Lokasi dan Waktu Alat dan bahan Proses Kegiatan Magang Aspek Legalitas

3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan TMR yang secara administratif berada dalam wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan Gambar 2. Kegiatan magang ini dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 yang meliputi kegiatan mengidentifikasi dan menganalisis aspek fisikbiofisik, pengelolaan, legalitas, ekonomi dan sosial sesuai dengan kerangka pikir magang. Pengolahan data dimulai dari bulan Mei 2012 sampai dengan selesai. Gambar 2 Peta lokasi kegiatan magang

3.2 Metode Magang

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang ini yaitu deskriptif dan kuantitatif. Selain itu, berpartisipasi aktif dalam mempelajari teknis administrasi bidang pengelolaan lanskap yang mencakup struktur organisasi, peraturan, dan sistem kerja. Tahapan dari kegiatan magang yang dilakukan yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, dan sintesis berupa strategi-strategi pengelolaan lanskap TMR. Berikut penjelasan dari masing-masing tahap:

3.2.1 Persiapan

Pada tahap ini persiapan yang dilakukan pertama kali yaitu pencarian informasi umum tentang kondisi eksisting TMR, pembuatan proposal, perizinan dengan pihak TMR, serta mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

3.2.2 Inventarisasi

Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan data yang diperlukan pada tapak berupa data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dengan mengamati langsung kondisi eksisting tapak dan wawancara langsung dengan pihak yang berperan dalam kegiatan magang yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka yang berasal dari buku, dokumen, brosur, internet, dan sumber pustaka lainnya. Data yang dibutuhkan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.3 Pengolahan Data dan Analisis

Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dari hasil inventarisasi dengan menggunakan analisis yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing data. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis kenyamanan pengunjung, dan analisis SWOT. Berikut penjelasan dari masing-masing analisis:

3.2.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah data inventarisasi yang dibutuhkan. Analisis ini dilakukan dengan pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Analisis deskriptif berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada analisis deskriptif ditujukan pada kumpulan data yang ada. Data ini didapat melalui studi pustaka, wawancara dengan pengelola dan pengunjung, penyebaran kuesioner kepada pengunjung sebanyak 30 orang Lampiran 2, dan pengamatan langsung pada tapak.

3.2.3.2 Analisis Kenyamanan Pengunjung

Analisis kenyamanan pengunjung digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan keindahan TMR mengacu pada kuesioner yang disebarkan kepada pengunjung, meliputi persepsi tentang kenyamanan dan keindahan TMR. Menurut Yulianda 2007 dalam Khairunnisa 2011, tingkat keindahan dapat dihitung dengan rumus : Keterangan: Ka : nilai keindahan Ers : jumlah responden yang menyatakan indah dan sangat indah Ero : jumlah semua responden Kriterianilai keindahan: Ka ≥ 75 : indah 40 ≤ Ka ≤75 : cukup indah Ka 40 : tidak indah Selanjutnya, untuk mengetahui kenyamanan pengunjung dapat menggunakan rumus Yulianda 2007 dalam Khairunnisa 2011: Keterangan: Na : nilai kenyamanan Ers : responden yang menyatakan nyaman dan sangat nyaman Ero : jumlah semua responden Kriterianilai kenyamanan: Na ≥75 : nyaman 40 ≤ Na ≤75 : cukup nyaman Na 40 : tidak nyaman

