Hasil Analisis Analisis dampak pemekaran wilayah terhadap pengelompokkan kecamatan berdasarkan beberapa peubah sosial ekonomi di Kabupaten Bogor Tahun 2008

perdagangan maka faktor I dapat diidentifikasikan sebagai faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi; b. faktor II, peubah-peubah yang mempunyai korelasi tinggi dengan faktor ini ialah produksi padi sawah berkorelasi positif dengan nilai sebesar 0,858 dan luas wilayah yang berkorelasi positif sebesar 0,832. Peubah produksi padi dan luas wilayah mencerminkan jumlah rata-rata produksi padi diidentifikasikan sebagai faktor produksi padi. Kedua faktor masing-masing sudah diidentifikasi yaitu: 1 faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi; serta 2 faktor produksi padi. Kedua faktor tersebut yang akan digunakan untuk mengelompokkan kecamatan di Kabupaten Bogor.

5.3. Hasil Analisis

Cluster Pengelompokkan kecamatan di Kabupaten Bogor berdasarkan potensi wilayah dilakukan dengan menggunakan metode pengelompokan hierarki menurut jarak Euclidian. Hasil pengelompokkan digambarkan dengan dendogram, dapat dilihat pada Lampiran 12. Dari gambar dapat diketahui penggabungan kecamatan berdasarkan kedekatan jaraknya menghasilkan sebelas cluster. Kesebelas cluster kecamatan tersebut terdiri dari cluster VII, VIII, IX, X, XI yang masing-masing beranggotakan satu kecamatan. Cluster I, II, III, IV, V, VI masing-masing beranggotakan sepuluh, tujuh, lima, lima, empat dan empat kecamatan. Dari sebelas cluster yang dihasilkan maka kita dapat mengetahui nilai skor faktor tiap kecamatan yang tertera pada Lampiran 4. Kemudian dengan menggunakan rata-rata skor tiap faktor untuk setiap cluster dan dibandingkan dengan rata-rata skor faktor kabupaten maka dapat diketahui ciri-ciri dari setiap cluster. Bila rata-rata skor faktor tiap cluster lebih rendah dari rata-rata skor faktor kabupaten maka dapat dikatakan bahwa faktor yang ada di cluster tersebut kurang baik atau kurang memadai sementara bila rata-rata skor faktor tiap cluster lebih tinggi dari rata-rata skor faktor kabupaten maka dapat dikatakan bahwa faktor yang ada di cluster tersebut cukup baik atau cukup memadai. Tabel 5.3. Rata-rata Skor Faktor Tiap Cluster Cluster Faktor Potensi Penduduk dan Sarana Sosial Ekonomi Faktor Produksi Padi 1 2 3 I -0.05821 -0.62252 II -0.92926 -0.83195 III 0.13150 0.22463 IV -0.64521 0.14127 V 0.22872 2.11970 VI -0.40627 1.28100 VII 1.31209 -0.81711 VIII 0.56217 -1.35626 IX 1.96430 0.05044 X 2.50339 -1.20890 XI 4.02368 -0.05160 Rata-rata Kabupaten 0,00000075 0,0000000000000000208167 Pada cluster pertama yang terdiri dari sepuluh kecamatan yaitu kecamatan Dramaga, Megamendung, Cigombong, Gunung Sindur, Kemang, Parung, Ciomas, Sukaraja, Ciawi, dan Cisarua rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi dan faktor produksi padi berada di bawah rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa produktivitas, sarana sosial ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster pertama cukup rendah dalam arti sarana sosial ekonomi kurang memadai dan kurang produktif dalam memproduksi padi. Bila dilihat dari data peubahnya semua kecamatan yang termasuk dalam cluster ini produksi padinya di bawah rata-rata kabupaten, namun untuk sarana prasarana sosial ekonomi terdapat kombinasi peubah dari kecamatan yang termasuk cluster ini yaitu kecamatan yang penduduknya di atas rata-rata kabupaten yaitu Kecamatan Ciomas, Cisarua dan Sukaraja memiliki jumlah puskesmas, jumlah industri kecuali Cisarua di atas rata-rata kabupaten dapat dikatakan kecamatan ini berpotensi industri tetapi jumlah SLTP di bawah rata-rata kabupaten, sementara Kecamatan Cigombong, Ciawi, Megamendung dimana peubah jumlah toko dan mini marketnya di atas rata-rata kabupaten atau dapat dikatakan kecamatan ini berpotensi perdagangan namun jumlah puskesmas dan jumlah SLTP kecuali Ciawi di bawah rata-rata kabupaten. Hampir semua kecamatan yang termasuk dalam cluster ini memiliki jumlah KUD di atas rata-rata kabupaten kecuali kecamatan Gunung Sindur, sehingga agak sulit menyimpulkan keadaan potensi dan sarana prasarana sosial ekonomi di cluster kecamatan ini. Cluster kedua yang