Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kualitas Pelayanan Publik (Studi pada Kecamatan Medan Timur Kota Medan)

(1)

HUBUNGAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

( Studi pada Kecamatan Medan Timur Kota Medan )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh: HARIMAN

100921027

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA EKSTENSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama : Hariman

NIM : 100921027

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kualitas Pelayanan Publik (Studi pada Kecamatan Medan Timur Kota Medan)

Medan, April 2012 Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara

Prof. Dr. Erika Revida , Ms Drs. M. Husni Thamrin Nasution, MSi NIP. 196208211987012001 NIP. 196401081991021001

Dekan

Prof.Dr.Badaruddin,M.Si NIP.196805251992031002


(3)

ABSTRAK

HUBUNGAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK

( STUDI pada KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA

MEDAN

)

NAMA : HARIMAN

NIM : 100921027

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof.Dr.Erika Revida,MS

Berbagai permasalahan / hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbarui. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance). Dengan kata lain reformasi birokrasi adalah langkah starategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik berupa barang atau jasa tanpa berorientasi yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah ditetapkan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui reformasi birokrasi di Kecamatan Medan Timur, untuk mengetahui kualitas pelayanan publik di Kecamatan Medan Timur dan untuk mengetahui apakah reformasi birokrasi mempunyai hubungan dengan kualitas pelayanan publik di Kecamatan Medan Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Data – data diperoleh dengan menyebarkan angket / kuisoner kepada responden sebanyak 32 orang.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan reformasi birokrasi dengan kualitas pelayanan publik . Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment sebesar 0,466 dan dari tabel nilai “r” product moment untuk n=32, taraf kesalahan 5 % maka harga r tabel =0,349. Dengan demikian nilai t-hitung <r-tabel(0,466>0,349) dan ini berarti bahwa koefisien korelasi signifikan dan memiliki hubungan reformasi birokrasi dengan kualitas pelayanan publik


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ………. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 4

1.4 Manfaat Penelitian ………... 4

1.5 Kerangka Teori ………. 5

1.5.1. Reformasi Birokrasi ……… 6

1.5.1.1. Pengertian Reformasi ………... 6

1.5.1.2. Pengertian Birokrasi ………... 6

1.5.1.3. Pengertian Reformasi Birokrasi ……… 10

1.5.1.4. Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi ………... 12

1.5.1.5 Visi,Misi serta Tujuan Reformasi Birokrasi ………..13

1.5.2. Pelayanan Publik ………. ……… 15

1.5.2.1. Pengertian Pelayanan Publik ……… 15

1.5.2.2. Klasifikasi Pelayanan Publik ……… 17

1.5.2.3. Bentuk Pelayanan Publik ………. 19

1.5.2.4 Sendi Pelayanan Publik ……… 20

1.5.2.5 Kualitas Pelayanan Publik ………. 22

1.5.2.6 Kebijakan Reformasi dan Good Governance………. 26

1.6 Hipotesis ………. 27

1.7 Defenisi Konsep ……….. 28

1.8 Defenisi Operasional ………. 29

1.9 Sistematika Penulisan ……… 32 BAB II METODE PENELITIAN


(5)

2.1 Bentuk Penelitian ………... 34

2.2 Lokasi Penelitian ……… 34

2.3 Populasi dan Sampel ……….. 34

2.4 Metode Pengumpulan Data ……… 35

2.5 Teknik Penentuan Skor ………36

2.6 Teknik Analisa Data ………37

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum ……… 41

3.2 Visi Dan Misi Pembangunan ………...43

3.2.1 Visi ………... 43

3.2.2 Misi………... 43

3.3 Arah dan Kebijakan Umum Bidang Pembangunan yang Dikelola ……….. ……… 44

3.4 Potensi Wilayah Kecamatan Medan Timur ………. 46

3.4.1 Data Penduduk ……….. 46

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Data Umum Responden ……… 53

4.2 Variabel Penelitian ……… 58

BAB V ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI DATA 5.1 Klasifikasi Data ………. 88

5.2 Koefisien Korelasi Product Moment ………. 89

5.3 Koefisien Determinant ………91

5.4 Uji Hipotesis ……….. 92

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ……….94

6.2 Saran ……….. 95


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment ……… 37

Tabel 2. Nama – nama Camat Di Kecamatan Medan Timur dan Masa Bakti ……….. 40

Tabel 3. Jumlah Kepala Keluarga ( KK ), Jumlah Penduduk dan Jumlah Lingkungan di Wilayah Kecamatan Medan Timur ……….. 44

Tabel 4. Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur berdasarkan Suku / Etni ………. 45

Tabel 5. Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur Berdasarkan Agama ……….. 46

Tabel 6. Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur Berdasarkan Mata Pencaharian ……….. 47

Tabel 7 .Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur Berdasarkan Pendidikan ………. 48

Tabel 8. Sarana Pendidikan Di Kecamatan Medan Timur ……… 49

Tabel 9. Rumah Ibadah Di Kecamatan Medan Timur……… 49

Tabel 10. Sarana Kesehatan Di Kecamatan Medan Timur ……… 50

Tabel 11. Sarana Olahraga Di Kecamatan Medan Timur ……….. 50

Tabel 12. Distribusi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………… 52

Tabel 13. Distribusi Data Responden Berdasarkan Usia ……… 52

Tabel 14. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ….. 53

Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ………. 54


(7)

Tabel 17. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ………..56 Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden tentang Penerapan Prinsip Tata

Pemerintahan yang Baik ( Good Governance ) ……….. 57 Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden tentang Pemberian Sanksi yang Berat

bagi Pelaku KKN sesuai dengan Ketentuan yang Berlaku……… 58 Tabel 20. Distribusi Jawaban Responden tentang Peningkatan Efektivitas

Pengawasan Aparatur Negara melalui Koordinasi dan Sinergi Pengawasan Internal , Eksternal dan Pengawasan Masyarakat ……… 59 Tabel 21. Distribusi Jawaban Responden tentang Percepatan Tindak Lanjut

HasilTemuan Pengawasan dan Pemeriksaan ………. 60 Tabel 22. Distribusi Jawaban Responden tentang Penataan Kembali Kelembagaan Pemerintahan Berdasarkan Pola Dasar dan prinsip Pengorganisasian yang Rasional dan Objektif ……… 61 Tabel 23. Distribusi Jawaban Responden tentang Perbaikan Sistem

Ketatalaksanaan , Mekanisme , dan Prosedur Pelaksanaan Tugas pada Semua Tingkat dan Lini ………. 62 Tabel 24. Distribusi Jawaban Responden tentang Optimalisasi Pemanfaatan E –

Government dalam Pengelolaan Asset / Kekayaan Negara dalam Pelaksanaan Tugas Pelayanan kepada Masyarakat………. 63 Tabel 25. Distribusi Jawaban Responden tentang Perbaikan Sistem Manajemen


(8)

Tabel 26. Distribusi Jawaban Responden tentang Perbaikan Sistem Perencanaan dan Pengadaan Pegawai ………65 Tabel 27. Distribusi Jawaban Responden tentang Peningkatan Kompetensi

Kapabilitas dan Profesionalitas Sumber Daya Manusia Aparatur ………. 66 Tabel 28. Distribusi Jawaban Responden tentang Penerapan Sistem Penghargaan

dan Hukuman yang Adil dan Proporsional ………. 67 Tabel 29. Distribusi Jawaban Responden tentang Peningkatan Kesejahteraan

Pegawai melalui Perbaikan Sistem Remunerasi , Sistem Asuransi dan Jaminan Hari Tua ……… 68 Tabel 30. Distribusi Jawaban Responden tentang Penyelesaian Pengalihan

Honorer, Pegawai Harian Lepas dan Pegawai Tidak Tetap …… 68 Tabel 31. Distribusi Jawaban Responden tentang Kantor yang Bersih dan Nyaman

………. 69 Tabel 32. Distribusi Jawaban Responden tentang Ketersediaan Peralatan yang

Mutakhir dalam Menyelesaikan Pekerjaan untuk Memberikan Pelayanan kepada Masyarakat……….. 70 Tabel 33. Distribusi Jawaban Responden tentang Cara Berpakaian dan

Penampilan saat Bekerja ……… 71 Tabel 34. Distribusi Jawaban Responden tentang Kelengkapan Peralatan Kerja

yang Dibutuhkan ……… 72 Tabel 35. Distribusi Jawaban Responden tentang Kemudahan Masyarakat dalam


(9)

………. 73 Tabel 36. Distribusi Jawaban Responden tentang Pelayanan kepada Masyarakat

……… 74 Tabel 37. Distribusi Jawaban Responden tentang Penanganan dan Pemeriksaan

Administrasi yang telah Disampaikan kepada Masyarakat ………. 75 Tabel 38. Distribusi Jawaban Responden tentang Pegawai ada Selama Jam Kerja

pada saat Dibutuhkan ……… 76 Tabel 39. Distribusi Jawaban Responden tentang Respon Pegawai terhadap

Keluhan Pelayanan kepada Masyarakat ……….. 77 Tabel 40. Distribusi Jawaban Responden tentang Pegawai Memberikan

Penyelesaian terhadap Keluhan yang Dihadapi Masyarakat ………... 78 Tabel 41. Distribusi Jawaban Responden tentang Kemampuan dan Pengetahuan

yang Dimiliki Pegawai dalam Memberikan Pelayanan kepada Masyarakat ……….. 79 Tabel 42. Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap Pegawai dalam