3.2.3.3 Analisis SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan Rangkuti, 2011. Analisis ini digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap TMR. Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor internal dan faktor eksternal dengan metode analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Faktor internal yaitu kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses, sedangkan faktor eksternal yaitu peluang opportunities dan ancaman threats. Tahapan dengan menggunakan analisis SWOT sebagai berikut: a. Identifikasi faktor internal dan eksternal. Pada tahap ini dilakukan pengumpulam data, yaitu data faktor internal dan data faktor eksternal Rangkuti, 2011. Faktor internal didapat dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap dalam TMR. Faktor eksternal dapat diketahui dengan mendaftarkan semua peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan luar TMR. b. Penilaian faktor internal dan faktor eksternal. Setiap faktor internal dan faktor eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya, penilaian tersebut dilakukan oleh pihak pengelola TMR. Tingkat kepentingan setiap faktor internal dan eksternal ditentukan oleh pengaruh setiap faktor terhadap pengelolaan lanskap TMR. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan dilakukan penentuan bobot setiap variabel faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu: 1: jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2: jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3: jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4: jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor internal. Selanjutnya, bobot setiap variabel dapat diperoleh dengan rumus Kinnear dan Taylor, 1991: keterangan: ai : bobot variabel ke-i xi : nilai variabel ke-i i : 1, 2, 3, ….., n n : jumlah variabel c. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE yaitu dengan mengalikan nilai dari pembobotan dengan nilai peringkat dari hasil penilaian masing-masing faktor internal dan eksternal, nilai peringkat tersebut berskala 1-4 Tabel 1, 2 dan 3 Tabel 1 Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation IFE dan External Factor Evaluation EFE Nilai Peringkat Matriks IFE Matriks EFE Strengths S Weakness W Opportunities O Threats T 1 Kekuatan yang sangat kecil Kelemahan yang sangat berarti Peluang yang rendah Ancaman sangat besar 2 Kekuatan sedang Kelemahan yang berarti Peluang yang sedang Ancaman besar 3 Kekuatan yang besar Kelemahan yang kurang berarti Peluang yang tinggi Ancaman sedang 4 Kekuatan yang sangat besar Kelemahan yang tidak berarti Peluang sangat tinggi Ancaman sedikit Tabel 2 Formulir matriks Internal Factor Evaluation IFE Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan Strenght S1 S2 Sn Kelemahan Weakness W1 W2 Wn Total Sumber: Rangkuti 1997 Tabel 3 Formulir matriks External Factor Evaluation EFE Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Peluang Opportunities O1 O2 On Ancaman Threats T1 T2 Tn Total Sumber: Rangkuti 1997 d. Pembuatan matriks Internal – Eksternal IE. Skor yang didapat dari pembobotan rangking digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks IE. Menurut David 2010, skor bobot IFE total 1.0 sampai 1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2.0 sampai dengan 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Serupa dengannya, skor bobot EFE total 1.0 sampai 1.99 dipandang rendah; skor 2.0 sampai dengan 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah tinggi. Pada sumbu merupakan skor bobot IFE total dan pada sumbu merupakan skor bobot EFE total. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda. Pada kuadran I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun. Pada kuadran III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan. Pada kuadran VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 3. SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat Sedang Lemah 3.00 – 4.00 2.00 – 2.99 1.00 – 1.99 4.0 3.0 2.0 1.0 SK O R B O B O T T O T A L E F E Tinggi 3.00 – 4.00 3.0 I II III Sedang 2.00 – 2.99 2.0 IV V VI Rendah 1.00 – 1.99 1.0 VII VIII IX Sumber: David 2010 Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal IE e. Pembuatan matriks SWOT dengan memanfaatkan semua informasi yang telah didapat kedalam model kuantitatif perumusan strategi. Matriks SWOT menggambarkan peluang opportunities dan ancaman threats eksternal yang dihadapi TMR yang disesuaikan dengan kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses yang dimilikinya. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set alternatif strategis, antara lain strategi SO Strengths-Opportunities, strategi ST Strengths-Threats, strategi WO Weaknesses-Opportunities, strategi WT Weaknesses-Threats. Strategi SO merupakan strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WO dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 4. Eksternal Internal Opportunities O Threats T Strenghts S Strategi SO: Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST: Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Weaknesses W Strategi WO: Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT: Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Rangkuti 2011 Gambar 4 Matriks SWOT f. Perangkingan alternatif strategi. Penentuan prioritas dari strategi-strategi tersebut dengan penyusunan rangking. Rangking tersebut didapat dari hasil penjumlahan semua skor di setiap faktor strategis yang terkait. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menjadi prioritas. 3.2.4 Sintesis Sintesis yang diperoleh yaitu hasil dari analisis SWOT. Hasil tersebut berupa rekomendasi strategi pengelolaan lanskap TMR yang sesuai dengan urutan prioritas. Sintesis yang dibuat berisi strategi-strategi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir kendala.

3.3 Alat dan bahan

Alat yang akan digunakan pada saat pengambilan dan pengolahan data yaitu perekam suara, alat gambar, kamera, dan komputer. Bahan yang diperlukan berupa gambar, catatan, sumber pustaka, dan kuesioner. Sumber pustaka yang digunakan berasal dari buku, dokumen, brosur, dan internet. Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner untuk pengunjung dan pihak pengelola TMR.