terdiri dari tujuh kecamatan yaitu kecamatan Leuwisadeng, Tenjolaya, Tamansari, Ciseeng, Cijeruk, Tajurhalang dan Rancabungur yang merupakan kecamatan hasil pemekaran wilayah kecuali Kecamatan Cijeruk. Namun Kecamatan Cijeruk adalah kecamatan yang dimekarkan. Cluster ini rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi dan faktor produksi padi berada jauh di bawah rata-rata kabupaten Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa produksi padi, sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan tersebut sangat rendah dalam arti sarana sosial ekonomi tidak memadai dan tidak produktif dalam memproduksi padi. Kecamatan yang termasuk dalam cluster ini adalah cluster kecamatan hasil pemekaran kecamatan yang ternyata mempunyai ciri yang sama bila dilihat dari data peubahnya. Hampir semua peubahnya berada di bawah rata- rata kabupaten kecuali Kecamatan Leuwisadeng dan Tenjolaya produksi padinya berada di atas rata-rata kabupaten namun sarana yang lainnya berada di bawah rata-rata kabupaten. Pada cluster ketiga yang terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Cibungbulang, Caringin, Ciampea, Leuwiliang, Parung Panjang, rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi dan faktor produksi padi berada di atas rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster ketiga ini cukup baik dalam arti sarana sosial ekonomi cukup memadai dan kecamatan ini cukup produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya jumlah penduduk pada kecamatan dalam cluster ini cukup besar dan berada di atas rata-rata kabupaten kecuali Kecamatan Parung Panjang, produksi padi berada di atas rata-rata kabupaten kecuali Kecamatan Parung Panjang, jumlah sarana kesehatan cukup baik kecuali Kecamatan Caringin, jumlah sarana pendidikan cukup memadai kecuali Kecamatan Ciampea, jumlah KUD cukup memadai kecuali di Kecamatan Parung Panjang. Potensi industri ada pada kecamatan Ciampea dan Caringin dan jumlah toko dan minimarket memadai di Kecamatan Caringin. Pada cluster keempat yang terdiri dari lima kecamatan yaitu Kecamatan Babakan Madang, Klapanunggal, Tenjo, Cariu, dan Sukajaya. Rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi di bawah rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada di atas rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster keempat ini rendah dalam arti sarana sosial ekonomi kurang memadai dan kecamatan ini cukup produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya jumlah produksi padi pada kecamatan dalam cluster ini cukup tinggi kecuali Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal namun kedua kecamatan ini memiliki luas wilayah yang hampir sama. Hampir semua peubah berada di bawah rata-rata kabupaten kecuali Kecamatan Tenjo untuk sarana pendidikan, Kecamatan Babakan Madang untuk sarana kesehatan, jumlah industri untuk Kecamatan Klapanunggal, sarana perdagangan untuk Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Pada cluster kelima yang terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Pamijahan, dan Jonggol rata-rata semua faktornya berada di atas nilai rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster kelima ini cukup memadai atau cukup baik bahkan sangat produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya jumlah penduduk di kecamatan dalam cluster ini cukup tinggi, produksi padi pun berada di atas rata- rata kabupaten untuk semua kecamatan. Namun minim sekali untuk jumlah industri. Sarana perdagangan cukup memadai kecuali di Kecamatan Jasinga tetapi jumlah restoran dan KUD berada di bawah rata-rata kabupaten untuk seluruh kecamatan. Jumlah puskesmas cukup memadai kecuali Kecamatan Jonggol, namun jumlah petugas kesehatan dan jumlah dokter berada di bawah rata-rata kabupaten hampir di semua kecamatan dalam cluster ini. Pada cluster keenam yang terdiri dari empat kecamatan yaitu Sukamakmur, Tanjungsari, Nanggung dan Rumpin rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi di bawah rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada di atas rata-rata kabupaten. Cluster ini hampir sama dengan cluster keempat dimana faktor sarana sosial ekonomi serta sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster keenam ini di bawah rata-rata kabupaten dalam arti sarana sosial ekonomi kurang memadai namun produktifitas kecamatan pada cluster ini dalam produksi padi sedikit lebih baik dibandingkan produksi padi di kecamatan yang berada di cluster keempat. Bila dilihat dari peubahnya, semua kecamatan dalam cluster ini jumlah produksi padinya tinggi tetpai jumlah industri, KUD, dokter dan jumlah sekolah berada di bawah rata-rata kabupaten. Jumlah puskesmas cukup memadai kecuali di Kecamatan Sukamakmur. Jumlah toko dan mini market kurang memadai kecuali di Kecamatan Nanggung dan Sukamakmur. Pada cluster ketujuh yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi di atas rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada jauh di bawah rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster ketujuh ini memadai namun tidak produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata kabupaten kecuali produksi padi dan jumlah toko. Pada cluster kedelapan yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Bojonggede rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi di atas rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada sangat jauh di bawah rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster kedelapan ini cukup memadai namun sangat tidak produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata kabupaten kecuali jumlah industri, jumlah puskesmas dan jumlah SLTA. Pada cluster kesembilan yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Cileungsi rata-rata semua faktornya berada di atas nilai rata-rata kabupaten. Ciri ini sama dengan cluster kelima tetapi untuk sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk cluster kesembilan ini memadai dan agak produktif dalam produksi padi. Namun bila dilihat dari peubahnya jumlah produksi padi tidak berada di atas rata-rata kabupaten, sehingga jumlah produksi padi tidak signifikan menggambarkan potensi pertanian di kecamatan ini. Pada cluster kesepuluh yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Putri rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi sangat jauh di atas rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada sangat jauh di bawah rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk dalam cluster ini sangat memadai namun sangat tidak produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata kabupaten kecuali produksi padi. Pada cluster kesebelas yang terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Cibinong rata-rata faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi sangat jauh di atas rata-rata kabupaten dan faktor produksi padi berada di bawah rata-rata kabupaten. Berdasarkan keadaan ini kita dapat mengatakan bahwa sarana sosial ekonomi dan sumber daya manusia di kecamatan yang termasuk dalam cluster ini sangat memadai atau sangat baik namun kurang produktif dalam produksi padi. Bila dilihat dari peubahnya, hampir semua peubah berada di atas rata-rata kabupaten kecuali produksi padi. Adanya perbedaan potensi wilayah dan sarana prasarana sosial ekonomi pada setiap kecamatan, maka untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan dari sebelas cluster kecamatan yang terbentuk dikelompokkan kembali berdasarkan kesamaan faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi dan faktor produksi padi yang menjadi ciri cluster tersebut. Berdasarkan uraian di atas maka cluster tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat wilayah yaitu Wilayah I, II, III dan IV. Wilayah I adalah wilayah yang memiliki faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi yang memadai dan produksi padi cukup tinggi, wilayah II adalah wilayah yang memiliki faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi yang memadai, wilayah III adalah wilayah yang faktor produksi padinya cukup tinggi dan wilayah IV adalah wilayah yang faktor potensi penduduk dan sarana sosial ekonominya kurang memadai dan tidak produktif dalam memproduksi padi. Daftar kecamatan dan wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Cluster Kecamatan Menurut Wilayahnya di Kabupaten Bogor Cluster Kecamatan Wilayah 1 2 3 III