Memberikan Pelayanan kepada Masyarakat ………. 80 Tabel 43. Distribusi Jawaban Responden tentang Keramahan Pegawai dalam

memberikan Penjelasan Informasi Prosedur Pelayanan kepada Masyarakat ……… 81 Tabel 44. Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat Kepercayaan dalam


(10)

Tabel 45. Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat Perhatian Pegawai dalam memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat ………. 83 Tabel 46. Distribusi Jawaban Responden tentang Tingkat Pemahaman Pegawai

terhadap Kebutuhan Masyarakat dalam Mendapatkan Pelayanan ……….. 84 Tabel 47. Distribusi Jawaban Responden tentang Waktu Pelayanan yang Diberikan Pegawai kepada Masyarakat ……….. 85 Tabel 48. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden untuk Variabel

Reformasi Birokrasi ( X ) ……… 86 Tabel 49. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden untuk Variabel

Kualitas Pelayanan Publik ( Y ) ………. 87 Tabel 50. Interpretasi Koefisien Korelasi dan Product Moment …. 88


(11)

ABSTRAK

HUBUNGAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK

( STUDI pada KECAMATAN MEDAN TIMUR KOTA

MEDAN

)

NAMA : HARIMAN

NIM : 100921027

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PEMBIMBING : Prof.Dr.Erika Revida,MS

Berbagai permasalahan / hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbarui. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance). Dengan kata lain reformasi birokrasi adalah langkah starategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik berupa barang atau jasa tanpa berorientasi yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah ditetapkan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui reformasi birokrasi di Kecamatan Medan Timur, untuk mengetahui kualitas pelayanan publik di Kecamatan Medan Timur dan untuk mengetahui apakah reformasi birokrasi mempunyai hubungan dengan kualitas pelayanan publik di Kecamatan Medan Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment. Data – data diperoleh dengan menyebarkan angket / kuisoner kepada responden sebanyak 32 orang.

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan reformasi birokrasi dengan kualitas pelayanan publik . Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan Koefisien Korelasi Product Moment sebesar 0,466 dan dari tabel nilai “r” product moment untuk n=32, taraf kesalahan 5 % maka harga r tabel =0,349. Dengan demikian nilai t-hitung <r-tabel(0,466>0,349) dan ini berarti bahwa koefisien korelasi signifikan dan memiliki hubungan reformasi birokrasi dengan kualitas pelayanan publik


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Birokrasi di Indonesia selalu jadi sebuah diskursus yang tidak pernah membosankan. Karena, hingga kini birokrasi di Indonesia masih problematik dan jauh dari apa yang menjadi harapan. Birokrasi yang buruk menjadi salah satu masalah terakut di Indonesia. Rendahnya kinerja pelayanan publik dan minimnya kualitas sumberdaya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya. Mulai dari KKN sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi hambatan ( red tape barriers ) dalam mewujudkan birokrasi yang pro terhadap kepentingan rakyat banyak.

Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997, pada tahun 1998 telah berkembang menjadi krisis multidimensi. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya tuntutan kuat dari segenap lapisan masyarakat terhadap pemerintah untuk segera diadakan reformasi penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejak itu , telah terjadi berbagai perubahan penting yang menjadi tonggak dimulainya era reformasi di bidang politik, hukum, ekonomi, dan birokrasi yang dikenal sebagai reformasi gelombang pertama. Perubahan tersebut dilandasi oleh keinginan sebagian besar masyarakat untuk mewujudkan pemerintahan demokratis dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan rakyat yang didasarkan pada nilai – nilai dasar sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.


(13)

Publikasi Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) melalui Direktur Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara ( LHKPN ) dan Ombudsman RI dengan kesimpulan Indeks Pelayanan Publik di Sumut terus mengalami penurunan sejak dua tahun terakhir. Bahkan khusus Kota Medan komitmen dan pengawasan pejabatnya sangat rendah untuk memperbaiki pelayanan publik . Pencapaian pelayanan publik kota Medan sudah sempat membaik di tahun 2009, tetapi kemudian semakin turun hingga kondisinya sangat memperihatinkan seperti saat ini. Paparan KPK menunjukkan temuan terbanyak masalah pelayanan publik tersebut ada di dinas kependudukan dan catatan sipil. Kemudian pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB ) , proses uji KIR di Dinas Perhubungan dan sejumlah proses administrasi keimigrasian. ( waspadamedan.com/index.php?...pelayanan publik… , diakses pada tanggal 4 Desember 2011 pukul 12.25 )

Dalam hal pelayanan publik , pemerintah belum dapat menyediakan pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan tantangan yang dihadapi , yaitu perkembangan kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan persaingan global yang semakin ketat. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei integritas yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) pada tahun 2009 yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan publik Indonesia baru mencapai skor 6,64 dari skala 10 untuk instansi pusat, sedangkan pada tahun 2008 skor untuk unit pelayanan publik di daerah sebesar 6,69. Skor integritas menunjukkan karakteristik kualitas dalam pelayanan publik, seperti ada tidaknya suap , ada tidaknya Standard Operating Procedures ( SOP ) , kesesuaian proses pelayanan dengan SOP yang ada, keterbukaan informasi , keadilan


(14)

dan kecepatan dalam pemberian pelayanan, dan kemudahan masyarakat melakukan pengaduan.

Pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah . Pelayanan tersebut diantaranya pembuatan KTP, kartu keluarga , serta berbagai Akta Catatan Sipil maupun pencatatan Mutasi dan pengelolaan Data Penduduk. Namun kondisi yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa pelayanan publik dalam bentuk pelayanan administrasi kependudukan belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan masih ditemuinya hambatan.

Pemerintah Indonesia saat ini berusaha untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih ( clean government ) dan menerapkan tata kelola yang baik ( good governance ). Kedua hal tersebut baru bisa dicapai jika penyelenggaraan pemerintahan didasarkan pada prinsip kepastian hukum , professional , visioner , efisien , efektif , akuntabel , transparan , dan partisipatif. Pencapaian tata kelola pemerintahan memerlukan reformasi di berbagai bidang dimana termasuk didalamnya adalah reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi di Indonesia saat ini tengah berlangsung untuk menciptakan pemerintahan yang baik di tahun 2025.

Hal ini yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti masalah reformasi birokrasi dan kualitas pelayanan publik . Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut: “ Hubungan Reformasi Birokrasi dengan Kualitas Pelayanan Publik ( Studi pada Kecamatan Medan Timur Kota Medan )”


(15)

1.2 Perumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini , yaitu : “Apakah reformasi birokrasi mempunyai hubungan dengan kualitas pelayanan publik di Kecamatan Medan Timur Kota Medan ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui reformasi birokrasi di Kecamatan Medan Timur

2. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik di Kecamatan Medan Timur

3. Untuk mengetahui apakah reformasi birokrasi mempunyai hubungan dengan kualitas pelayanan publik di Kecamatan Medan Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian , penelitian ini juga dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah:

1. Bagi penulis khususnya , penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis menulis karya ilmiah , terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan ilmu yang di dapat didalam perkuliahan.

2. Bagi Instansi terkait , penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi kemajuan instansi itu sendiri.


(16)

3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa serta dapat menjadi bahan masukan bagi Fakultas dan diharapkan dapat menjadi salah satu referensi tambahan bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.

1.5 . Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel pokok , sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian ( Arikunto, 2004: 92 ).

Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada , perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang di teliti.

1.5.1 Reformasi Birokrasi 1.5.1.1 Pengertian Reformasi

Reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan , menekankan kembali pada bentuk asal , berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan – penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik, suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik, ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja termasuk bidang


(17)

pendidikan . Reformasi juga berarti memperbaiki, membetulkan , menyempurnakan dengan membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh karena itu reformasi berimplikasi pada merubah sesuatu untuk menghilangkan yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui perubahan kebijakan institusional . Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa karakteristik reformasi dalam suatu bidang tertentu yaitu adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa yang lalu, keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang, adanya perubahan besar – besaran , adanya orang yang melakukan , adanya pemikiran atau ide – ide baru. ( re – searchengines.com/nurkolis2.html, diakses pada tanggal 1 Desember 2011 pukul 20:30 )

1.5.1.2 Pengertian Birokrasi

Kondisi kualitas profesionalisme rata – rata birokrasi yang masih belum memuaskan. Manusia merupakan faktor paling menentukan dalam setiap organisasi , termasuk dalam hal ini birokrasi pemerintah yang diawaki sumber daya aparaturnya sebagai birokrat. Birokrat sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing bangsa , bahkan sebagai penentu utamanya, harus memiliki kompetensi dan kinerja tinggi demi pencapaian tujuan , tidak saja profesionalitas dan pembangunan citra pelayanan publik , tetapi juga sebagai perekat pemersatu bangsa.

Secara epistemologis istilah birokrasi berasal dari bahasa Yunani: Bureau, dan

Cratein . Bureau yang artinya meja tulis atau tempat bekerjanya para pejabat sedangkan Cratein yang artinya pemerintahan .Birokrasi adalah tipe dari suatu


(18)

organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas – tugas administratif yang besar dengan cara mengoordinasi secara sistematis ( teratur ) pekerjaan dari banyak orang ( Kumorotomo, 1992:74 )

Birokrasi adalah suatu organisasi yang memiliki jenjang , setiap jenjang diduduki oleh seorang pejabat yang ditunjuk atau diangkat, disertai dengan aturan tentang kewenangan dan tanggung jawabnya, dan setiap kebijakan yang dibuat harus diketahui oleh pemberi mandat. ( Sedarmayanti, 2007:319-320 )

1. Birokrat adalah pegawai yang bertindak secara birokratis. 2. Birokrat adalah:

a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.

b. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang secara lamban serta menurut tata aturan ( adat dan sebagainya ) yang banyak liku – likunya.

c. Birokrasi sering melupakan tujuan pemerintahan yang sejati, karena terlalu mementingkan cara dan bentuk. Ia menghalangi pekerjaan yang cepat serta menimbulkan semangat menanti, menghilangkan inisiatif , terikat dalam peraturan yang rumit dan bergantung kepada perintah atasan , berjiwa statis dan karena itu menghambat kemajuan.