3.4 Proses Kegiatan Magang

Selama kegiatan magang berlangsung mahasiswa berada dibawah bimbingan Urusan Pertamanan yang merupakan bagian dari Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa. Kegiatan magang yang dilakukan yaitu mempelajari beberapa kegiatan operasional yang dikerjakan oleh TMR yang meliputi struktur organisasi, peraturan dan sistem kerja. Selain itu, melihat langsung kegiatan di lapang, wawancara dan diskusi dengan staf TMR yang mengerti benar akan kondisi TMR dan beberapa pekerja taman. Dilakukan pula pengumpulan data-data yang dibutuhkan dengan partisipasi aktif di lapang dan studi pustaka. Mahasiswa juga menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara dengan pengunjung. 4 INVENTARISASI 4.1 Aspek FisikBiofisik 4.1.1 Kondisi Umum 4.1.1.1 Letak Geografis, Luas dan Batas Kawasan TMR secara geografis terletak pada 104 o BT dan 106 o LS. TMR berada pada ketinggian 50 mdpl. Secara administratif TMR terletak di Jalan Harsono RM No.1, Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Secara keseluruhan TMR memiliki luas sebesar 147 hektar. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Lokasi TMR pada bagian sebelah barat berbatasan langsung dengan jalan Kavling Polri dan jalan Cilandak Raya. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di jalan Jati Padang. Sebelah utara berbatasan dengan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak di Jalan Harsono R.M. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di jalan Sagu. Peta lokasi TMR dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Peta lokasi Taman Margasatwa Ragunan

