perdagangan maka faktor I dapat diidentifikasikan sebagai faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi;
b. faktor II,
peubah-peubah yang mempunyai korelasi tinggi dengan faktor ini ialah produksi padi sawah berkorelasi positif dengan nilai sebesar 0,858 dan
luas wilayah yang berkorelasi positif sebesar 0,832. Peubah produksi padi dan luas wilayah mencerminkan jumlah rata-rata produksi padi
diidentifikasikan sebagai faktor produksi padi. Kedua faktor masing-masing sudah diidentifikasi yaitu: 1 faktor potensi
penduduk dan sarana sosial ekonomi; serta 2 faktor produksi padi. Kedua faktor tersebut yang akan digunakan untuk mengelompokkan kecamatan di Kabupaten
Bogor.
5.3. Hasil Analisis
Cluster
Pengelompokkan kecamatan di Kabupaten Bogor berdasarkan potensi wilayah dilakukan dengan menggunakan metode pengelompokan hierarki
menurut jarak Euclidian. Hasil pengelompokkan digambarkan dengan dendogram, dapat dilihat pada Lampiran 12.
Dari gambar dapat diketahui penggabungan kecamatan berdasarkan kedekatan jaraknya menghasilkan sebelas cluster. Kesebelas cluster kecamatan
tersebut terdiri dari cluster VII, VIII, IX, X, XI yang masing-masing beranggotakan satu kecamatan. Cluster I, II, III, IV, V, VI masing-masing
beranggotakan sepuluh, tujuh, lima, lima, empat dan empat kecamatan.
Dari sebelas cluster yang dihasilkan maka kita dapat mengetahui nilai skor faktor tiap kecamatan yang tertera pada Lampiran 4. Kemudian dengan
menggunakan rata-rata skor tiap faktor untuk setiap cluster dan dibandingkan dengan rata-rata skor faktor kabupaten maka dapat diketahui ciri-ciri dari setiap
cluster. Bila rata-rata skor faktor tiap cluster lebih rendah dari rata-rata skor faktor kabupaten maka dapat dikatakan bahwa faktor yang ada di cluster tersebut kurang
baik atau kurang memadai sementara bila rata-rata skor faktor tiap cluster lebih tinggi dari rata-rata skor faktor kabupaten maka dapat dikatakan bahwa faktor
yang ada di cluster tersebut cukup baik atau cukup memadai.
Tabel 5.3. Rata-rata Skor Faktor Tiap Cluster
Cluster
Faktor Potensi Penduduk dan Sarana
Sosial Ekonomi Faktor Produksi Padi
1 2
3 I
-0.05821 -0.62252
II -0.92926
-0.83195 III
0.13150 0.22463
IV -0.64521
0.14127 V
0.22872 2.11970
VI -0.40627
1.28100 VII
1.31209 -0.81711
VIII 0.56217
-1.35626 IX
1.96430 0.05044
X 2.50339
-1.20890 XI
4.02368 -0.05160
Rata-rata Kabupaten 0,00000075
0,0000000000000000208167
Pada cluster pertama yang terdiri dari sepuluh kecamatan yaitu kecamatan Dramaga, Megamendung, Cigombong, Gunung Sindur, Kemang, Parung, Ciomas,
Sukaraja, Ciawi, dan Cisarua rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi dan faktor produksi padi berada di bawah rata-rata kabupaten.
Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa produktivitas, sarana sosial
ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster pertama cukup rendah dalam arti sarana sosial ekonomi kurang memadai dan kurang
produktif dalam memproduksi padi. Bila dilihat dari data peubahnya semua kecamatan yang termasuk dalam cluster ini produksi padinya di bawah rata-rata
kabupaten, namun untuk sarana prasarana sosial ekonomi terdapat kombinasi peubah dari kecamatan yang termasuk cluster ini yaitu kecamatan yang
penduduknya di atas rata-rata kabupaten yaitu Kecamatan Ciomas, Cisarua dan Sukaraja memiliki jumlah puskesmas, jumlah industri kecuali Cisarua di atas
rata-rata kabupaten dapat dikatakan kecamatan ini berpotensi industri tetapi jumlah SLTP di bawah rata-rata kabupaten, sementara Kecamatan Cigombong,
Ciawi, Megamendung dimana peubah jumlah toko dan mini marketnya di atas rata-rata kabupaten atau dapat dikatakan kecamatan ini berpotensi perdagangan
namun jumlah puskesmas dan jumlah SLTP kecuali Ciawi di bawah rata-rata kabupaten. Hampir semua kecamatan yang termasuk dalam cluster ini memiliki
jumlah KUD di atas rata-rata kabupaten kecuali kecamatan Gunung Sindur, sehingga agak sulit menyimpulkan keadaan potensi dan sarana prasarana sosial
ekonomi di cluster kecamatan ini. Cluster kedua yang terdiri dari tujuh kecamatan yaitu kecamatan
Leuwisadeng, Tenjolaya, Tamansari, Ciseeng, Cijeruk, Tajurhalang dan Rancabungur yang merupakan kecamatan hasil pemekaran wilayah kecuali
Kecamatan Cijeruk. Namun Kecamatan Cijeruk adalah kecamatan yang dimekarkan. Cluster ini rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial
ekonomi dan faktor produksi padi berada jauh di bawah rata-rata kabupaten
Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa produksi padi, sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan tersebut sangat rendah
dalam arti sarana sosial ekonomi tidak memadai dan tidak produktif dalam memproduksi padi. Kecamatan yang termasuk dalam cluster ini adalah cluster
kecamatan hasil pemekaran kecamatan yang ternyata mempunyai ciri yang sama bila dilihat dari data peubahnya. Hampir semua peubahnya berada di bawah rata-
rata kabupaten kecuali Kecamatan Leuwisadeng dan Tenjolaya produksi padinya berada di atas rata-rata kabupaten namun sarana yang lainnya berada di bawah
rata-rata kabupaten. Pada cluster ketiga yang terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan
Cibungbulang, Caringin, Ciampea, Leuwiliang, Parung Panjang, rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi dan faktor produksi padi berada di
atas rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk
cluster ketiga ini cukup baik dalam arti sarana sosial ekonomi cukup memadai dan kecamatan ini cukup produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya
jumlah penduduk pada kecamatan dalam cluster ini cukup besar dan berada di atas rata-rata kabupaten kecuali Kecamatan Parung Panjang, produksi padi berada
di atas rata-rata kabupaten kecuali Kecamatan Parung Panjang, jumlah sarana kesehatan cukup baik kecuali Kecamatan Caringin, jumlah sarana pendidikan
cukup memadai kecuali Kecamatan Ciampea, jumlah KUD cukup memadai kecuali di Kecamatan Parung Panjang. Potensi industri ada pada kecamatan
Ciampea dan Caringin dan jumlah toko dan minimarket memadai di Kecamatan Caringin.
Pada cluster keempat yang terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Babakan Madang, Klapanunggal, Tenjo, Cariu, dan Sukajaya. Rata-rata faktor
potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi di bawah rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada di atas rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini
kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster keempat ini rendah dalam arti sarana sosial
ekonomi kurang memadai dan kecamatan ini cukup produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya jumlah produksi padi pada kecamatan dalam
cluster ini cukup tinggi kecuali Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal namun kedua kecamatan ini memiliki luas wilayah yang hampir sama. Hampir
semua peubah berada di bawah rata-rata kabupaten kecuali Kecamatan Tenjo untuk sarana pendidikan, Kecamatan Babakan Madang untuk sarana kesehatan,
jumlah industri untuk Kecamatan Klapanunggal, sarana perdagangan untuk Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal.
Pada cluster kelima yang terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Pamijahan, dan Jonggol rata-rata semua faktornya berada di
atas nilai rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang
termasuk cluster kelima ini cukup memadai atau cukup baik bahkan sangat produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya jumlah penduduk di
kecamatan dalam cluster ini cukup tinggi, produksi padi pun berada di atas rata-
rata kabupaten untuk semua kecamatan. Namun minim sekali untuk jumlah industri. Sarana perdagangan cukup memadai kecuali di Kecamatan Jasinga tetapi
jumlah restoran dan KUD berada di bawah rata-rata kabupaten untuk seluruh kecamatan. Jumlah puskesmas cukup memadai kecuali Kecamatan Jonggol,
namun jumlah petugas kesehatan dan jumlah dokter berada di bawah rata-rata kabupaten hampir di semua kecamatan dalam cluster ini.