Salah satu dari sepuluh pola untuk memahami birokrasi menurut Jan – Erik Lane dalam tulisannya yang berjudul “ Introduction: The Concept of Bureaucracy “ dalam Bureaucracy and Public Choice ( dalam Kristian, 2006:7-8 ) adalah


(19)

merupakan pendekatan sosiologis yang memandang birokrasi sebagai sebuah bagian dari tipe organisasi. Referensi utamanya adalah tipe ideal birokrasi Max Weber yang memuat sejumlah unsur berikut :

• Pembagian divisi pegawai yang terdefinisi secara jelas.

• Struktur otoritas impersonal

• Memiliki jenjang hirarki

• Bergantung pada aturan formal

• Menggunakan sisitem merit pada pegawai

• Ketersediaan karir

• Pemisahan jarak antara kehidupan sebagai anggota organisasi dari kehidupan pribadi.

Sedangkan tujuan penyediaan birokrasi pemerintahan sebagaimana diuraikan oleh Ripley dan Franklin ( dalam Kristian , 2006 : 9 ) adalah sebagai berikut:

• Menyediakan sejumlah layanan sebagai hakikat dari tanggungjawab pemerintah

• Memajukan kepentingan sektor ekonomi spesifik seperti pertanian , buruh atau segmen tertentu dari bisnis privat

• Membuat regulasi atas berbagai aktivitas privat

• Meredistribusikan sejumlah keuntungan seperti pendapatan , hak – hak, perawatan medis dan lain – lain.


(20)

Namun , secara faktual , Birokrasi menghadapi sejumlah masalah yang kerap kali menjadi rintangan dalam pencapaian tujuan, diantaranya:

• Proses pekerjaannya seringkali tidak dapat diperkirakan dan langkah yang diambil oleh Birokrasi juga terkesan lamban

• Menunjukan favoritisme dan perlakuannya terhadap klien dan diskriminasi pada yang lain

• Memperkejakan staff yang menunjukkan keterkaitan yang rendah terhadap standar professional dan kualitas pelayanan program

• Mempromosikan staff berdasarkan favoritisme politis atau kriteria yang tidak professional

• Menciptakan timbunan kertas yang tidak berguna dan tidak mampu menyesuaikan diri secara relevan dengan perkembangan sosial

1.5.1.3 Pengertian Reformasi Birokrasi

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek – aspek kelembagaan ( organisasi ), ketatalaksanaan ( business prosess ) dan sumber daya manusia aparatur.

Berbagai permasalahan / hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau diperbarui. Reformasi birokrasi dilaksanakan


(21)

dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance). Dengan kata lain reformasi birokrasi adalah langkah starategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

Pada intinya latar belakang reformasi birokrasi ini adalah sebagai berikut: a. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ) masih berlangsung hingga saat

ini

b. Tingkat kualitas pelayanan publik yang belum mampu memenuhi harapan publik c. Tingkat efisiensi , efektifitas dan produktivitas yang belum optimal dari birokrasi

pemerintahan

d. Tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan yang masih rendah e. Tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang masih rendah

tanggal 4 Desember pukul 16:31)

Dalam hubunganya dengan reformasi pelayanan publik , konsep reformasi birokrasi pemerintahan yang terdapat pada Undang – Undang No.43 Tahun 1999 sebagai pengganti UU No. 8 Tahun 1947 tentang Pokok Pokok Kepegawaian terutama memfokuskan kepada peningkatan kualitas SDM birokrasi dalam upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik dan bertanggung – jawab ( Good Governance ). Beberapa kriteria pegawai negeri sipil ( birokrasi pemerintah ) yang diharapkanmampu melaksanakan hal itu adalah sebagai berikut:


(22)

a. Netral , yaitu mampu melayani semua lapisan masyarakat , tanpa memihak kepada suatu kekuatan politik tertentu;

b. Profesional , yaitu memiliki kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya agar dapat melaksanakan tugas pokok dan tanggung – jawabnya;

c. Berdayaguna dan berhasilguna , yaitu mampu menghasilkan sesuatu dengan sarana dan prasarana yang tersedia;

d. Transparan , yaitu mampu memberikan informasi tentang pemerintahan dan pembangunan kepada masyarakat;

e. Bebas korupsi , kolusi dan nepotisme, yaitu selalu berupaya untuk menghindarkan diri dari praktek korupsi , kolusi dan nepotisme yang dapat merugikan masyarakat; f. Menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa , untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.5.1.4 Arah Kebijakan Reformasi Birokrasi

Menurut Sedarmayanti ( 2007:327) arah kebijakan reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik antara lain:

1. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan – penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktek KKN:

a. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik ( good governance ) pada semua tingkat dan lini pemerintahan serta pada semua kegiatan.


(23)

c. Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat

d. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil temuan pengawasan dan pemeriksaan. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat:

a. Penataan kembali kelembagaaan pemerintahan berdasar pola dasar dan prinsip pengorganisasian yang rasional dan objektif.

b. Perbaikan sistem ketatalaksanaan , mekanisme dan prosedur pelaksanaan tugas pada semua tingkat dan lini pemerintahan.

c. Optimalisasi pemanfaatan E- Government dalam pengelolaan asset / kekayaan negara dan dalam pelaksanaan tugas pelayanan kepada masyarakat.

3. Meningkatkan kinerja aparatur negara:

a. Perbaikan sistem manajemen dan kepegawaian negara. b. Perbaikan sistem perencanaan dan pengadaan pegawai.

c. Peningkatan kompetensi, kapabilitas dan profesionalitas sumber daya manusia aparatur.

d. Penerapan sistem penghargaan dan hukuman yang adil dan proporsional.

e. Peningkatan kesejahteraan pegawai melalui perbaikan sistem remunerasi , sistem asuransi dan jaminan hari tua pegawai.

f. Penyelesaian pengalihan status pegawai honorer, pegawai harian lepas dan pegawai tidak tetap.


(24)

1.5.1.5 Visi , Misi serta Tujuan Reformasi birokrasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi tentang Visi dan Misi serta Tujuan Reformasi Birokrasi dijelaskan sebagai berikut:

Visi reformasi birokrasi adalah terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik tahun 2025.

Misi adalah:

a. Membentuk dan atau menyempurnakan peraturan perundang – undangan sebagai landasan hukum tata kelola pemerintahan yang baik

b. Memodernisasikan birokrasi pemerintahan dengan optimalisasi pemakaian teknologi informasi dan komunikasi

c. Mengembangkan budaya , nilai – nilai kerja dan perillaku yang positif d. Mengadakan restrukturisasi organisasi ( kelembagaan ) pemerintahan

e. Mengadakan relokasi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia termasuk perbaikan sistem remunerasi

f. Menyederhanakan sistem kerja , prosedur dan mekanisme kerja g. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif

Tujuan Umum , membangun / membentuk profil dan perilaku aparatur negara dengan:

a. Integritas Tinggi

b. Produktivitas Tinggi dan Bertanggungjawab c. Kemampuan Memberikan Pelayanan yang Prima


(25)

Tujuan Khusus, membangun /membentuk: a. Birokrasi yang bersih

b. Birokrasi yang Efisien , Efektif dan Produktif c. Birokrasi yang Transparan

d. Birokrasi yang Melayani Masyarakat e. Birokrasi yang Akuntabel

1.5.2. Pelayanan Publik

1.5.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Kotler ( dalam Lukman , 2000:8 ) , pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Kemudian Sampara berpendapat , pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan.

Menurut Soetopo ( dalam Napitupulu, 2007:164 ) pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan ( mengurus ) apa yang diperlukan orang lain. Pelayanan juga dapat disebut suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara – cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan ( Boediono, 2003 : 60 ).

Secara umum, pelayanan dapat diartikan semua usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan , dengan demikian dalam menyajikan pelayanan


(26)

hendaknya menambahkan sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang , seperti ketulusan dan integritas ( Tjandra, 2005:11 )

Pelayanan Publik adalah sebagai pelayanan umum yang berarti kegiatan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem , prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya ( Moenir, 2010 : 27 )

Pelayanan publik adalah pemberi layanan ( melayani ) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan ( Kurniawan, 2005 : 5 )

Menurut Syaiful Arif ( dalam Ahmad, 2008:3 ) mendefenisikan pelayanan publik merupakan suatu layanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas – fasilitas umum , baik jasa maupun non jasa , yang dilakukan oleh organisasi publik dalam hal ini adalah suatu pemerintahan . Dalam pemerintahan , pihak yang memberikan pelayanan adalah aparatur pemerintahan beserta segenap kelengkapan kelembagaannya.

Menurut Kepmenpan No. 63 / KEP / M.PAN / 7 /2003, pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan . Disamping itu , Undang – Undang no. 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik , menyebutkan yang dimaksud dengan pelayanaan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang – undangan


(27)

bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh organisasi publik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik berupa barang atau jasa tanpa berorientasi yang dilakukan sesuai dengan standar dan peraturan yang telah ditetapkan.

1.5.2.2 Klasifikasi Pelayanan Publik

Dalam Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik , Pelayanan Publik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Pada Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang – undangan.

