemilikan saham yang yang terkonsentrasi oleh institusional investor commit to user akan lebih mengoptimalkan efektivitas pengawasan aktivitas manajemen karena besarnya dana yang ditanam. 2. Teori Agensi Agency Theory Teori tentang agency cost pertama kali dikemukan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori tersebut menegaskan bahwa struktur keuangan dipengaruhi oleh insentif dan perilaku dari pembuat keputusan pihak manajemen. Dalam teorinya, Jensen dan Meckling 1976, mengungkapkan adanya dua potensi konflik antara pemegang saham dengan kreditur dan pemegang saham dengan manajemen. a. Konflik antara Pemegang Saham dengan Kreditur Kreditur menerima uang dalam jumlah tetap dari perusahaan bunga hutang, sedangkan pendapatan pemegang saham bergantung pada besaran laba perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutangnya, dan pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam meraih laba yang banyak. Cara perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek yang berisiko itu berhasil, kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi bila proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat dari ketidak-mampuan pemegang saham memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi kemungkinan rugi, kreditur mengenakan biaya keagenan hutang debt agency cost, commit to user dalam bentuk pembatasan penggunaan hutang oleh manajer. Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan hutang. Penggunaan hutang dibatasi karena kreditur tidak ingin mengambil risiko untuk melakukan semakin banyak investasi di kegiatan berisiko yang memiliki kemungkinan kegagalan yang cukup besar. Jika proyek berisiko gagal, maka perusahaan akan memiliki biaya yang semakin besar dan dapat menyebabkan kebangkrutan, dan hutang yang diberikan kreditur tidak dapat terbayarkan. Hal ini menyebabkan kerugian pada kreditur. Hutang perusahaan tidak hanya memiliki nilai pokok hutang namun juga memiliki bunga hutang Kieso, 2001. Biaya yang ditanggung perusahaan tidak hanya nilai pokok hutang pada saat jatuh tempo namun juga bunga hutang yang dibayarkan setiap bulannya. Semakin besar nilai hutang maka akan semakin besar biaya bunga hutang yang harus ditanggung perusahaan setiap bulannya. Biaya bunga hutang pada taraf tertentu dapat menguntungkan perusahaan karena dapat sebagai biaya pengurang pajak, namun jika bunga hutang perusahaan terlalu banyak maka perusahaan akan mengalami penurunan laba yang besar bahkan tidak mungkin akan mengalami kerugian jika bunga hutang terus mningkat. Maka pembatasan jumlah hutang menjadi hal yang penting. commit to user b. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pihak Manajemen Pihak manajemen tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham, tetapi mengarah kepada kepentingan dirinya sendiri. Akibatnya, pemegang saham menanggung biaya keagenan ekuitas equity agency cost untuk memantau kegiatan pihak manajemen. Salah satu biaya keagenan adalah kompensasi bagi akuntan publik untuk mengaudit perusahaan. Dengan adanya pengawasan dari pihak ketiga seperti akuntan publik, maka diharapkan kinerja pihak manajemen dapat terpantau sehingga manajemen tidak melakukan kegiatan yang mengarah kepada dirinya sendiri. Biaya keagenan berupa kompensasi bagi akuntan publik untuk mengaudit menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membesar dan hal ini menyebabkan laba perusahaan akan menurun. Maka pihak manajemen akan berusaha meningkatkan laba dengan cara berinvestasi pada proyek-proyek yang berisiko ataupun tidak. Sumber dana dalam melakukan investasi bisa didapat dari internal perusahaan yaitu melalui penggunaan laba ditahan, dan bisa juga dari pihak eksternal yaitu melalui pinjaman. Konflik keagenan dapat diminimalkan dengan adanya mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut. Beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost yaitu 1 Dengan menurunkan agency cost dari free cash flow akan mengurangi sumber-sumber discretionary, khususnya aliran kas dibawah kontrol commit to user manajemen, 2 Meningkatkan pendanaan dengan hutang, dan 3 Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen, 4 Meningkatkan kepemilikan institusional sebagai monitoring agent. Adanya kepemilikan pemegang saham dari luar yaitu kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, Jensen dan Meckling, 1976. 