Cibungbulang, Caringin, Ciampea, Leuwiliang, Parungpanjang I V Cigudeg. Jasinga, Pamijahan, Jonggol Cukup memadai produksi padi, potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi IX Cileungsi VII Citeureup II VIII Bojonggede X Gunung Putri Cukup memadai potensi XI Cibinong penduduk dan sarana sosial ekonomi IV Babakan Madang, Klapanunggal, Tenjo, Cariu, Sukajaya III VI Sukamakmur, Tanjungsari, Nanggung, Rumpin Produksi padinya tinggi I Dramaga, Megamendung, Cigombong, Gunung Sindur, Kemang, Parung, Ciomas, Ciawi, Sukaraja, Cisarua IV II Leuwisadeng, Tenjolaya, Tamansari, Ciseeng, Cijeruk, Tajurhalang, Rancabungur Kurang memadai potensi penduduk dan sarana sosial ekonomi juga produksi padi Bila dilihat menurut letak geografisnya, kecamatan pada Wilayah I adalah yang termasuk dalam cluster III, V, sebagian besar terletak di sebelah barat Kabupaten Bogor. Rata-rata faktor pada cluster kecamatan yang berada di wilayah I berada di atas rata-rata kabupaten berarti bahwa produksi padi cukup baik, potensi penduduk dan sarana prasarana sosial ekonomi juga cukup memadai. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Cibungbulang, Caringin, Ciampea, Leuwiliang, Parung panjang, Cigudeg, Jasinga, Pamijahan dan Jonggol. Pada wilayah ini pemerintah bukan berarti berhenti melakukan pembangunan tetapi melakukan pemantapan terhadap produksi padi yang sudah ada. Mengingat kontribusi pertanian terhadap PDRB cukup kecil hendaknya di wilayah ini dikembangkan agroindustri, industri yang mengolah hasil pertanian dan mengembangkan industri kecil dan kerajinan. Untuk sarana dan prasarana sosial ekonomi tetap dibangun guna menyeimbangkan jumlahnya dengan kenaikan jumlah penduduk. Cluster kecamatan pada Wilayah II letaknya berada di tengah Kabupaten Bogor dan cenderung berdekatan dengan ibukota kabupaten. Terdiri dari lima kecamatan yang berasal dari cluster VII, VIII, IX, X, XI yang masing-masing cluster terdiri dari satu kecamatan yaitu Kecamatan Citeureup, Bojonggede, Cileungsi, Citeureup, Gunung Putri dan Cibinong. Faktor potensi penduduk dan sarana prasarana sosial ekonomi cukup memadai namun tidak produktif dalam memproduksi padi. Hal ini disebabkan wilayahnya sangat potensi untuk industri dan perdagangan. Selain itu jumlah penduduk yang besar sehingga kepadatan penduduknya sangat tinggi memungkinkan sisa wilayah ini bisa saja menjadi alternatif daerah pemukiman. Potensi industri, perdagangan dan jasa di wilayah ini harus terus dikembangkan dan dengan jumlah penduduk yang padat selain harus ditekan laju pertumbuhan penduduknya juga pembangunan sarana prasarana sosial ekonomi harus terus diperhatikan. Cluster kecamatan Wilayah III sebagian besar terletak di sebelah timur Kabupaten Bogor yaitu kecamatan yang termasuk dalam cluster IV dan VI. Terdiri dari sembilan kecamatan yaitu Kecamatan Babakan Madang, Klapanunggal, Tenjo, Cariu, Sukajaya, Sukamakmur, Tanjungsari, Nanggung dan Rumpin. Kecamatan dalam kelompok ini produksi padinya cukup tinggi tetapi hendaknya sarana dan prasarana ekonomi terus diperhatikan mengingat sarana dan prasarana sosial ekonomi pada wilayah ini masih kurang memadai. Perlu juga dibangun industri yang mengolah hasil pertanian atau pengembangan daerah perdagangan guna meningkatkan pendapatan penduduk selain dari pertanian. Kecamatan yang termasuk dalam wilayah IV adalah kecamatan yang tergabung dalam cluster I dan II yaitu sebagian kecamatan yang terletak di tengah wilayah Kabupaten Bogor dan sebagian kecamatan lagi terletak di wilayah barat Kabupaten Bogor. Wilayah ini terdiri dari 17 kecamatan yaitu Kecamatan Dramaga, Megamendung, Cigombong, Gunung Sindur, Kemang, Parung, Ciomas, Ciawi, Sukaraja, Cisarua, Leuwisadeng, Tenjolaya, Tamansari, Ciseeng, Cijeruk, Tajurhalang dan Rancabungur. Kurangnya potensi wilayah dan sarana yang ada pada wilayah ini baik itu sumber daya manusia, sarana prasarana sosial ekonomi, industri atau pertanian harus mendapat perhatian serius dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan agar tercipta keseimbangan pembangunan di seluruh wilayah yang dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Kabupaten Bogor.

5.4. Analisis Wilayah Pembangunan