Pelayanan barang publik yang dimaksud tersebut dapat dibedakan dalam tiga kelompok , yaitu:

a. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan / atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Dalam penjelasan Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik disebutkan bahwa barang publik yang disediakan oleh instansi pemerintah dengan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja Negara dan / atau anggaran pendapatan dan belanja


(28)

daerah ditujukan untuk mendukung program dan tugas instansi tersebut , sebagai contoh:

1. Penyediaan obat untuk flu burung yang pengadaannya menggunakan anggaran pendapatan dan belanja Negara di Departemen Kesehatan;

2. Kapal penumpang yang dikelola oleh PT ( Persero ) PELNI untuk memperlancar pelayanan perhubungan antar pulau yang pengadaanya menggunakan anggaran pendapatan dan belanja Negara di Departemen Perhubungan ; dan

3. Penyediaan infrastruktur transportasi perkotaan yang pengadaanya menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

b. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan Negara dan / atau kekayaan daerah yang dipisahkan ; Barang publik yang ketersediannya merupakan hasil dari kegiatan badan usaha milik Negara dan / atau badan usaha milik daerah yang mendapat perlimpahan tugas milik daerah yang mendapat pelimpahan tugas untuk menyelenggarakan pelayan publik ( public service obligation) sebagai contoh:

1. Listrik hasil pengelolaan PT ( Persero ) PLN; dan

2. Air bersih hasil pengelolaan perusahaan daerah air minum ( PDAM ).

c. Pengadaan dan penyaluran barang publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan / atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi


(29)

ketersediaanya menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang – undangan. Misi negara adalah kebijakan untuk mengatasi permasalahan tertentu , kegiatan tertentu , atau mencapai tujuan tertentu yang berkenaan dengan kepentingan dan manfaat orang banyak , sebagai contoh:

1. Kebijakan menugaskan PT ( Persero ) Pertamina dalam menyalurkan bahan bakar minyak jenis premium dengan harga yang sama untuk eceran di seluruh Indonesia; 2. Kebijakan memberikan subsidi agar harga pupuk dijual lebih murah guna mendorong petani berproduksi;

3. Kebijakan memberantas atau mengurangi penyakit gondok yang dilakukan melalui pemberian yodium pada setiap garam ( diluar garam industri).

4. Kebijakan menjamin harga jual gabah ditingkat petani melalui penetapan harga pembelian gabah yang dibeli oleh : Perum Badan Usaha Logistik;

5. Kebijakan pengamanan cadangan pangan melalui pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan dan distribusi pangan kepada golongan masyarakat tertentu; dan

6. Kebijakan pengadaan tabung gas tiga kilo gram untuk kelompok masyarakat tertentu dalam rangka konversi minyak tanah ke gas.

1.5.2.3 Bentuk Pelayanan Publik

Pelayanan publik yang dilakukan oleh seluruh instansi pemerintahan dapat dibedakan berdasarkan 3 bentuk pelayanan yaitu:


(30)

• Layanan secara lisan , layanan ini biasanya diberikan oleh petugas yang bekerja di bagian hubungan masyarakat dan pelayanan informasi, dimana mereka bertugas member penjelasan dan keterangan kepada masyarakat pengguna layanan mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan oleh instansi yang bersangkutan.

• Layanan melalui tulisan , merupakan layanan yang proses penyelesaiannya dilakukan melalui pengetikaan , penandatanganan dan pengiriman kepada yang bersangkutan.

• Layanan dengan perbuatan . Dilakukan karena adanya interaksi langsung oleh masyarakat dan pemberi layanan.

1.5.2.4 Sendi Pelayanan Publik

Dalam SK Menpan No.81 Tahun 1993 tentang pedoman tata laksana pelayanan umum, dikatakan bahwa pelayanan umum mengandung sendi:

• Kesederhanaan , dalam arti prosedur atau tata cara pelayanan umum diselenggarakan secara mudah , lancar , cepat , tidak berbelit – belit , mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

• Kejelasan dan kepastian , dalam arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai prosedur baik teknis maupun administrasi , umur kerja pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan pelayanan umum, jadwal waktu memberikan


(31)

pelayanan umumberdasarkan bukti – bukti penerimaan permohonan dan kelengkapan sebagai alas an umum memastikan pemerosesan pelayanan umum.

• Keamanan , dalam arti proses serta hasil pelayanan umum dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hokum

• Keterbukaan , dalam arti prosedur atau tata cara , persyaratan satuan kerja pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat , baik diminta atau tidak diminta

• Efisiensi , dalam arti persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal – hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan umum yang diberikan, dicegah adanya penanggulangan pemenuhan kelengkapan persyaratan dengan proses pelayanan

• Keadilan yang merata dalam arti cakupan jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlukan secara adil

• Ekonomis , dalam arti pengenaan pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang atau jasa pelayanan dan tidak menuntut biaya yang tinggi di luar jangkauan , kohasi , dan kemapuan masyarakat untuk membayar secara umum , peraturan perundang – undangan yang berlaku.

• Ketepatan waktu, dalam arti pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang ditetapkan.


(32)

• Pola Pelayanan Fungsional , yaitu pola pelayanan yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan tugas , fungsi dan wewenangnya.

• Pola Pelayanan Satu Pintu , yaitu pola pelayanan yang diberikan secara tunggal oleh suatu instansi pemerintah terkait lainnya

• Pola Pelayanan Satu Atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu oleh beberapa instansi pemerintah sesuai dengan kewenangan masing – masing

• Pola Pelayanan Secara Terpusat, yaitu pola pelayanan publik yang oleh suatu instansi lainnya yang terkait bidang pelayanan publik atau disebut juga sebagai pelayanan prima.

1.5.2.5 Kualitas Pelayanan Publik

Dilihat dari pendapat Goetsch dan Davis ( dalam Ibrahim, 2008:22 ) kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau bahkan melebehi harapan. Kualitas pelayanan juga diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhinya harapan / kebutuhan pelanggan ( masyarakat ), dimana pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan produk dan / atau jasa sesuai dengan kebutuhan para pelanggan.

Kualitas adalah tercapainya sebuah harapan dan kenyataan sesuai komitmen yang ditetapkan sebelumnya ( Lukman, 2000:9 )


(33)

Sinambela ( 2006 : 6-8 ) , kualitas pelayanan berhubungan erat dengan pelayanan yang sistematis dan komprehensif yang dikenal konsep pelayanan prima . Kualitas pelayanan publik merupakan mutu / kualitas pelayanan birokrat terhadap masyarakat yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan / masyarakat ( meeting the needs customer )

Berdasarkan dari beberapa defenisi tentang kualitas pelayanan publik diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kualitas pelayanan publik adalah keseluruhan dari karakteristik pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan ( pegawai ) kepada penerima layanan ( publik ) dalam suatu organisasi dengan mengutamakan rasa puas bagi sipenerima layanan tersebut.

Agar pelayanan publik berkualitas , sudah sepatutnya pemerintah mereformasi paradigma pelayanan publik tersebut. Reformasi paradigma pelayanan publik ini adalah penggeseran pola penyelenggaraan pelayanan publik dari semula yang berorientasi pemerintah sebagai penyedia menjadi pelayanan yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Dengan begitu , tak ada pintu masuk alternatif untuk memulai perbaikan pelayanan publik selain sesegera mungkin mendengarkan suara publik itu sendiri. Inilah yang akan menjadi jalan bagi peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pelayanan publik.

Secara umum stakeholders menilai bahwa kualitas pelayanan publik mengalami perbaikan setelah diberlakukannya otonomi daerah; namun, dilihat dari sisi efisiensi dan efektivitas,responsivitas, kesamaan perlakuan ( tidak diskriminatif ) masih jauh dari yang diharapkan dan masih memiliki berbagai kelemahan. Berkaitan


(34)

dengan hal – hal tersebut , memang sangat disadari bahwa pelayanan publik masih memiliki berbagai kelemahan , antara lain:

1. Kurang responsif . Kondisi ini terjadi pada hamper semua tingkatan unsur pelayanan , mulai pada tingkatan petugas pelayanan ( front line ) sampai dengan tingkatan penanggungjawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan , aspirasi , maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan diabaikan sama sekali. 2. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan kepada masyarakat , lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.

3. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari jangkauan masyarakat , sehingga menyulitkan bagi mereka yang memerlukan pelayanan tersebut.

4. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya , sering terjadi tumpang tindih ataupun pertentangan kebijakan antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang terkait.

5. Bikrokratis. Pelayanan ( khususnya pelayanan perijinan ) pada umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.

6. Kurang mau mendengar keluhan / saran / aspirasi masyarakat. Pada umumnya aparat pelayanan kurang memiliki kemauan untuk mendengar keluhan / saran / aspirasi dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan dengan apa adanya , tanpa ada perbaikan dari waktu ke waktu.


(35)

7. Inefisien. Berbagai persyaratan yang diperlukan ( khususnya dalam pelayanan perizinan ) seringkali tidak relevan dengan pelayanan yang diberikan.

Kualitas pelayanan publik yang baik menjamin keberhasilan pelayanan tersebut, sebaiknya kualitas yang rendah kurang menjamin keberhasilan pelayanan publik tersebut. Keadaan ini menyebabkan setiap negara berusaha meningkatkan kualitas pelayanan publiknya. Kenyataan di lapangan pelayanan publik di Indonesia menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh birokrat kita sangat rumit, prosedural , berbelit belit lama, boros atau tidak efisien dan efektif serta menyebalkan. Adanya struktur dan fungsi birokrasi yang overlapping menyebabkan tidak efisien serta tanggung jawab yang tidak jelas.