3. Investment Opportunity Set IOS Pada Pakaryaningsih 2004 konsep dari investment opportunity set IOS, adalah kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan kesempatan investasi atau pilihan pertumbuhan growth option, yang akan menentukan level pertumbuhan perusahaan. Pemilihan pelaksanaan kesempatan investasi memerlukan NPV Net Present Value yang positif dari proyek yang akan dikerjakan, sehingga dapat menentukan apakah proyek yang dipilih tadi akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Kesempatan investasi investment opportunity set menunjukkan bahwa asset tak berwujud perusahaan tidak memiliki nilai yang tetap sehingga perusahaan bisa saja kehilangan nilai atas asset tak berwujudnya jika terjadi krisis keuangan Pandey, 2001. Tingginya resiko atas aktiva tak berwujud perusahaan ini membuat perusahaan sangat berhati-hati dalam menentukan investasinya. Investment opportunity set IOS merupakan opsi pertumbuhan perusahaan dan dapat diukur menggunakan tiga proksi. Tiga proksi pengukur investment opportunity set adalah harga commit to user pasar, investasi dan pengukur varian Kallapur dan Trombley dalam Fasial, 2004. Menurut Kallapur dan Trombley dalam Fasial 2004 tiga proksi pengukur IOS dapat diterangkan sebagai berikut : a. Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dalam pasar dinyatakan dalam harga pasar. Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riil lainnya. b. Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu perusahaan. c. Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Kesempatan investasi menunjukkan bahwa asset tak berwujud perusahaan tidak memiliki nilai yang tetap sehingga perusahaan bisa saja kehilangan nilai atas asset tak berwujudnya jika terjadi krisis keuangan. Tingginya resiko atas aktiva tak berwujud perusahaan ini membuat perusahaan sangat berhati-hati dalam menentukan investasinya. commit to user 4. Firm Size Ukuran perusahaan menjadi suatu yang perlu dipertimbangkan karen ukuran perusahaan yang besar akan lebih mudah untuk mendapat pinjaman dari pihak ketiga Faisal, 2004. Kemudahan ini dikarenakan perusahaan besar memiliki asset yang besar sehingga dinilai oleh pihak ketiga lebih aman jika dibandingkan dengan memberikan pinjaman pada perusahaan dengan asset yang kecil. Dilihat dengan adanya kemudahan ini berarti perusahaan yang dikategorikan besar dapat lebih mudah untuk mendapatkan dana bagi investasi mereka. Sebuah perusahaan pasti memerlukan dana untuk melakukan investasi. Salah satu sumber dana bagi perusahaan adalah kebijakan hutang perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan akan semakin besar pula hutang yang akan dibuat. Hal ini dikarenakan kemudahan mendapat kepercayaan dari kreditur Soliha dan Taswan, 2002. Hubungan positif antara kebijakan hutang dan ukuran perusahaan firm size dibahas dalam penelitian yang dilakukan oleh Pandey 2001. Pada penelitiannya Pandey 2001 menyatakan bahwa perusahaan yang cukup besar akan memiliki hutang jangka panjang yang lebih besar dibandingkan oleh perusahaan yang kecil. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Zingales 1995. Penelitian tentang hubungan antara ukuran perusahaan firm size dengan kebijakan hutang juga dilakukan di Indonesia, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro 2007 yang commit to user menyatakan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara size dan kebijakan hutang. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh Faisal 2004. Pada penelitiannya, Faisal 2004 menunjukkan bahwa hubungan antara size dengan kebijakan hutang adalah positif namun tidak signifikan. 5. Cash From Operation Metode penilaian investasi dapat diukur dalam berbagai cara diantaranya adalah dengan menggunakan laba akuntansi dan arus kas dari operasi cash from operation. Cash from operation sendiri dapat diartikan sebagai Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, bunga atas hutang, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar Pradhono dan Christiawan, 2004. Menurut Damodaran dalam Pradhono dan Christiawan 2004, informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi commit to user cash from operation, investasi cash flow from investing activities dan pendanaan cash flow from financing activities Kieso, 2001. Ross, et, al. 2000 menyatakan bahwa cash from operation adalah salah satu komponen dari free cash flow jadi cash from operation akan mempengaruhi besar kecilnya free cash flow. Faisal 2004 menyatakan besar kecilnya free cash flow akan mempengaruhi besar kecilnya tingkat hutang perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan berusaha menurunkan agency cost free cash flow dengan cara menaikkan kepemilikan dari pihak ke tiga. Agency cost free cash flow dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengawasi manajer yang terlalu memboroskan free cash flow Jensen, 1986. 6. Profitability Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu periode yang dinyatakan dalam rasio laba operasi terhadap penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun Sujoko dan Soebiantoro, 2007. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih perusahaan pada saat operasinya Soliha dan Taswan, 2002. Keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan perusahaan setelah bunga dan pajak. Keuntungan yang besar akan memungkinkan pembagian dividen yang besar pula oleh perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa yang mengukur tingkat pengembalian investasi pemegang saham. Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam commit to user mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula Kieso, 2001. Tandelilin 2001: 240 menyatakan bahwa salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang disyaratkan investor. Dua rasio profitabilitas utama yang biasa digunakan yaitu 1 return on equity ROE, yang menggambaran sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham, dan 2 return on asset ROA, menggambarkan sejauhmana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Meythi 2005 menguji lima kelompok rasio keuangan yaitu likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan pertumbuhan untuk menentukan rasio mana yang baik dalam memprediksi pertumbuhan laba. Ada tiga proksi dari rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu profit margin PM, return on asset ROA dan return on equity ROE. Hasilnya menunjukkan bahwa return on asset ROA adalah rasio yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan. Ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk tumbuh dipengaruhi oleh commit to user pendapatan dan pengelolaan aset yang efektif dan efisien. ROA dapat diperoleh dengan cara membagi laba bersih sebelum pajak yang tersedia untuk pemegang saham dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Profitabilitas yang tinggi akan memberikan sinyal positif kepada investor bahwa perusahaan berada dalam posisi yang baik. Profitabilitas dapat menarik investor dikarenakan tujuan dari investor adalah mendapatkan return atas modal yang ditanamkan oleh mereka dan dengan profitabilitas yang baik maka semakin besar return yang diharapkan investor Soliha dan Taswan, 2002. Profitabilitas selain mempengaruhi nilai perusahaan tetapi juga memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang dan pajak. Semakin besar keuntungan perusahaan maka perusahaan akan mampu mendapatkan hutang yang cukup besar dan mendapatkan keuntungan dari pajak Pandey, 2001. Hutang perusahaan pasti akan menimbulkan bunga hutang. Bunga hutang perusahaan bisa dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan, biaya bunga juga masuk dalam biaya yang diakui sebagai biaya pengurang laba. Dengan turunnya laba maka pajak yang dikeluarkan oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil dan perusahaan menadapat keuntungan dari pajak Deniansyah, 2009. Pengukuran profitabilitas dapat dilakukan dengan rasio profitabilitas. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. commit to user 7. Kebijakan Utang Hutang dapat diartikan pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkakan oleh kewajiban- kewajiban di saat sekarang dari suatu badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang sudah lalu Kieso, 2001. Definisi dalam hutang juga dapat dinyatakan dalam cara yang berbeda. Definisi tentang hutang tergantung pada tujuan dari analisis Rajan dan Zingales 1995. Kebijakan hutang sering di tunjukan dengan rasio hutang terhadap total aktiva atau disebut dengan debt ratio, rasio ini memberikan presentase total dana yang disediakan oleh kreditur, termasuk dalam hutang ini adalah hutang lancar dan hutang jangka panjang Bringham, 2001. Menurut Kieso 2001, hutang dapat dibedakan menjadi dua yaitu hutang lancar dan hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah hutang yang jatuh temponya tidak lebih dari 1 tahun. Hutang jangka panjang adalah hutang yang jatuh temponya lebih dari 1 tahun. Dalam menjalankan operasinya, setiap perusahaan menghadapi masalah dari mana dana diperoleh dan untuk apa dana tersebut digunakan. Sumber dana perusahaan dapat dilihat dari sisi pasiva pada neraca perusahaan, sedangkan penggunaan dana dapat dilihat dari sisi aktiva dari neraca perusahaan. Seorang manajer memiliki tugas untuk memenuhi kebutuhan dana. Dalam melaksanakan tugas tersebut manajer dihadapkan adanya suatu siklus commit to user dalam pembelanjaan, dalam arti kadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari hutang dan suatu saat lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri. Kebijakan yang berkaitan dengan pendanaan merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham. Keputusan pendanaan ini berhubungan dengan keputusan manajer dalam menentukan sumber- sumber pendanaan apakah didanai dari modal internal atau modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan sedangkan modal eksternal berasal dari modal sendiri atau melalui hutang. Hutang adalah instrumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan Soliha dan Taswan, 2002. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, hal ini dikarenakan hutang yang ada pada perusahaan dapat digunakan untuk pengendalian free cash flow daripada melakukan investasi yang sia-sia, dengan demikian meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Rossa et al. 2000, free cash flow diartikan sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset. Fasial 2004 pada penelitiannya mengungkapkan bahwa pada perusahaan besar semakin besar free cash flow maka hutang perusahaan akan semakin besar. Perusahaan akan menambah hutang dengan tujuan memperbesar biaya keuangan perusahaan melalui pembayaran biaya bunga hutang dan pelunasan hutang sehingga diharapkan free cash flow akan menjadi lebih kecil Faisal, 2004. commit to user Nilai perusahaan yang naik akan meningkatkan harga saham perusahaan. namun hal ini akan berbalik pada titik tertentu dikarenakan semakin tinggi hutang akan menurunkan nilai perusahaan Soliha dan Taswan, 2002. Seorang manajer harus cermat dalam menentukan kebijakan hutang, yaitu dalam penentuan proporsi yang tepat antara hutang dan ekuitas. Semakin tinggi hutang perusahaan maka akan semakin berat bagi perusahaan untuk melunasi hutangnya. Tidak jarang banyak perusahaan yang tidak mampu melunasi hutang-hutangnya tersebut dan akhirnya dinyatakan pailit. Fungsi lain hutang selain sebagai peningkat nilai perusahaan dan pengontrol free cash flow adalah sebagai alat untuk melakukan penghematan pajak. Penghematan pajak dapat terjadi karena dengan adanya hutang pada perusahaan maka biaya bunga akan menjadi besar dan laba perusahaan akan menjadi lebih kecil sehingga pajak perusahaan akan menjadi lebih kecil Deniansyah, 2009. Perusahaan memang dapat menikmati bertambahnya penghematan pajak yang diperoleh dari bertambahnya hutang, akan tetapi pendanaan yang diperoleh dari hutang juga dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan dikarenakan semakin besarnya beban bunga. Perusahaan bisa menangguhkan mengabaikan pembayaran dividen, tetapi pembayaran bunga tetap harus dipenuhi tepat waktu dan jumlahnya. Kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga disebabkan oleh kas yang dimiliki tidak cukup dan dapat commit to user mengakibatkan perusahaan menanggung beban keuangan, dan wujud beban keuangan yang paling berat adalah kebangkrutan Deniansyah, 2009. Pembiayaan investasi dari pihak luar yang berupa hutang dapat terpenuhi dengan mudah jika perusahaan didukung dengan kemampuan memperoleh laba Soliha dan Taswan, 2002. Perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah sedikit dan perusahaan yang memiliki profitable rendah cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan dana internal yang tidak cukup dan hutang merupakan sumber dana eksternal yang lebih disukai. Kemampuan memperoleh laba yang baik akan menyakinkan debtholder bahwa perusahaan yang berhutang dapat mengembalikan hutangnya. Struktur modal dan struktur keuangan merupakan keputusan manajemen dalam menentukan kebijakan hutang. Menurut Bringham dan Houston 2001 faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang adalah: a. Stabilitas penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. b. Struktur aktiva perusahaan Perusahaan dengan struktur aktiva yang cocok dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak hutang. commit to user c. Leverage keuangan Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan, karena akan mempunyai neraca bisnis yang lebih baik. d. Tingkat pertumbuhan Perusahaan yang tumbuh dengan pesat akan membutuhkan sumber dana dari modal ekstern yang lebih besar. e. Profitabilitas Perusahaan yang mempunyai tingkat pengembalian tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relative kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. f. Pajak Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, oleh karena itu semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, maka semakin besar daya tarik penggunaan pihutang. g. Pengendalian Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal perusahaan. h. Sikap manajemen Sikap pemberi pinjaman dan penilai peringkat sering kali mempengaruhi pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan dana kebutuhan dana. commit to user i. Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat Sikap memberi pinjamaan dan penilai peringkat sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Suatu perusahaan akan mengalami penurunan peringkat obligasinya. Jika perusahaan tersebut menerbitkan lebih banyak obligasi. j. Kondisi pasar Kondisi pasar modal sering mengalami perubahan, dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal. k. Kondisi internal perusahaan Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham. l. Fleksibilitas keuangan Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi.

B. Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

6 130 144

Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

0 36 93

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Variabel Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks Saham LQ45

2 95 71

Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Leverage Dan Return Saham Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia

15 175 99

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103