Pengendalian penyebaran dan pemberantasan virus AI yang sudah menjadi program pemerintah selama ini sebaiknya harus secara nyata diterapkan di
lapangan, termasuk di pasar burung. Pada tahun 2004, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian mengeluarkan kebijakan strategi No.
17Kpts PD.640F0204 yang meliputi 1 penerapan biosekuriti yang tepat, 2 depopulasi selektif di daerah tertular, 3 vaksinasi, 4 pengendalian lalu lintas
unggas, 5 surveilans dan penelusuran, 6 peningkatan kesadaran masyarakat, 7 pengisian kandang kembali, 8
stamping out di daerah tertular baru, 9 monitoring, pelaporan dan evaluasi. Pada tahun 2012, strategi utama pengendalian AI yang
ditetapkan pemerintah melalui Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dititik beratkan pada 1 peraturan perundangan, 2
public awareness, 3 biosekuriti di peternakan dan rantai pemasaran unggas, 4 depopulasi terbatas di daerah endemis dan
stamping out di daerah bebas, 5 surveilans yang meliputi partisipasi, prevalensi, pembebasan dan monitoring
dinamika virus, 6 pengawasan lalu lintas, 7 vaksinasi tertarget di daerah kasus tinggi, 8 restrukturisasi perunggasan BBalitvet 2012.
5.3 Uji Hemaglutinasi Inhibisi
Prevalensi AI H5 berdasarkan uji HI pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil studi oleh BKHI pada lokasi yang sama. Dalam penelitian ini,
sebanyak 4.29 unggas dinyatakan memiliki antibodi terhadap AI H5. Pada penelitian oleh BKHI di Pasar Burung Pramuka tahun 2011, tidak ditemukan
unggas yang memiliki antibodi terhadap AI H5, sedangkan di tingkat pasar dan pedagang burung di DKI Jakarta secara keseluruhan, terdapat 2 burung yang
positif AI
titer antibodi ≥ 2
4
dan hewannya tidak divaksin BKHI 2011. Berdasarkan data HI yang terbatas dalam penelitian ini, diduga bahwa
unggas yang diperiksa kemungkinan terinfeksi virus AI yang lebih mendekati isolat yang digunakan untuk membuat ACkWest JavaPWT-Wij2006 H5N1
dibandingkan ALegokIPB-SGT12004 H5N1. Isolat untuk membuat antigen ALegokIPB-SGT12004 H5N1 merupakan hasil modifikasi virus yang
menyebabakan
outbreak di Legok pada tahun 2003. Sedangkan isolat untuk membuat antigenACkWest JavaPWT-Wij2006 H5N1 berasal dari Purwakarta
dan diketahui telah mengalami mutasi pada cleavage site gen HA komunikasi
pribadi. Virus AI H5N1 yang menyebabkan
outbreak pertama pada tahun 2003 mempunyai motif asam amino PQRERRRKKRG pada
cleavage site gen HA. Pada tahun 2005 dan 2006, virus AI khususnya dari daerah Jawa Barat diketahui
telah mengalami mutasi pada cleavage site gen HA, yakni sekuen asam aminonya
telah berubah menjadi PQRESRRKKRG, dimana posisi Rarginin digantikan oleh Sserin Indriani
et al. 2011. Perubahan tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi
antigenic drift pada isolat virus AI yang ada di Indonesia, termasuk virus AI ACkWest JavaPWT-Wij2006 H5N1 yaitu pada epitope A posisi asam
amino 124, 131, dan 137 Dharmayanti dan Darminto et al. 2009 di dalam
Indriani et al. 2011. Berdasarkan clade prediction pada Gen Bank, virus AI A
CkWest JavaPwt-Wij2006 H5N1 termasuk dalam clade 2.1.3 www.
fluegenome.
or
Indriani et al. 2011.
Ketujuh unggas yang positif memiliki antibodi terhadap AI ternyata menunjukkan hasil yang negatif pada uji rRT-PCR Tabel 9. Diduga, unggas-
unggas ini pernah terinfeksi virus AI namun pada saat pemeriksaan shedding virus
telah berhenti. Penelitian oleh Kida et al. 1980 menunjukkan bahwa itik peking
putih yang diinfeksi virus LPAI H7N2 memberikan hasil titer antibodi HI yang sangat rendah, namun virus tetap dikeluarkkan hingga 7 hari sesudah infeksi.
Inokulasi ulang setelah 46 hari dengan strain virus yang sama memberi respon antibodi yang lebih tinggi namun virus tidak ditemukan pada organ. Penelitian
lain menunjukkan bahwa pada mencit H1N1-
primed yang diinfeksikan H3N2, shedding virus berakhir 13 hari setelah infeksi, namun titer antibodi tetap tinggi
Doherty et al. 2006.