Menurut Zeitham dkk ( dalam Boediono , 2003:114 ) ada lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan , yaitu:

• Bukti Langsung (Tangibles ), yaitu meliputi fasilitas fisik , pegawai , perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah seperti gedung perkantoran , ruang tunggu untuk customer, telefon, computer, dan lain – lain.

• Daya tanggap ( Responsiveness ), suatu karakteristik kecocokan dalam pelayanan manusia , mampu yaitu keinginan para staf untuk membantu masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan . Keinginan ini seperti kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi – informasi yang terkait dengan waktu pelayanan , syarat – syarat program langsung.


(36)

• Keandalan ( Realibility ) , yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang menyajikan dengan segera dan memuaskan . Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas – tugas yang dibebankan dan menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang dijanjikannya.

• Jaminan ( Assurance ) , yaitu mencakup kemampuan , kesopanan , dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan . Yaitu seperti kepastiann yang diberikan oleeh aparat birokrasi untuk membuat masyarakat pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakan akan bebas dari kesalahan.

• Empati ( Emphaty ) , yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahamai kebutuhan para pelanggan . Hal ini seperti bagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

1.5.2.6. Kebijakan Reformasi dan Good Governance ( Kepemerintahan yang Baik )

Untuk mewujudkan Good Governance melalui reformasi birokrasi , upaya strategis yang telah , sedang dan akan dilakukan ( Sedarmayanti, 2007:329 ) antara lain:

1. Penyiapan peraturan perundang – undangan berkaitan dengan pembaharuan pola pikir dan pola budaya,


(37)

2. Penyiapan peraturan perundang – undangan berkaitan dengan pembaharuan sistem manajemen pemerintahan ( dari sistem manajemen birokratik ke manajemen wirausaha ),

3. Mengadakan inventarisasi / pendataan , deregulasi , kaji ulang dan penyiapan pengaturan perundang – undangan ,

4. Mengadakan reformasi sistem pelayanan peradilan khususnya sistem peradilan kriminal

5. Mengadakan percontohan pelayanan prima yang dilakukan oleh Pemda Provinsi, Pemda Kabupaten / Kota dan percontohan pada tingkat dinas / instansi pelayanan publik yang telah berhasil menerapkan prinsip tata kepemerintahan yang baik dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian . Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data ( Sugiyono, 2005:70 ).


(38)

Adapun hipotesis yang dikemukakan penulis sebagai berikut:

a. Hipotesis Alternatif ( Ha )

Memiliki hubungan yang positif dan signifikan antara reformasi birokrasi dengan kualitas pelayanan publik.

b. Hipotesis Nol ( Ho )

Tidak memiliki hubungan yang positif dan signifikan antara reformasi birokrasi dengan kualitas pelayanan publik.

1.7 Defenisi Konsep

Menurut Singarimbun ( 1995:33 ) menyatakan bahwa konsep merupakan istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian , keadaan , kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social . Konsep teoritis diajukan untuk menjawab permasalahan yang diteliti , maka diperlukan diadakan defenisi konsep.

Berdasarkan teori, pendapat , atau gagasan – gagasan seperti yang dikemukakan sebelumnya , penulis merumuskan konsep – konsep yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:


(39)

1. Reformasi Birokrasi adalah langkah starategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

2. Kualitas Pelayanan Publik adalah keseluruhan dari karakteristik pelayanan yang diberikan oleh pemberi layanan ( pegawai ) kepada penerima layanan ( publik ) dalam suatu organisasi dengan mengutamakan rasa puas bagi sipenerima layanan tersebut.

1.8 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah unsure yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel melalui indikator – indikatornya.

1. Variabel bebas ( x ) Reformasi Birokrasi, dengan indikator sebagai berikut:

a. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan – penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktek KKN:

1. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik ( good governance ) pada semua tingkat dan lini Kecamatan Medan Timur serta pada semua kegiatan

2. Pemberian sanksi yang berat bagi pelaku KKN sesuai ketentuan yang berlaku. 3.Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat


(40)

b. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat:

1. Penataan kembali kelembagaaan pemerintahan berdasar pola dasar dan prinsip pengorganisasian yang rasional dan objektif.

2.Perbaikan sistem ketatalaksanaan , mekanisme dan prosedur pelaksanaan tugas pada semua tingkat dan lini pemerintahan.

3.Optimalisasi pemanfaatan E- Government dalam pengelolaan asset / kekayaan negara dan dalam pelaksanaan tugas pelayanan kepada masyarakat.

c.Meningkatkan kinerja aparatur negara

1.Perbaikan sistem manajemen dan kepegawaian negara. 2.Perbaikan sistem perencanaan dan pengadaan pegawai.

3.Peningkatan kompetensi, kapabilitas dan profesionalitas sumber daya manusia aparatur

4.Penerapan sistem penghargaan dan hukuman yang adil dan proporsional.

5.Peningkatan kesejahteraan pegawai melalui perbaikan sistem remunerasi , sistem asuransi dan jaminan hari tua pegawai.

6.Penyelesaian pengalihan status pegawai honorer, pegawai harian lepas dan pegawai tidak tetap.


(41)

2. Variabel terikat ( Y ) kualitas pelayanan publik , dengan indikator sebagai berikut:

a. Tangible yaitu fasilitas fisik , perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi ,diukur dengan empat indikator yaitu:

• Ruang tunggu bersih, nyaman

• Memiliki peralatan yang mutakhir

• Karyawan berpakaian , berpenampilan rapi

• Kelengkapan peralatan dibutuhkan mudah di dapat

b. Realibility yaitu kemampuan untuk memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera , akurat dan memuaskan , diukur dengan empat indikator yaitu:

• Kemudahan menghubungi karyawan untuk mendapatkan pelayanan

• Pelayanan dijalankan dengan cepat dan tepat

• Penanganan dan pemeriksaan administrasi disampaikan secara benar , jelas dan mudah dimengerti

• Petugas yang selalu ada selama jam kerja

c. Responsiveness yaitu keinginan untuk membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap , diukur dengan dua indikator yaitu

• Respon penyedia layanan terhadap keluhan yang ada


(42)

d. Assurance yaitu pengetahuan , kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki, bebas dari bahaya , resiko atau keragu-raguan diukur dengan empat indikator yaitu

• Pengetahuan dan kemampuan karyawan terpercaya

• Karyawan memiliki sikap yang sopan dan ramah memberikan pelayanan

• Sikap karyawan dalam menjelaskan prosedur untuk mendapatkan pelayanan

• Karyawan menanamkan rasa percaya , bebas keragu- raguan melaksanakan tugasya

e. Empathy yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan , komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan diukur dengan tiga indikator yaitu

• Perhatian karyawan kepada masyarakat

• Pemahaman karyawan akan kebutuhan masyarakat


(43)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1.Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif , dengan maksud untuk mencari implementasi antara variable bebas dengan variable terikat. Melalui metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada.

2.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Medan Timur di Jalan HM . Said No. 1 Medan

2.3. Populasi dan Sampel 2.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan , Sugiono ( 2006:90 ).

Berdasarkan penjelasan tersebut yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari 9 orang pejabat termasuk camat dan 33 orang pegawai yang bekerja di Kantor Camat Medan Timur.


(44)

2.3.2. Sampel

Menurut Hidayat (2000:2 ) ,sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan merupakan bagian dari populasi sehingga karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.Mengutip dari pendapat Arikunto ( 1996:104 ) yang menyatakan bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang maka sampel diambil dari keseluruhan , sedangkan populasi diatas 100 orang maka sampel diambil 10%, 15% atau 20 % - 25 % dari populasi. Karena populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 maka sampel adalah seluruh populasi yaitu sebanyak 42 orang.

2.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klarifikasinya jenis dan sumbernya , yaitu:

1. Pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrument sebagai berikut:

a) Metode angket ( kuisoner ) yaitu pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternative jawaban.

b) Metode observasi melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena - fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.

2. Pengumpulan data sekunder , yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku , karya ilmiah dan dokumen/ arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.


(45)

2.5. Teknik Penentuan Skor

Teknik pengukuran skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner yang disebarkan koresponden.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan yaitu, a. Untuk alternatif jawaban a diberi skor 5;

b. Untuk alternatif jawaban b diberi skor 4; c. Untuk alternatif jawaban c diberi skor 3; d. Untuk alternatif jawaban d diberi skor 2; e. Untuk alternatif jawaban e diberi skor 1;

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban koresponden terhadap masing – masing alternatif apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai berikut:

Skor tertinggi – skor terendah Banyak bilangan

Maka diperoleh:

5 – 1 = 0,8 5

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing – masing variabel yaitu:

Skor untuk kategori Sangat Tinggi = 4,24 – 5,00 Skor untuk kategori Tinggi = 3,43 – 4,23


(46)

Skor untuk kategori Sedang = 2,62 – 3,42 Skor untuk kategori rendah = 1,81 – 2,61 Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,8

Untuk menentukan jawaban responden tergolong tinggi , sedang atau rendah maka jumlah responden akan ditentukan rata – ratanya dengan membagi jumlah pertanyaan. Dari hasil pembagian tersebut akan diketahui jawaban responden termasuk kategori yang mana.

2.6. Teknik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun metode statistik yang digunakan adalah:

1. Uji Hipotesis

Cara ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan besar kecilnya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ( Sugiyono, 2005:193).

