kelompok keempat adalah kecamatan yang berpotensi rendah terdiri dari 10 kecamatan.
Selanjutnya dalam penelitian kali ini dilakukan pengelompokkan wilayah di Kabupaten Bogor setelah adanya pemekaran wilayah sebagai bagian dari
dijalankannya otonomi daerah. Metode analisis yang digunakan masih sama dengan penelitian sebelumnya yaitu analisis faktor dan analisis cluster.
Penghitungan dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Social Sience SPSS 12 for Windows. Peubah yang mewakili sarana prasarana sosial
ekonomi yang digunakan kali ini dalam bentuk agregat dan sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya karena ada beberapa peubah yang sudah tidak lagi
berkorelasi, sehingga peubah tersebut diganti dengan peubah baru yang dianggap mewakili sarana prasarana sosial ekonomi dan berkorelasi cukup tinggi dengan
peubah yang lain.
2.5. Kerangka Pemikiran
Menurut Emil Salim 1991 dalam melaksanakan pembangunan harus ada perhatian atas interaksi yang dinamis antara variabel-variabel kependudukan,
lingkungan dengan model atau strategi pembangunan. Tim Peneliti pada Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada memformulasikan model
interaksi Kependudukan K – Lingkungan L – Pembangunan Ekonomi PE yang mengonseptualisasikan kualitas hidup physical quality of life dan daya
dukung wilayah sebagai pencerminan dari kondisi keberlanjutan pembangunan dimana tingkat keberlanjutan pembangunan maupun daya dukung wilayah akan
berubah sesuai kondisi lingkungan alam dan kualitas penduduk yang dapat berubah karena pengaruh kebijaksanaan dan strategi pembangunan ekonomi serta
teknologi. Model interaksi antara K, L, dan PE dapat dilihat pada gambar 2.1. Kebijaksanaan pembangunan dapat pula diarahkan pada peningkatan kualitas
penduduk.
Gambar 2.1. Model Interaksi Kependudukan, Lingkungan, Dan Pembangunan Peningkatan kualitas penduduk dapat dilakukan melalui penerapan
teknologi kesehatan dan pendidikan dengan demikian kemampuan untuk
Sumber : Universitas Gajah Mada, Pusat Penelitian Kependudukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi Kependudukan, Sumber Daya dan Pembangunan di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian 1991 Lingkungan
-Kondisi Lingkungan
Pembangunan
Strategi Pembangunan dan Teknologi
Tingkat Keberlanjutan
Interaksi
Daya dukung wilayah
Kualitas hidup
Kependudukan -Kualitas penduduk
memanfaatkan lingkungan alam menjadi meningkat dan menyebabkan daya dukung wilayah meningkat. Suatu tipologi daya dukung wilayah yang dirumuskan
dengan menggunakan variabel kualitas penduduk dan variabel kondisi lingkungan hidup dapat menjadi alat analisis yang cukup baik dan bermanfaat bagi perumus
kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan. Laporan Penelitian : Sofian Effendi.
Rencana dan
strategi pembangunan
yang menerapkan
konsep pembangunan wilayah salah satu aspek utamanya dalam penetapan wilayah
pembangunan adalah kesamaan kondisi homogenous region dan karakteristik wilayah agar kebijakan yang ditetapkan sesuai dengan kondisi dan potensi utama
wilayah yang bersangkutan. Berdasarkan Laporan Pertanggungjawaban Bupati Kabupaten Bogor Tahun 2007 pembangunan yang dilakukan sudah disesuaikan
dengan potensi wilayah di kecamatan yang bersangkutan. Namun hasilnya dirasakan masih kurang optimal.
Penelitian ini mencoba mengelompokkan wilayah berdasarkan variabel kependudukan, variabel kondisi lingkungan potensi wilayah dan sarana
prasarana ekonomi dan sosial. Beberapa peubah yang digunakan ditransformasi menjadi beberapa faktor dengan tidak kehilangan informasi yang ada sebelumnya
analisis faktor dilakukan pengelompokkan secara hierarki analisis cluster. Hasil yang diperoleh mampu menerangkan keragaman antar kecamatan
semaksimal mungkin dan kelompok yang terbentuk terdiri dari kecamatan yang mempunyai potensi yang sama dan sangat berbeda secara signifikan dengan
kelompok lainnya.
Berdasarkan keadaan dan kondisi Kabupaten Bogor serta untuk mempermudah pengembangan wilayah maka perlu dilakukan pembagian wilayah
pembangunan, dengan pertimbangan sebagai berikut : a. terkonsentrasinya pembangunan di wilayah tengah Kabupaten Bogor;
b. menyadari bahwa fungsi wilayah Kabupaten Bogor dalam konteks regional Jabotabek sebagai daerah penyangga ibukota, namun perlu diperhatikan juga
aspek kebutuhan dan kemampuan daerah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan pendapatan asli daerah PAD dan pengembangan ekonomi
masyarakatnya; Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
Ketimpangan Pembangunan
Wilayah Pembangunan Berdasarkan Daya Dukung Wilayah Potensi Sumber Daya dan Kondisi
Lingkungan Sebelum dan Sesudah Pemekaran Wilayah
Identifikasi Faktor Pengelompokkan Wilayah
Analisis Faktor
Analisis Cluster
Implikasi Kebijakan
c. adanya persamaan dan perbedaan yang relatif kondisi dan potensi antara wilayah yang satu dengan lainnya;
d. pengerahan semua sumber daya publik dan sumber daya privat untuk sebesar- besarnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data