4.1.1.2 Aksesibilitas

Aksesibilitas TMR mudah dan bisa ditempuh melalui banyak arah. TMR memiliki empat pintu masuk yaitu pintu utara, pintu timur, pintu barat, dan pintu selatan. Pintu selatan hanya dibuka pada saat tertentu, yaitu saat hari libur pendidikan dan nasional. Pintu utara merupakan pintu utama yang bisa dicapai melalui jalan Harsono R.M. Untuk pengunjung TMR yang melalui jalan Tol TB. Simatupang baik yang berasal dari Jakarta, Bekasi, Tanggerang, maupun dari Bogor, pintu keluar Ampera Timur akan mempermudah untuk mencapai kawasan Ragunan. Pengunjung yang menggunakan jasa transportasi umum Kereta Api bisa berhenti di stasiun Pasar Minggu dan melanjutkan perjalanan menuju TMR dengan menggunakan kendaraan umum. Pengguna bus transjakarta juga bisa mencapai TMR dengan mudah, terdapat halte busway Ragunan yang berada tepat di depan pintu utara. Pintu timur hanya dibuka pada akhir pekan dan hari libur untuk pengunjung. P ada hari kerja, yaitu Senin sampai dengan Jum’at, khusus untuk pegawai TMR pintu timur dibuka dari pukul 6.00-8.00 WIB dan dibuka kembali pada pukul 16.00 WIB. Untuk mencapai pintu timur dapat melalui jalan Jati Padang. Stasiun terdekat untuk menuju pintu timur yaitu stasiun Lenteng Agung dan perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan mikrolet M 17 dari Pasar Lenteng Agung. Pintu barat TMR dapat ditempuh melalui jalan Cilandak Raya dan jalan Kavling Polri. Setelah keluar dari tol Ampera Timur dapat diteruskan melalui jalan Cilandak Raya dan masuk ke jalan Kavling Polri dengan jalan satu arah. 4.1.1.3 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan Pertama kali didirikan pada tanggal 19 September 1864 di Batavia kini Jakarta dengan nama “Planten en Dierentuin” yang dikelola oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia. Taman ini berdiri di atas lahan seluas 10 ha di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat yang di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di Indonesia. Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya diubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok lagi untuk peragaan satwa. Pada tahun 1964 pada masa Gubernur DCI Daerah Chusus Ibukota Jakarta Dr. Soemarno dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl. Cikini Raya No.73 ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh, Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 hektar di Ragunan, Pasar Minggu. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini. Kebun Binatang Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DCI Daerah Chusus Ibukota Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Semakin berkembangnya zaman, sebuah kebun binatang bukan lagi zamannya satwa liar diperlihara dalam kandang yang sempit dan berjeruji. Sebuah kebun binatang harus mengarah kepada kebun flora dan fauna modern yang menempatkan satwa sebagai museum hidup dan bertema ekologi yang mendekati perilaku jenis dan habitat aslinya serta penyajiannya dalam sangkar terbuka. Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan dipimpin oleh Benjamin Galstaun selaku direktur pertama TMR. Pada tahun 1982, TMR melakukan perluasan lahan secara terus-menerus hingga saat ini luasnya mencapai 147 ha. Pada tahun 1993 Taman Margasatwa Ragunan menjalani perubahan manajemen sehingga berubah menjadi Badan Pengelola BP Kebun Binatang Ragunan. Kebun Binatang Ragunan melakukan usaha pembenahan yang mengikuti perkembangan zaman. Perbaikan dan perubahan yang dilakukan yaitu perbaikan komposisis jenis koleksi satwa, sifat dan tema penyajian koleksi, perbaikan teknis dan administrasi, perbaikan pengelolaan dana, perbaikan sumber daya manusia, dan penggantian nama Kebun Binatang Ragunan menjadi Taman Margasatwa Ragunan yang diresmikan pada tanggal 1 April 1999 sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.34 Tahun 1999 tentang Pengesahan Peraturan DKI Jakarta. Pada tahun 2001 sampai tahun 2008 namanya berubah menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan. Pada awal tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Teknis UPT Taman Margasatwa Ragunan dan terakhir pada awal tahun 2010 namanya menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah UPT BLUD Taman Margasatwa Ragunan. Taman Margasatwa Ragunan saat ini melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53MENHUT- II2006. 4.1.1.4 Peran, Visi, dan Misi Taman Margasatwa Ragunan Peran keberadaan TMR tidak hanya melakukan perlindungan dan pelestarian satwa terutama satwa langka, tetapi juga melakukan perlindungan kawasan sebagai daerah hijau terbuka yang bermanfaat sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air untuk menyangga banjir di wilayah Ibukota. Peran TMR juga sangat mendukung sebagai tempat pendidikan dan penelitian, karena ideal sebagai laboratorium alam yang memadukan kehidupan harmonis antara flora dan fauna. Pengunjung yang datang ke TMR disuguhkan oleh suasana dan nuansa alam yang asri sebagai tempat kumpul keluarga, melepas kepenatan rutinitas harian di Ibukota. TMR merupakan salah satu sarana berinteraksi sosial masyarakat baik melalui pertemuan keluarga maupun melalui olahraga. Selain masyarakat lokal, terdapat beberapa warga negara asing yang berkunjung ke TMR. Dilain pihak keberadaan TMR sebagai aset Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta menjadi katup pengamanan sosial ditengah himpitan dan kesulitan serta beratnya perjuangan hidup di Ibukota, masih ada tempat rekreasi yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Peran TMR adalah sebagai lembaga konservasi yang melakukan pelestarian dan perlindungan keanekaragaman flora-fauna diluar habitatnya. Pelestarian jenis dan genetis satwa langka di luar habitatnya, ketika habitat aslinya mengalami kerusakan dan pengrusakan. TMR diharapkan dapat menjadi rumah terbaik bagi satwa yang ada didalamnya. Sasaran TMR yaitu: 1. meningkatkan jumlah koleksi satwa dan flora berdasarkan kelangkaannya 2. meningkatkan jenis satwa popular yang disenangi pengunjung 3. berhasilnya pengembangbiakan satwa popular yang disenangi pengunjung 4. meningkatnya partisipasi program in-situ 5. tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang 6. tetanganinya masalah limbah 7. meningkatnya angka kunjungan wisata 8. meningkatnya kualitas SDM. Visi dari TMR yaitu mewujudkan TMR sejajar dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di Negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi dari TMR antara lain: 1. meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya 2. meningkatkan masyarakat cinta satwa dalam rangka sosialisasi konservasi ex-situ 3. meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri 4. meningkatkan hubungan antar daerah atau Negara melalui program tukar menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri 5. meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu 6. meningkatkan TMR sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run off melalui pembuatan dan pendalaman wadukdanau. TMR memiliki tujuan dan sasaran. Tujuan tersebut antara lain: 1. terwujudnya TMR sebagai penyelamat satwa langka 2. terwujudnya TMR sebagai paru-paru kota dan wilayah resapan air di ibu kota 3. terwujudnya TMR sebagai laboratorium alam yang lengkap 4. tenjadikan TMR sebagai laboratorium alam yang lengkap 5. menjadikan TMR sebagai tempat mengekspresikan rasa cinta satwa dan flora.

4.1.2 Topografi dan Tanah

TMR berada pada ketinggian 40-50 mdpl. Kawasan ini memiliki kemiringan lahan antara 2°-60°. Pada umumnya kawasan TMR cenderung datar dan landai, tetapi pada daerah danau dan kolam peragaan satwa memiliki kemiringan lahan yang curam. TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat netral dan berwarna merah. Tanah jenis ini memiliki karakteristik yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan menghasilkan top soil tebal sehingga di TMR tanaman dapat tumbuh subur. Tanah latosol merah memiliki profil tanah yang dalam, memiliki kepekaan terhadap erosi yang tergolong kecil sampai sedang, dan mudah menyerap air sehingga sehingga kawasan TMR tidak terkena banjir.