Cara penghitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ ∑

=

]

2

)

(

2

][

2

)

(

2

[

)

)(

(

.

y

y

N

x

x

N

y

x

y

x

N

r

XY Keterangan: XY

r

= Angka indeks korelaso “T” product moment N = Populasi


(47)

Σx = Jumlah seluruh skor x

Σy = Jumlah seluruh skor y

Σxy= Jumlah seluruh skor x dan skor y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Nilai

r

XY yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh variabel yang lain.

b. Nilai

r

XY yang negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif , artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain.

c. Nilai

r

XY yang sama dengan nol ( 0 ) menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r ( koefisien korelasi ) , digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono ( 2005:149) yaitu:


(48)

Tabel 1. Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment

Besarnya Nilai r Interpretasi

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Dari nilai

r

XYyang diperoleh , dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi untuk menguji apakah nilai r yang diperoleh tersebut berarti atau tidak. Tabel korelasi ini mencantumkan batas – batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan 5%. Ketentuannya bila r hitung lebih kecil dari r tabel ), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel( r hitung > r tabel ), maka Ha diterima.

2. Uji Signifikansi dengan Uji “t”.

Untuk mengetahui tingkat keberartian hubungan antara variabel X dan variabel Y, maka digunakan rumus uji signifikansi “t” Sudjana (1987:369) yaitu:

2

1

2

r

N

r

t

XY

=

Kriteria uji menggunakan : 1.Derajat kebebasan (dk) = N-2


(49)

2.Kemudian thit dibandingkan dengan ttab, ditentukan tingkat kepercayaan sebesar 95 % atau tingkat kesalahan α sebesar 5 %.

3.Aturan keputusan :

Tolak Ho, jika t hitung > t tabel Terima Ho, jika t hitung < t tabel

3. Koefisien Determinan

Untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel sebab terhadap variabel akibat, dimana dalam hal ini adalah kontribusi kepemimpinan camat (Variabel X) terhadap etika kerja pegawai (Variabel Y), maka digunakan besaran yang disebutkan sebagai koefisien determinasi (D). D merupakan kuadrat dari koefisien korelasi yang telah dihitung sebelumnya kemudian dikalikan dengan 100 %.

D = (rxy)2 X 100 % Dimana,

D : Koefisien Determinasi


(50)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum

Kecamatan Medan Timur merupakan salah satu Kecamatan yang memiliki sejarah panjang dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan yang pada mulanya bersatu dengan Kecamatan Medan Perjuangan, pada tahun 1998 Kecamatan Medan Timur dipecah menjadi 2 ( dua ) yaitu Kecamatan Medan Perjuangan dengan 9 ( Sembilan ) kelurahan dan Kecamatan Medan Timur yang terdiri dari 11 ( sebelas ) Kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Gang Buntu 2. Kelurahan Sidodadi 3. Kelurahan Durian 4. Kelurahan Gaharu

5. Kelurahan Glugur Darat I 6. Kelurahan Glugur Darat II 7. Kelurahan Pulo Brayan Bengkel 8. Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru 9. Kelurahan Perintis

Kecamatan Medan Timur memiliki luas kurang lebih 726 Ha dengan batas – batas wilayah sebagai berikut:


(51)

b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan

e. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat

Kecamatan Medan Timur merupakan salah satu dari kecamatan tertua yang terbentuk di Kota Medan, hal ini dapat dilihat dengan sejarah atau riwayat sejumlah Nama Pejabat Definitif Camat Medan Timur Sejak Tahun 1973 yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2. Nama – nama Camat Di Kecamatan Medan Timur dan Masa Bakti NO NAMA CAMAT MASA BAKTI

1 2 3

1 MAULANA HARAHAP 1972 s/d 1975

2 NASIR NASUTION 1975 s/d 1977

3 LET.SOLIN BA 1977 s/d 1981

4 Drs.M.DAHLAN HASIBUAN 1981 s/d 1985

5 Drs.FACHRU ROZY LUBIS 1985 s/d 1987

6 Drs.T.ZULKARNAEN DAMANIK 1987 s/d 1992

7 Drs.ABDUL CHOLID NASUTION 1992 s/d 1995

8 Drs.YUSRI RAMADHAN SIREGAR 1995 s/d 1999

9 Drs.MUSADDAD 1999 s/d 2002

10 Drs.ABDUL AZIZ 2002 s/d 2003

11 Drs.H.AHMAD FUAD M.si 2003 s/d 2006

12 MHD.AZWARLIN NASUTION, SH 2006 s/d 2010

13 RIZAL EFENDI SH 2010 s/d2011

14 Drs.PARULIAN PASARIBU,Msi 2011 s/d sekarang


(52)

Kantor Camat Medan Timur terletak dijalan H.Moh. Said No.1 Medan berada di Kelurahan Gaharu sekaligus merupakan Ibukota Kecamatan Kantor Camat Medan Timur berada diareal tanah seluas lebih kurang 1400 M2 ( meter bujur sangkar ), yang memiliki fasilitas Rumah Dinas 1 ( satu ) unit, Aula PKK dengan luas lebih kurang 100 M2 ( meter bujur sangkar ) dan berada di wilayah Kantor Badan Infokom Propinsi Sumatera Utara , Kantor Satlantas serta Kantor Poltabes Medan.

3.2 Visi dan Misi Pembangunan 3.2.1 Visi

Adapun yang menjadi visi dari Kecamatan Medan Timur adalah : “ Menciptakan Kecamatan Medan Timur Yang Bersih, Indah, Hijau , Aman Dan Tertib “, melalui Pemberdayaan Kelurahan dengan memberdayakan masyarakat disegala bidang.

3.2.2 Misi

Untuk mendukung visi yang telah ada maka diperlukan misi – misi antara lain: 1. Memberdayakan Kelurahan dengan Memberdayakan Masyarakat

2. Meningkatkan Sumber Daya Manusia

3. Meningkatkan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat 4. Meningkatkan Kebersihan

5. Meningkatkan Penghijauan

6. Meningkatkan Kamtibnas yang Kondusif 7. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah


(53)

3.3 Arah dan Kebijakan Umum Bidang Pembangunan yang Dikelola

Sebagaimana disebutkan dalam Bab II, pasal 2 Keputusan Walikota Nomor 63 Tahun 2001 bahwa Camat mempunyai kedudukan sebagai Perangkat Daerah yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Selanjutnya berdasarkan Pasal 3 Camat mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan. Disamping itu kedudukan dan tugas pokok , Camat mempunyai fungsi:

1. Melaksanakan pelimpahan sebagian kewenangan Pemerintah Daerah 2. Menyelenggarakan pelayanan Pemerintah Kecamatan.

3. Menyelenggarakan tugas – tugas pemerintahan , pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan

4. Memantau dan mengendalikan program kerja kelurahan

5. Melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan Kepala Daerah.

Dengan demikian untuk mewujudkan kegiatan yang telah di Intruksikan oleh Walikota Medan dengan No 141/1417/Inst Tahun 2001 Tentang Tugas Dan Tanggung Jawab Camat dalam membina dan mengawasi langkah – langkah strategis sebagai berikut:

1. Melaksanakan pembinaan secara langsung kelapangan untuk membenahi , menertibkan , kekurangan dan kelemahan yang ada baik kondisi fisik, kebersihan, ketertiban dan keamanan maupun pelayanan masyarakat.


(54)

2. Melaksanakan pengawasan ( Cek dan Fisik ) tentang kondisi dan hasil pembinaan yang dihasilkan baik dari segi kualitas dan objektivitas hasil kerja, terutama dibidang:  Pelayanan KK / KTP/ Surat – surat Keterangan penduduk ( waktu penyelesaian dan biayanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku)

 Kehadiran dan keaktifan kerja perangkat kecamatan dan kelurahan ( sesuai dengan ketentuan yang berlaku )

 Kebersihan , ketertiban dan keamanan sesuai dengan Intruksi Walikota Medan No.141/079/Ins/2001 tanggal 9 Februari 2001.

 Penyelesaian masalah secara tuntas

3. Melaksanakan Koordinasi langsung dengan :

 Instansi terkait untuk menuntaskan permasalahan kebersihan, ketertiban dan keamanan di kecamatan dan kelurahan

 Tim Pembina/ Pengawasan Pelaksanaan Pemberdayaan Kelurahan Pemerintahan Kota Medan Terhadap temuan- temuan bidang kebersihan , ketertiban , keamanan serta pelayanan masyarakat

 Muspika dan Tokoh – tokoh masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Pemberdayaan Kelurahan.

4. Melaksanakan evaluasi hasil pembinaan dan pengawasan bidang kebersihan , ketertiban , keamanan , dan pelayanan masyarakat bersama Muspika, Lurah, dan Tokoh masyarakat.

5. Menyampaikan Laporan tertulis yang obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan kepada Walikota Medan dan Dinas – Dinas/ Instansi terkait.