5.4 Asal Unggas dan Cuaca
Sumber unggas di Pasar Pramuka diperoleh dari alam, peternakan, dan negara lain. Berdasarkan lokasi geografisnya, burung yang positif AI berasal dari
berbagai daerah di Indonesia dan satu dari negara Cina. Dari 16 sampel yang positif, sebanyak 11 sampel berasal dari Pulau Jawa. Sejak bulan April tahun
2012, penyakit AI telah menjadi endemis di 32 propinsi di Indonesia dan hanya 1 propinsi yang dinyatakan bebas AI yaitu propinsi Maluku Utara.
Berdasarkan wawancara dengan pedagang, burung Emprit, Kutilang, Kacamata, Trucuk, Kacer, Kruwok, dan Angsa berasal dari tangkapan alam
sedangkan burung Robin diperoleh dari peternakan dan diimpor dari Cina. Baik unggas hasil tangkapan maupun penangkaran beresiko menyebarkan AI karena
infeksi primer biasanya terkait dengan kontak dengan unggas yang terlepas ke alam
feral birds, sedangkan penyebaran selanjutnya melibatkan aktivitas manusia, misalnya transportasi dan perpindahan unggas maupun feses unggas
serta aktivitas unggas liar Alexander 2007. Karena studi ini dilakukan secara cross-sectional, maka tidak dapat ditentukan secara pasti kapan unggas terinfeksi
VAI. Unggas dapat terinfeksi saat berada di daerah asal, dalam proses transportasi ataupun saat berada di pasar.
Data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menunjukkan bahwa rataan temperatur dan kelembapan bulanan di Pasar Burung Pramuka
selama bulan April sampai dengan September 2011 relatif sama. Namun terdapat perbedaan curah hujan yang signifikan antara bulan-bulan tersebut. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Mei, yakni 157.1 mm, diikuti bulan Juni sebesar 77.7 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September, yakni hanya
2.8 mm Gambar 6.
Apabila dikaitkan antara kasus AI dan kondisi cuaca, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa AI dapat terjadi sepanjang tahun tanpa pengaruh nyata
oleh kondisi cuaca. Di Pasar Pramuka pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus pada bulan Agustus yang merupakan musim pancaroba. Walaupun curah hujan
pada bulan Mei dan Juni relatif tinggi dibandingkan dengan bulan lainnya, namun hanya 2 sampel positif AI yang terdeteksi pada bulan Mei dan tidak ada sampel
positif AI yang terdeteksi pada bulan Juni.
Hasil penelitian ini memperkuat kesimpulan Jatikusumah et al. 2010
yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh nyata antara kejadian AI dengan musim walaupun terjadi peningkatan kasus AI di musim penghujan dan
pancaroba. Selain itu, berdasarkan studi AI pada unggas di Provinsi Lampung tahun 2010-2011 oleh Saswiyanti 2012, diketahui bahwa tidak ada perbedaan
intensitas kasus AI pada unggas sepanjang tahun kejadian.
6. SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
1. Virus Avian Influenza terdeteksi pada 1.08 sampel feses dan 1.12
unggas yang dijual di Pasar Burung Pramuka, Jakarta. Namun, tidak ada virus AI subtipe H5 yang terdeteksi. Seluruh sampel yang positif berasal
dari kelompok unggas hias atau kicauan.
2. Sebanyak tujuh dari 163 unggas 4.29 di Pasar Burung Pramuka,
Jakarta positif memiliki antibodi terhadap AI subtipe H5. Unggas yang memiliki antibodi AI subtipe H5 terdeteksi pada kelompok unggas hias
atau kicauan, unggas air, dan unggas lahan basah.
3. Unggas di Pasar Burung Pramuka, Jakarta yang terinfeksi AI umumnya
berasal dari pulau Jawa. Tidak ada pengaruh nyata antara kejadian AI dengan cuaca walaupun terjadi peningkatan kasus AI di musim pancaroba.
6.2 Saran
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi, mengidentifikasi dan
mengkarakterisasi VAI yang terdeteksi dalam penelitian ini. 2.
Diperlukan penelitian untuk mengetahui patobiologi isolat VAI pada unggas domestik.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui subtipe VAI selain
H5 pada unggas maupun hewan lain yang dijual di Pasar Burung Pramuka, Jakarta.
4. Diperlukan pemeriksaan laboratorium yang lebih ketat oleh pihak
karantina terhadap unggas yang diimpor.