Pada cluster keenam yang terdiri dari empat kecamatan yaitu Sukamakmur, Tanjungsari, Nanggung dan Rumpin rata-rata faktor potensi
penduduk dan sarana sosial ekonomi di bawah rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada di atas rata-rata kabupaten. Cluster ini hampir sama dengan
cluster keempat dimana faktor sarana sosial ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster keenam ini di bawah rata-rata kabupaten
dalam arti sarana sosial ekonomi kurang memadai namun produktifitas kecamatan pada cluster ini dalam produksi padi sedikit lebih baik dibandingkan produksi
padi di kecamatan yang berada di cluster keempat. Bila dilihat dari peubahnya, semua kecamatan dalam cluster ini jumlah produksi padinya tinggi tetpai jumlah
industri, KUD, dokter dan jumlah sekolah berada di bawah rata-rata kabupaten. Jumlah puskesmas cukup memadai kecuali di Kecamatan Sukamakmur. Jumlah
toko dan mini market kurang memadai kecuali di Kecamatan Nanggung dan Sukamakmur.
Pada cluster ketujuh yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi di atas
rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada jauh di bawah rata-rata
kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster ketujuh
ini memadai namun tidak produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata kabupaten kecuali
produksi padi dan jumlah toko. Pada cluster kedelapan yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan
Bojonggede rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi di atas rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada sangat jauh di bawah rata-rata
kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster kedelapan
ini cukup memadai namun sangat tidak produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata kabupaten kecuali
jumlah industri, jumlah puskesmas dan jumlah SLTA. Pada cluster kesembilan yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan
Cileungsi rata-rata semua faktornya berada di atas nilai rata-rata kabupaten. Ciri ini sama dengan cluster kelima tetapi untuk sarana sosial ekonomi dan sumber
daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster kesembilan ini memadai dan agak produktif dalam produksi padi. Namun bila dilihat dari peubahnya jumlah
produksi padi tidak berada di atas rata-rata kabupaten, sehingga jumlah produksi padi tidak signifikan menggambarkan potensi pertanian di kecamatan ini.
Pada cluster kesepuluh yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Putri rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi sangat
jauh di atas rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada sangat jauh di
bawah rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk
dalam cluster ini sangat memadai namun sangat tidak produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata
kabupaten kecuali produksi padi. Pada cluster kesebelas yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan
Cibinong rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi sangat jauh di atas rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada di bawah rata-rata
kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk dalam cluster ini
sangat memadai atau sangat baik namun kurang produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata
kabupaten kecuali produksi padi. Adanya perbedaan potensi wilayah dan sarana prasarana sosial ekonomi
pada setiap kecamatan, maka untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dari sebelas cluster kecamatan yang terbentuk dikelompokkan
kembali berdasarkan kesamaan faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi dan faktor produksi padi yang menjadi ciri cluster tersebut. Berdasarkan
uraian di atas maka cluster tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat wilayah yaitu Wilayah I, II, III dan IV. Wilayah I adalah wilayah yang memiliki faktor
potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi yang memadai dan produksi padi cukup tinggi, wilayah II adalah wilayah yang memiliki faktor potensi penduduk
dan sarana sosial ekonomi yang memadai, wilayah III adalah wilayah yang faktor
produksi padinya cukup tinggi dan wilayah IV adalah wilayah yang faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonominya kurang memadai dan tidak produktif