(55)

3.4 Potensi Wilayah Kecamatan Medan Timur 3.4.1 Data Penduduk

Penduduk kecamatan Medan timur sampai dengan April 2007 adalah sebanyak 133.131 jiwa serta 32.988 Kepala Keluarga dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3. Jumlah Kepala Keluarga ( KK ), Jumlah Penduduk dan Jumlah

Lingkungan di Wilayah Kecamatan Medan Timur

NO KELURAHAN

LUAS

WIL

JLK

KK

JUMLAH

PENDUDUK

JLH

LK L P L+P

1 GANG BUNTU 41 Ha 1434 2220 4290 6510 11 2 SIDODADI 10 Ha 1829 3964 4156 8120 11 3 DURIAN 54 Ha 2782 5805 5831 11636 12 4 GAHARU 52 Ha 2738 5686 5925 11611 12 5 GLUGUR DARAT I 79 Ha 3589 7765 7514 15279 13 6 GLUGUR DARAT II 76 Ha 3747 6299 7532 13831 12 7 P.BRAYAN DARAT I 98 Ha 4856 9715 9701 19416 14 8 P.BRAYAN DARAT II 80,84 Ha 3843 7948 8802 16750 15 9 P.BRAYAN BENGKEL 117 Ha 3958 6136 6413 12549 11

10

P.BRAYAN BENGKEL

BARU 117 Ha 2622 5525 6109 11634 12 11 PERINTIS 49 Ha 1590 2685 3111 5796 5

TOTAL 726 Ha 32.988 63.748 69.383 133.131 128


(56)

Tabel 4. Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur berdasarkan Suku / Etnis

NO JENIS SUKU / ETNIS JUMLAH

1 JAWA 43.474

2 MELAYU 5.726

3 MANDAILING 11.119

4 BATAK 13.026

5 KARO 4.622

6 MINANG 8.735

7 ACEH 2.401

8 NIAS 2.01

9 INDIA 395

10 CHINA 15.022

11 LAIN LAIN 26.976

TOTAL 133.131

Sumber: Profil Kecamatan Medan Timur 2012

Dari tabel 4 diatas dapat tergambar kemajemukan masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Timur dan dapat diketahui variabel persentasenya, yakni suku Jawa sebanyak 32,6 % , Melayu sebanyak 4,3 %, Mandailing sebanyak 8,3 % , Batak sebanyak 9,8 % , Karo sebanyak 3,4 % , Minangkabau sebanyak 6,5 %, Aceh sebanyak 1,8 % , Nias sebanyak 1,5 % , India sebanyak 0,3 % , China sebanyak 11, 3 % , dan suku lain lain sebanyak 20,2 %. Dari variabel yang telah ddiuraikan diatas terlihat jelas , bahwa suku Jawa lebih dominan di Kecamatan Medan Timur.


(57)

Tabel 5. Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur Berdasarkan Agama

NO AGAMA JUMLAH

1 ISLAM 79.452

2 KRISTEN 19.986

3 KATHOLIK 7.088

4 HINDU 895

5 BUDHA 23.71

TOTAL 133.131

Sumber : Profil Kecamatan Medan Timur 2012

Dari tabel 5 diatas dapat diketahui persentase agama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Medan timur dengan variabel sebagai berikut: penduduk yang beragama Islam sebanyak 59,7 %, Kristen sebanyak 15 %, Katholik sebanyak 5,3 %, Hindu sebanyak 0,7 % dan yang beragama Budha sebanyak 17,8 %. Dari variabel diatas dapat diketahui , bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Timur mayoritas beragama Islam.


(58)

Tabel 6. Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur Berdasarkan Mata Pencaharian

No JENIS PEKERJAAN JUMLAH

1 Pegawai Negeri / ABRI 4.421

2 Pegawai Swasta 21.043

3 Buruh 2.476

4 Wiraswasta 12.814

5 Pedagang 2.088

6 Petani 80

7 Lain 15.525

Total 58.447

Sumber :Profil Kecamatan Medan Timur 2012

Dari tabel 6 diatas dapat diketahui persentase mata pencaharian masyarakat yang ada di Kecamatan Medan timur dengan persentase sebagai berikut: Pegawai negeri / ABRI sebanyak 7,6 %, Pegawai swasta sebanyak 36 %, Buruh sebanyak 4,2 % , Wiraswasta sebanyak 21,9 %, Pedagang sebanyak 3,6 % , Petani sebanyak 0,1 %, dan Lain lain sebanyak 26,7 %. Dari variabel diatas dapat diketahui, bahwa persentase terbesar penduduk di Kecamatan Medan Timur bermata Pencaharian sebagai Wiraswasta.


(59)

Tabel 7. Data Penduduk Di Kecamatan Medan Timur Berdasarkan Pendidikan

No TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1 BELUM/TIDAK SEKOLAH 41.537

2 SD 23.561

3 SLTP 27.425

4 SLTA 27.141

5 AKADEMI 7.851

6 UNIVERSITAS 5.616

TOTAL 133.131

Sumber: Profil Kecamatan Medan Timur 2012

Dari Tabel 7 diatas dapat diketahui persentase tingkat pendidikan masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Timur dengan variabel sebagai berikut: yang Belum/ Tidak Sekolah sebanyak 31,2 %, SD sebanyak 17,7 %, SLTP sebanyak 20.7 %, SLTA sebanyak 20,3 %, AKADEMI sebanyak 5,9 % , dan terakhir UNIVERSITAS ada sebanyak 4,2 %. Dari variabel diatas dapat diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Medan Timur terbesar adalah yang Belum / Tidak Sekolah.


(60)

Tabel 8. Sarana Pendidikan Di Kecamatan Medan Timur

NO JENIS JUMLAH

1 TK 14

2 SD NEGERI 29

3 SD SWASTA 20

4 SLTP NEGERI 2

5 SLTP SWASTA 20

6 SLTA NEGERI 4

7 SLTA SWASTA 14

8 TSANAWIYAH 18

9 AKADEMI / PERGURUAN TINGGI 8

TOTAL 129

Sumber: Profil Kecamatan Medan Timur 2012

Tabel 9. Rumah Ibadah Di Kecamatan Medan Timur

No JENIS JUMLAH

1 MESJID 52

2 LANGGAR/MUSHOLA 32

3 GEREJA 22

4 KLENTENG/WIHARA 10

TOTAL 116


(61)

Tabel 10.Sarana Kesehatan Di Kecamatan Medan Timur

NO JENIS JUMLAH

1 RUMAH SAKIT 4

2 PUSKESMAS 2

3 KLINIK 24

4 PRAKTEK DOKTER 57

TOTAL 107

Sumber: Profil Kecamatan Medan Timur 2012

Tabel 11.Sarana Olahraga Di Kecamatan Medan Timur

NO JENIS JUMLAH

1 GEDUNG OLAHRAGA 3

2 LAPANGAN SEPAK BOLA 5

3 LAPANGAN VOLLEY 14

4 LAPANGAN BULU TANGKIS 6

5 KOLAM RENANG 1

6 LAIN - LAIN ( LAP. SOCCER) 1

TOTAL 30


(62)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan menyajikan data – data yang diperoleh dari hasil penelitian pada Kantor Camat Medan Timur, sesuai dengan metode yang digunakan yaitu melalui kuesioner yang disebarkan kepada pegawai dan masyarakat yang pernah berurusan langsung dalam pelayanan publik.

Kuisoner yang disebarkan sebanyak 32 ( tiga puluh dua ) eksamplar sesuai dengan jumlah sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan , telah dikumpulkan sejumlah data yang diperlukan , yang pada dasarnya meliputi data mengenai identitas responden , data mengenai Reformasi Birokrasi sebagai variabel bebas ( X ) dan mengenai Kualitas Pelayanan Publik sebagai variabel terikat ( Y ). Dan selanjutnya penulis akan menganalisa data tersebut.

Adapun hasil yang diperoleh, sebagai berikut: 4.1 Deskripsi Identitas Responden

1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin pria.Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(63)

Tabel 12. Distribusi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase ( % )

1 Pria 22 68,75

2 Wanita 10 31,25

Jumlah 32 100

Sumber:Hasil Penelitian 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden pada Kantor Camat Medan Timur yang meliputi pegawai kantor tersebut dan masyarakat lebih banyak berjenis kelamin Pria yaitu sebanyak 22 orang ( 68,75 % ), sedangkan responden wanita hanya sebanyak 10 orang ( 31,25 % ).

2. Identitas Responden Berdasarkan Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 31-40 tahun kemudian didikuti yang berusia 20-30 tahun, berusia 41 – 50 tahun dan berusia 51 – 60 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13. Distribusi Data Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase ( % )

1 20 - 30 8 25

2 31 - 40 10 31,25

3 41 - 50 8 25

4 51 - 60 6 18,75

Jumlah 32 100


(64)

3. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden berpendidikan SMU, kemudian diikuti berpendidikan sarjana. Dan hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 14. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Frekuensi Persentase ( % )

1 SMU 18 56,25

2 Sarjana ( Sarjana Muda,S1 dan S2 ) 14 43,75

Jumlah 32 100

Sumber: Hasil Penelitian 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden pada Kantor Camat Medan Timur yang meliputi pegawai kantor tersebut dan masyarakat lebih banyak yang berpendidikan SMU yakni sebanyak 18 orang ( 56,25 % ), dan yang berpendidikan Sarjana ( Sarjana Muda , S1 dan S2 ) sebanyak 14 orang ( 43,75 % ).

4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu para pegawai kantor camat memiliki lama bekerja 6 – 10 tahun, diikuti masa kerja 21 – 25 tahun, diikuti masa kerja 16 -20 tahun, diikuti masa kerja 26 tahun keatas dan terendah 11 – 15 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(65)

Tabel 15. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

No Lama Bekerja Frekuensi Persentase ( % )

1 6 - 10 tahun 14 43,75

2 11 - 15 tahun 2 0,625

3 16 - 20 tahun 4 12,50

4 21 - 25 tahun 8 25,00

5 26 tahun keatas 4 12,50

Jumlah 32 100

Sumber : Hasil Penelitian 2012

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa lebih banyak responden pegawai pada Kantor Camat Medan Timur memiliki masa kerja 6 – 10 tahun yaitu sebanyak 14 orang ( 43,75 % ) , disusul dengan pegawai yang memiliki masa kerja 21 – 25 tahun sebanyak 8 orang ( 25,00 % ) , kemudian dengan masa kerja 6 – 20 tahun sebanyak 4 orang ( 12,50 % ) dan 26 tahun keatas yaitu sebanyak 4 orang ( 12,50 % ) dan yang terendah dengan masa kerja 11 – 15 tahun tahun sebanyak 2 orang ( 0,625 % ). 5. Identitas Responden Berdasarkan Pangkat Golongan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden bergolongan III dan disusul dengan golongan II ,dan golongan honorer dan sisanya golongan I dan IV.


