dalam waktu singkat. Sejak tahun 2002, HPAI H5N1 menjadi penyakit emerging
di Asia. HPAI H5N1 lebih banyak terisolasi pada saluran pernafasan trachea dibandingkan gastrointestinal, sehingga hal tersebut mempengaruhi transmisi
virus inhalasi
vs. fekal-oral,
maupun pemilihan
koleksi sampel
orofaringtrachea vs. kloaka Boyce et al. 2009.
Secara molekuler, HPAI dapat ditentukan patotipenya berdasarkan analisa sekuens
cleavage site antara protein prekursor HA OIE 2007, Alexander 2007.
Virus HPAI mengalami perubahan susunan asam amino pada cleavage site HA
yang mempengaruhi replikasi virus Boyce et al. 2009. Virus HPAI, dengan
beberapa pengecualian, memiliki asam amino polibasik arginin dan lisin pada HA
cleavage site, sehingga dapat dipecah oleh ubiquitous subtilisin-like protease secara intraseluler Perdue dan Suarez 2000 di dalam Gall
et al. 2009. Virus HPAI dapat bereplikasi pada seluruh organ unggas sehingga menyebabkan
kerusakan serius pada jaringan maupun organ sehingga menyebabkan kematian Alexander 2007.
2.3.2 Low Pathogenic Avian Influenza
Burung liar air merupakan reservoir LPAI Gall et al. 2009. Wabah virus
Avian Influenza sangat patogen Highly Pathogenic Avian Influenza HPAI pada
unggas komersil diduga berasal dari virus Low Pathogenic Avian Influenza
LPAI pada unggas liar Cheung et al. 2009. Transmisi LPAI subtipe H5 dan H7
pada unggas Gallinaceous, dapat menimbulkan HPAI, yang menyebabkan infeksi
sistemik yang parah dan epidemi penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi Gall
et al. 2009. Gejala klinis dari LPAI tidak terlalu nyata. Infeksi pada LPAI terlokalisir
pada pernapasan dan saluran pencernaan Gall et al. 2009. Ditinjau dari segi
molekuler, virus LPAI memiliki komposisi asam amino monobasik pada HA cleavage site, dan HA
-nya terbelah secara ekstrasel oleh jaringan-spesifik protease, seperti tripsin Perdue dan Suarez 2000 di dalam Gall
et al. 2009.
2.4 Virus Avian Influenza pada Unggas Liar dan Pasar Unggas
Virus Avian Influenza VAI terutama menyerang berbagai macam unggas seperti ayam, kalkun, angsa, unggas air, burung laut, dan burung liar Boyce
et al. 2009. Selain unggas, beberapa subtipe VAI dapat menyerang manusia, primata,
babi, musang, kuda, sapi, anjing laut, dan paus Whitworth et al. 2007, Cardona et
al. 2009. Virus Avian influenza telah diisolasi dari sedikitnya 105 spesies burung
liar dari 26 famili yang berbeda Perez-Ramirez et al. 2010. Unggas air, yaitu
itik, entok dan angsa, merupakan inang alami virus influenza A Cheung et al.
