Konservasi Ex-situ Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konservasi Ex-situ

Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar habitat alaminya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Bentuk-bentuk konservasi ex-situ antara lain kebun binatang, kebun raya, arboretum, taman hutan raya, taman safari, kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu, dan berbagai penangkaran satwa Muntasib dan Masy’ud 2003. Taman margasatwa merupakan metode konservasi ex situ konvensional; Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan spesies. Konservasi ex-situ ini sangat bermanfaat untuk melindungi biodiversitas, tetapi kurang untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan. Metode ini digunakan sebagai cara terakhir atau sebab suplemen terhadap konservasi in situ karena tidak dapat menciptakan kembali habitat secara keseluruhan, seluruh variasi genetik dari suatu spesies, pasangan simbiotiknya, atau elemen-elemennya, yang dalam jangka panjang, mungkin membantu suatu spesies beradaptasi pada lingkungan yang berubah. Konservasi ex situ melindungi spesies di bawah kondisi semi-terisolasi di mana evolusi alami dan proses adaptasi dihentikan sementara atau dirubah dengan mengintroduksi spesimen pada habitat yang tidak alami. Menurut Muntasib dan Masy’ud 2003 konservasi ex-situ dimaksudkan untuk ikut mendorong pengembangan konservasi flora dan fauna dengan cara : 1. pada periode tertentu flora dan fauna hasil konservasi ex-situ dapat dilepaskan kembali ke habitat alaminya untuk memelihara jumlah dan variabilitas genetik terpeliharanya keanekaragaman genetik di dalam populasinya di alam atau biasa disebut restocking, 2. hasil-hasil penelitian dari populasi ex-situ dapat memberikan manfaat sebagai dasar-dasar biologi untuk menentukan strategi atau upaya-upaya konservasi baru, 3. populasi ex-situ dapat digunakan untuk atraksi satwa, seperti di kebun binatang atau taman safari, 4. hasil pengembangan populasi di kawasan konservasi ex-situ dapat digunakan untuk berbagai keperluan penelitian sehingga tidak perlu mengganggu populasi di alam, 5. kawasan konservasi ex-situ juga dapat digunakan sebagai tempat atau media pendidikan dan penelitian bagi masyarakat. Menurut Fandeli 2001 inti dari kegiatan pembangunan satwa ex-situ adalah manajemen. Manajemen yang dibicarakan bukan yang berkaitan dengan peningkatan kuailtas satwa liar itu saja. Pada dasarnya pengelolaan satwa liar ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu: 1. untuk konservasi satwa liar 2. untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomik. Selanjutnya, menurut Fandeli 2001 manajemen satwa liar adalah seni membuat area kehidupan satwa liar yang lestari untuk manfaat rekreasional dan manipulasi populasi satwa liar serta habitatnya dan interaksi diantara keduanya dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu: 1. melindungi jenis satwa liar tertentu dan habitatnya 2. membuat taman satwa untuk tujuan wisata 3. membuat taman buru game hunting. Pengelolaan satwa sangat penting, karena: a. dapat melindungi satwa liar dan habitatnya dari bahaya kepunahan b. dapat menciptakan dan mengembangkan fasilitas-fasilitas untuk menikmati satwa liar c. berguna untuk kepentingan ilmiah, estetika dan nilai-nilai pendidikan d. memelihara ekosistem e. mengembangkan rekreasi.

2.2 Taman Margasatwa