(66)

Tabel 16. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pangkat / Golongan

No Pangkat / Golongan Frekuensi Persentase ( % )

1 Honorer 2 6,25

2 Gol.I 1 3,125

3 Gol.II 12 37,50

4 Gol.III 16 50,00

5 Gol.IV 1 3,125

Jumlah 32 100

Sumber : Hasil Penelitian 2012

Berdasarkan tabel diatas , dapat dilihat bahwa responden yaitu pegawai Kantor Camat Medan Timur lebih banyak bergolongan III yaitu sebanyak 16 orang , disusul yang bergolongan II sebanyak 12 orang ( 37,50 % ) dan kemudian yang bergolongan Honorer sebanyak 2 orang ( 6,25 %) dan sisanya yang bergolongan I sebanyak 1 orang ( 3,125 % ) dan golongan IV yaitu 1 orang ( 3,125 % ).

6. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu dari masyarakat bekerja sebagai pegawai negeri sipil, kemudian diikuti yang bekerja sebagai pegawai swasta , disusul yang bekerja sebagai wiraswasta , guru ( tenaga pengajar ), dan yang terendah jumlahnya berstatus mahasiswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(67)

Tabel 17. Distribusi Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi

Persentase ( % )

1 Guru ( Tenaga Pengajar ) 5 15,63

2 Pegawai Negeri Sipil( PNS ) 10 31,25

3 Pegawai Swasta 8 25

4 Wiraswasta 6 18,75

5 Mahasiswa 3 9,37

Jumlah 32 100

Sumber : Hasil Penelitian 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden masyarakat di Kantor Camat Medan Timur sebagian besar bekerja sebagai pegawai negeri sipil ( PNS ) yaitu sebanyak 10 orang ( 31,25 % ) , kemudian yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 8 orang ( 25 % ) , disusul dengan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6 orang ( 18,75 % ) , bekerja sebagai guru ( tenaga pangajar ) sebanyak 5 orang ( 15,63 % ) dan yang terendah jumlahnya berstatus sebagai mahasiswa sebanyak 3 orang ( 9,37 % ).

4.2 Data Jawaban Kuisoner Responden

1. Data Jawaban Responden terhadap Reformasi Birokrasi

1.1 Tanggapan Responden mengenai penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik ( Good Governance )

Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik ( Good Governance ) harus dilaksanakan pada semua tingkat dan lini pemerintahan serta semua kegiatan yang seharusnya dilakukan di Kantor Camat Medan Timur dari susunan organisasinya


(68)

sehingga sesuai dengan prinsip - prinsip tata pemerintahan yang baik ( Good Governance ). Berdasarkan pengamatan di lapangan secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden tentang Penerapan Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik ( Good Governance )

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase ( % )

1 Sangat terlaksana - -

2 Terlaksana 32 100

3 Cukup terlaksana - -

4 Tidak terlaksana - -

5 Sangat tidak terlaksana - -

Jumlah 32 100

Sumber : Hasil Penelitian 2012

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan ( 100 % ) responden sepakat bahwa penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik ( good governance ) sudah terlaksana pada semua tingkat dan lini pemerintahan serta pada semua kegiatan di Kantor Camat Medan Timur.

1.2 Tanggapan Responden mengenai Pemberian Sanksi yang Berat bagi Pelaku KKN Sesuai dengan Ketentuan yang Berlaku

Kondisi yang diinginkan dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik , bersih, bebas korupsi , kolusi dan nepotisme dan apabila terjadi suatu pelanggaran adanya sanksi yang berat bagi pegawai Kantor Camat Medan Timur yang melakukannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(1)

80 1,99 2,64

90 1,99 2,63

100 1,98 2,63

125 1,98 2,62

150 1,98 2,61

200 1,97 2,60

300 1,97 2,59

400 1,97 2,59

500 1,96 2,59


(2)

Penentuan variabel X dan Y ke dalam data Interval:

1. Variabel X

Skor terendah=45, Skor tertinggi=47 dengan banyak kelas 5

p(panjang kelas)= Rentang = 47-45=0,4 Banyak kelas 5

Nilai Data Skor Interval

45-45,4 1

45,5-45,9 2

46-46,4 3

46,5-46,9 4


(3)

2. Variabel Y

Skor terendah=52, Skor tertinggi=68 dengan banyak kelas 5

p(panjang kelas ) = Rentang Banyak kelas

68-52= 3,2 5

Nilai Data Skor Interval

52-55,2 1

55,3 - 58,5 2 58,6 - 61,8 3 61,9 - 65,1 4 65,2 - 68,4 5


(4)

No.Resp

Skor Total Resp. Skor Interval Kuadrat Variabel X.Y x.y

Kuadrat Variabel

X Y X Y X2 Y2 X2 Y2

1 46 55 3 5 2116 3025 2530 15 9 25

2 46 52 3 5 2116 2704 2392 15 9 25

3 46 54 3 5 2116 2916 2484 15 9 25

4 46 61 3 5 2116 3271 2806 15 9 25

5 46 54 3 5 2116 2916 2484 15 9 25

6 46 59 3 5 2116 3481 2714 15 9 25

7 47 57 5 5 2209 3249 2679 25 25 25

8 47 57 5 5 2209 3249 2679 25 25 25

9 46 58 3 5 2116 3364 2668 15 9 25

10 46 56 3 5 2116 3136 2576 15 9 25

11 47 55 5 5 2209 3025 2585 25 25 25

12 47 53 5 5 2209 2809 2491 25 25 25

13 47 54 5 5 2209 2916 2538 25 25 25

14 47 55 5 5 2209 3025 2585 25 25 25

15 45 59 1 5 2025 3481 2655 5 1 25

16 46 60 3 5 2116 3600 2760 15 9 25

17 46 57 3 1 2116 3249 2622 3 9 1

18 47 58 5 1 2209 3364 2726 5 25 1

19 46 57 3 1 2116 3249 2622 3 9 1

20 46 55 3 4 2116 3025 2530 12 9 16

21 47 55 5 1 2209 3025 2585 5 25 1

22 47 57 5 3 2209 3249 2679 15 25 9

23 47 50 5 2 2209 2500 2350 10 25 4

24 47 56 5 2 2209 3136 2632 10 25 4

25 46 57 3 2 2116 3249 2622 6 9 4

26 46 54 3 2 2116 2916 2484 6 9 4

27 46 61 3 1 2116 3721 2806 3 9 1

28 46 59 3 1 2116 3481 2714 3 9 1

29 46 61 3 1 2116 3721 2806 3 9 1

30 46 56 3 1 2116 3136 2576 3 9 1

31 46 57 3 3 2116 3249 2622 9 9 9

32 46 60 3 3 2116 3600 2760 9 9 9


(5)

Variabel X dan Variabel Y

Nomor Resp

Skor Variabel

Rangking

Variabel Di Di2

X Y X Y

1 46 55 11,5 24,5 -13 169

2 46 52 11,5 24,5 -13 169

3 46 54 11,5 24,5 -13 169

4 46 61 11,5 24,5 -13 169

5 46 54 11,5 24,5 -13 169

6 46 59 11,5 24,5 -13 169

7 47 57 27 24,5 2,5 6,25

8 47 57 27 24,5 2,5 6,25

9 46 58 11,5 24,5 -13 169

10 46 56 11,5 24,5 -13 169

11 47 55 27 24,5 2,5 6,25

12 47 53 27 24,5 2,5 6,25

13 47 54 27 24,5 2,5 6,25

14 47 55 27 24,5 2,5 6,25

15 45 59 1 24,5 - 23,5 552,25

16 46 60 11,5 24,5 -13 169

17 46 57 11,5 7 4,5 20,25

18 47 58 27 1 26 676

19 46 57 11,5 4 7,5 56,25

20 46 55 11,5 16 -4,5 20,25

21 47 55 27 4 23 529

22 47 57 27 13,5 13,5 182,25

23 47 50 27 10,5 16,5 272,25

24 47 56 27 10,5 16,5 272,25

25 46 57 11,5 12 -0,5 0,25

26 46 54 11,5 9 2,5 6,25

27 46 61 11,5 7 4,5 20,25

28 46 59 11,5 2 9,5 90,25

29 46 61 11,5 4 7,5 56,25

30 46 56 11,5 7 4,5 20,25

31 46 57 11,5 13,5 -2 4

32 46 60 11,5 15 -3,5 12,25


(6)

PERHITUNGAN UNTUK MENCARI HARGA Rs

Untuk mencari harga Rs, dipergunakan Rumus Rank Spearman, dengan cara sebagai berikut:

Rs =1- 6∑D2 N3 –n Rs = 1- 6(2730)

32768-32 Rs =1- 16380

32736 Rs = 1- 0,5003 Rs =0,499

Untuk penelitian ini , jumlah n=32 dan harga Rs= 0,499 dengan demikian harga t –hitung dapat dicari dengan cara sebagai berikut:

t = rs √N-2 1-rs2 t = 0,499 √32-2

1-0,249 t =o,499√30

0,751 t =0,499x6,320 t = 3,153