2009, Boyce et al. 2009. Unggas liar, terutama unggas air, diketahui sebagai
reservoir virus AI karena semua H1-16 dan N1-9 dapat ditemukan pada unggas liar Boyce
et al. 2009, Cardona et al. 2009. Umumnya virus AI yang terdeteksi pada unggas liar bersifat
low pathogenic dan menyerang saluran gastrointestinal Boyce
et al. 2009. Pada inang alami, virus berada dalam keadaan seimbang dan tidak
menunjukkan perubahan patologis yang nyata. Secara evolusioner virus dalam inang alami berada keadaan statis, yang secara molekuler ditandai dengan
rendahnya rasio substitusi NS Taubenberger et al. 2005. Antara hospes dengan
virus terjadi toleransi yang seimbang, sehingga walaupun virus bereplikasi namun inang tidak menunjukkan gejala klinis. Virus bereplikasi di saluran pencernaan
unggas air, sehingga ekskresi virus bersama feses dapat ditransmisikan ke unggas atau mamalia lain melalui feses atau secara oral Sturm-Ramirez
et al. 2004. Isolasi virus influenza pertama dari unggas feral
Sterna hirundo dilakukan pada tahun 1961 di Afrika Selatan Alexander 1995. Pada tahun
1970an dilakukan investgasi yang menunjukkan bahwa terdapat pool virus yang
besar pada populasi unggas liar Alexander 1995. Survei oleh Stallknecht dan Shane 1988 menunjukkan bahwa dari 21.318
sampel yang berasal dari berbagai spesies unggas terisolasi 2.317 10.9 virus. Dari sampel tersebut, 14.303 sampel berasal dari Ordo
Anseriformes, dengan hasil positif 2.173 isolat 15.2. Tingkat isolasi tertinggi selanjutnya berasal dari
unggas ordo Passeriformes dan Charadriiformes 2.9 dan 2.2. Faktor yang
berperan penting dalam tingkat isolasi virus influenza pada unggas liar yaitu 1 usia unggas, 2 lokasi geografis terkait migrasi, 3 waktu pengambilan sampel
dalam tahun tersebut, 4 spesies unggas, and 5 karakteristik virus Alexander 1995.
Strain patogenik virus AI H5N1 hanya menyebabkan gejala klinis ringan pada itik, tetapi unggas dapat tetap mengekskresikan virus
viral shedding bersama kotorannya sehingga berpotensi menyebarkan virus yang bersifat
patogenik bagi unggas lain dan juga manusia Hulse-Post et al. 2005. HPAI
jarang terisolasi dari unggas liar, namun tingkat isolasi yang tinggi dapat ditemukan pada bebek dan angsa 15 dan hanya 2 pada spesies yang lain
Alexander 2000. Virus HPAI H5N1
b
erhasil terisolasi dari angsa prevalensi 2 dan bebek prevalensi 4 Nguyen
et al. 2005. Ordo Colombiformis yang secara eksperimental diinfeksi virus HPAI H5N1 lebih resisten dibandingkan
ayam Perkins dan Swayne 2002. Psittaciformes dapat terinfeksi LPAI, walaupun
jarang Cardona et al. 2009.
Salah satu unggas air, yaitu itik, dianggap sebagai sumber virus AI H5N1 pada wabah di Cina tahun 2000-2004 dan Hongkong tahun 2001 Susanti 2008.
Unggas air yang bermigrasi diduga kuat sebagai pembawa virus HPAI subtipe H5N1 Perez-Ramirez et al. 2010, terutama setelah terjadinya wabah di Danau
Qinghai, Cina yang menyebabkan kematian ribuan burung liar Chen
et al., 2005, Boyce
et al. 2009. Beberapa spesies unggas seperti Mallard
Anas platyrhinchos mampu bertahan dari infeksi H5N1 dan terjangkit virus selama periode waktu tertentu,
sehingga menjadi diduga kuat sebagi spesies pembawa HPAI H5N1 pada proses transmisi jarak jauh Keawcharoen
et al. 2008. Namun, peran unggas air dalam penyebaran H5N1 masih belum jelas Perez-Ramirez et al. 2010.
Wabah virus HPAI H5N1 pertama kali dilaporkan di Cina Selatan tahun 1996-1997, kemudian menyebar dan menyebabkan kematian unggas di Vietnam,
Thailand, Indonesia dan Negara Asia Timur sejak awal tahun 2004 Smith et al.
2006. Transmisi zoonotik dari unggas ke manusia terus menerus terjadi sejak pertengahan tahun 2005 sampai sekarang Susanti 2008 namun belum ada
laporan terjadinya transmisi dari manusia ke manusia. Manusia umumnya menjadi inang akhir
dead end virus AI, baik HPAI maupun LPAI Boyce et al. 2009.