4.1.3 Hidrologi

TMR memiliki danau dengan luas kurang lebih 7 ha Gambar 6. Danau ini merupakan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan penggunaan air di TMR. Selain itu, danau ragunan dapat dijadikan sebagai wahana untuk rekreasi air, memancing, dan bersantai di pinggir danau. TMR memiliki banyak lubang drainase alami yang berasal dari Ruang Terbuka Hijau RTH yang berada di dalam TMR, tersedianya RTH merupakan media resapan air yang baik sehingga kawasan TMR terbebas dari banjir. Selain itu, TMR memiliki saluran air yang terdapat di sepanjang jalan yang mengelilingi kawasan tersebut. Gambar 6 Danau ragunan

4.1.4 Iklim

Data iklim TMR diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG, Stasiun Meteorologi Kemayoran, Jakarta yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, dan kecepatan angin dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Suhu udara rata-rata di kawasan TMR sebesar 28.4°C. Suhu rata-rata tertinggi bulanan terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 28.84°C dan terendah pada bulan Februari sebesar 26.32°C Gambar 7. Sumber: BMKG 2012 Gambar 7 Suhu udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Kelembaban udara rata-rata di kawasan TMR yaitu sebesar 75. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 80.50 dan terendah pada bulan Agustus sebesar 70.25 Gambar 8. Penyinaran matahari rata-rata bulanan tertinggi di kawasan TMR terjadi pada bulan Agustus 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 Su h u u d ar a ° C sebesar 82.80 dan terendah pada bulan Desember sebesar 26.40. Rata-rata penyinaran matahari di kawasan TMR yaitu sebesar 56.64. Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR dapat dilihat pada Gambar 9. Sumber: BMKG 2012 Gambar 8 Kelembaban udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Sumber: BMKG 2012 Gambar 9 Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Kawasan TMR memiliki curah hujan rata-rata sebesar 226 mmbulan, untuk curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 494.56 mmbulan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 52.32 mmbulan Gambar 10. Angin berhembus dengan kecepatan rata-rata 5 kmjam. Kecepatan angin rata-rata bulanan tertinggi yaitu sebesar 5.4 kmjam yang terjadi pada bulan Januari, Maret, dan Desember. Kecepatan angin rata-rata bulanan terendah yaitu terjadi pada bulan Februari sebesar 4.8 kmjam Gambar 11 Sumber: BMKG 2012 Gambar 10 Curah hujan rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Kele m b ab an u d ar a 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 P en y in ar an m atah ar i 100 200 300 400 500 C u rah h u jan m m b u lan Sumber: BMKG 2012 Gambar 11 Kecepatan angin rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011

4.1.5 Vegetasi dan Satwa

TMR memiliki banyak koleksi vegetasi dan satwa, terdapat 171 jenis vegetasi dengan jumlah mencapai 15 389 pohon, vegetasi yang ada di TMR didominasi oleh pohon. Di sekitar pintu barat TMR didominasi oleh pohon pinus pinus merkusii dan pada daerah sekitar danau dan kolam satwa didominasi oleh bamboo Bambussa sp. Keberadaan RTH yang ada di TMR memiliki fungsi penting, yaitu untuk meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan pengatur iklim mikro. Selain itu, RTH tersebut berfungsi sebagai sebagai ruang interaksi sosial dan sarana rekreasi. Data vegetasi yang ada di TMR dapat dilihat pada Lampiran 3. Sebagai lembaga konservasi ex-situ, TMR berperan dalam melestarikan satwa. Jumlah keseluruhan satwa yang ada di TMR yaitu 2101 ekor. Pengelompokan satwa yang ada di TMR berdasarkan kelasnya yaitu Pisces, Reptilia, Aves, dan Mammalia. Masing-masing kelas tersebut diklasifikasikan lagi, dengan jumlah 31 ordo, 76 family, 220 species, dan 71 sub species. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Inventarisasi satwa No. Kelas Bangsa Ordo Suku Family Jenis Species Anak jenis Sub species Jumlah Specimen 1 Pisces 4 8 16 171 2 Reptilia 3 8 34 5 267 3 Aves 14 28 101 20 703 4 Mammalia 10 32 69 46 960 Jumlah 31 76 220 71 2101 Sumber : Taman Margasatwa Ragunan, 2012 1 2 3 4 5 6 Kec ep atan an g in k m j am