dalam memproduksi padi. Daftar kecamatan dan wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Cluster Kecamatan Menurut Wilayahnya
di Kabupaten Bogor Cluster
Kecamatan Wilayah
1 2
3
III Cibungbulang, Caringin,
Ciampea, Leuwiliang, Parungpanjang
I V
Cigudeg. Jasinga, Pamijahan, Jonggol
Cukup memadai produksi padi, potensi penduduk
dan sarana sosial ekonomi IX
Cileungsi VII
Citeureup II
VIII Bojonggede
X Gunung Putri
Cukup memadai potensi XI
Cibinong penduduk dan sarana
sosial ekonomi IV
Babakan Madang, Klapanunggal, Tenjo, Cariu,
Sukajaya III
VI Sukamakmur, Tanjungsari,
Nanggung, Rumpin Produksi padinya tinggi
I Dramaga, Megamendung,
Cigombong, Gunung Sindur, Kemang, Parung, Ciomas,
Ciawi, Sukaraja, Cisarua
IV II
Leuwisadeng, Tenjolaya, Tamansari, Ciseeng, Cijeruk,
Tajurhalang, Rancabungur Kurang memadai potensi
penduduk dan sarana sosial ekonomi juga produksi padi
Bila dilihat menurut letak geografisnya, kecamatan pada Wilayah I adalah yang termasuk dalam cluster III, V, sebagian besar terletak di sebelah barat
Kabupaten Bogor. Rata-rata faktor pada cluster kecamatan yang berada di wilayah I berada di atas rata-rata kabupaten berarti bahwa produksi padi cukup
baik, potensi penduduk dan sarana prasarana sosial ekonomi juga cukup memadai. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cibungbulang, Caringin, Ciampea,
Leuwiliang, Parung panjang, Cigudeg, Jasinga, Pamijahan dan Jonggol. Pada wilayah ini pemerintah bukan berarti berhenti melakukan pembangunan tetapi
melakukan pemantapan terhadap produksi padi yang sudah ada. Mengingat kontribusi pertanian terhadap PDRB cukup kecil hendaknya di wilayah ini
dikembangkan agroindustri, industri yang mengolah hasil pertanian dan mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Untuk sarana dan prasarana sosial
ekonomi tetap dibangun guna menyeimbangkan jumlahnya dengan kenaikan jumlah penduduk.
Cluster kecamatan pada Wilayah II letaknya berada di tengah Kabupaten Bogor dan cenderung berdekatan dengan ibukota kabupaten. Terdiri dari lima
kecamatan yang berasal dari cluster VII, VIII, IX, X, XI yang masing-masing cluster terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup, Bojonggede,
Cileungsi, Citeureup, Gunung Putri dan Cibinong. Faktor potensi penduduk dan sarana prasarana sosial ekonomi cukup memadai namun tidak produktif dalam
memproduksi padi. Hal ini disebabkan wilayahnya sangat potensi untuk industri dan perdagangan. Selain itu jumlah penduduk yang besar sehingga kepadatan
penduduknya sangat tinggi memungkinkan sisa wilayah ini bisa saja menjadi
alternatif daerah pemukiman. Potensi industri, perdagangan dan jasa di wilayah ini harus terus dikembangkan dan dengan jumlah penduduk yang padat selain
harus ditekan laju pertumbuhan penduduknya juga pembangunan sarana prasarana sosial ekonomi harus terus diperhatikan.
Cluster kecamatan Wilayah III sebagian besar terletak di sebelah timur Kabupaten Bogor yaitu kecamatan yang termasuk dalam cluster IV dan VI.
Terdiri dari sembilan kecamatan yaitu Kecamatan Babakan Madang, Klapanunggal, Tenjo, Cariu, Sukajaya, Sukamakmur, Tanjungsari, Nanggung dan
Rumpin. Kecamatan dalam kelompok ini produksi padinya cukup tinggi tetapi hendaknya sarana dan prasarana ekonomi terus diperhatikan mengingat sarana
dan prasarana sosial ekonomi pada wilayah ini masih kurang memadai. Perlu juga dibangun industri yang mengolah hasil pertanian atau pengembangan daerah
perdagangan guna meningkatkan pendapatan penduduk selain dari pertanian. Kecamatan yang termasuk dalam wilayah IV adalah kecamatan yang
tergabung dalam cluster I dan II yaitu sebagian kecamatan yang terletak di tengah wilayah Kabupaten Bogor dan sebagian kecamatan lagi terletak di wilayah barat
Kabupaten Bogor. Wilayah ini terdiri dari 17 kecamatan yaitu Kecamatan Dramaga, Megamendung, Cigombong, Gunung Sindur, Kemang, Parung, Ciomas,
Ciawi, Sukaraja, Cisarua, Leuwisadeng, Tenjolaya, Tamansari, Ciseeng, Cijeruk, Tajurhalang dan Rancabungur. Kurangnya potensi wilayah dan sarana yang ada
pada wilayah ini baik itu sumber daya manusia, sarana prasarana sosial ekonomi, industri atau pertanian harus mendapat perhatian serius dalam merencanakan dan
melaksanakan pembangunan agar tercipta keseimbangan pembangunan di seluruh wilayah yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Kabupaten Bogor.
5.4. Analisis Wilayah Pembangunan