4.1.6 Visual

TMR dikelilingi oleh pemandangan yang bernuansa alami dengan 60 kawasannya didominasi oleh RTH dan terdapat kandang satwa yang menyerupai habitat aslinya. Selain itu, pada sebagian lahan TMR terlihat area pertamanan, kantor, dan bangunan lain yaitu ruang serbaguna, area bermain anak, kantin, musholla, dan gedung informasi. Secara keseluruhan TMR memiliki pemandangan yang cukup indah. Namun terdapat juga beberapa area yang terlihat tidak indah. Pada setiap pintu masuk TMR terdapat penanda atau ciri khas. Pada pintu masuk utama yaitu pintu utara, terdapat patung orang utan. Setelah memasuki pintu utara terdapat pemandangan yang indah yaitu taman dan kolam pelikan Gambar 12. Pada pintu timur terdapat pemandangan yang sedikit berbeda, taman yang berada di area pintu timur tidak seindah taman yang berada di pintu utara. Dekat dengan pintu timur terdapat pemandangan dari danau ragunan yang merupakan good view pada area pintu timur Gambar 13. Di sekitar pintu barat pemandangan yang dapat dilihat yaitu taman dengan hamparan rumput, pepohonan, dan tanaman hias, dan terdapat taman dengan patung elang bondol sebagai ciri khas kawasan pintu barat Gambar 14. Gambar 12 Gerbang pintu utara a dan kolam pelikan b Gambar 13 Gerbang pintu timur a dan danau ragunan b Gambar 14 Taman elang bondol di area pintu barat

4.2 Aspek Legalitas

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53MENHUT-II2006, Taman Margasatwa adalah Kebun Binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Taman Margasatwa adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa yang terdiri dari jenisspesies dalam satu kelas tertentu. Kriteria Taman Margasatwa meliputi : 1. koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 dua kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna CITES; 2. memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 satu hektar; 3. memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup; 4. memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain; 5. memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung; 6. tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat dan tenaga keamanan. TMR merupakan Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah UPT BLUD. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara PermenPAN No. PER18M.PAN112008. UPT adalah organisasi mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional danatau penunjang tertentu. Mandiri artinya diberikan kewenangan mengelola kepegawaian, keuangan dan perlengkapan dan perlengkapan sendiri dan tempat kedudukan terpisah dari organisasi induknya. Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pada Bab I Pasal 1 Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dijelaskan bahwa Badan Layanan Umum BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang danatau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Pemerintah yang dimaksud adalah pemerintah pusat danatau daerah. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negaralembaga pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat. BLU harus dikelola secara profesional seperti bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional tersebut bisa PNS maupun Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya, pada Bab IV tentang Standar dan Tarif Layanan bagian pertama tentang Standar Layanan, Pasal 8 dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum PPK- BLU menggunakan standar pelayanan minimum, yang ditetapkan oleh menteri pimpinan lembagagubernurbupati walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sedangkan pada bagian kedua tentang Tarif Layanan ayat 1 dijelaskan bahwa BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barangjasa layanan yang diberikan, pada ayat 5 dijelaskan bahwa tarif layanan sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan: a. kontinuitas dan pengembangan layanan, b. daya beli masyarakat, c. asas keadilan dan kepatutan, dan d. kompetisi yang sehat. Pada Bab V Bagian Ketiga tentang Pendapatan dan Belanja, dijelaskan bahwa penerimaan anggaran yang bersumber dari APBNAPBD diberlakukan sebagai pendapatan BLU. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan operasional BLU. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan. Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktek bisnis yang sehat. Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLU dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBNAPBD kepada Menteri KeuanganPPKD melalui menteripimpinan lembagakepala SKPD sesuai dengan kewenangannya. Letak TMR yang berada di Ibukota DKI Jakarta, turut berperan dalam mendukung penghijauan kota Jakarta. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 dua puluh persen dari luas wilayah kota. Peran TMR dalam mendukung penghijauan secara tidak langsung juga turut mengurangi pemanasan global. Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas. Pemanasan global merupakan salah satu masalah penting yang dialami secara universal oleh seluruh negara. Pemerintah sebagai pelaksana kegiatan bernegara mempunyai tanggung jawab memberikan hak warga negaranya mendapat perlindungan terhadap keberlangsungan hidupnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

4.3 Aspek Pengelolaan