IV.2.3. Hubungan Tekanan Darah Diastolik dengan Fungsi Kognitif.
Pada penelitian ini dengan analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara
tekanan darah diastolik dengan fungsi kognitif dan terdapat korelasi yang positif antara tekanan darah diastolik dengan fungsi kognitif, dengan
kekuatan korelasi yang sangat lemah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian kohort dari Kilander L. dkk,
2000 mengatakan bahwa tekanan darah diastolik yang rendah pada usia 50 tahun berhubungan dengan meningkatnya gangguan kognitif pada 20
tahun kemudian terhadap penilaian perhatian, kelancaran berbahasa dan kecepatan psikomotor.
Peneltian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya menurut Kilander L. dkk 1998 bahwa tekanan darah diastolik yang tinggi pada
pemeriksaan awal di usia 50 tahun adalah berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif pada 20 tahun kemudian. Pengukuran cross
sectional pada usia 70 tahun menunjukkan bahwa tekanan darah diastolik yang tinggi, resistensi insulin dan diabetes semuanya berhubungan
dengan fungsi kognitif yang rendah. Mereka menyimpulkan bahwa hipertensi berkontribusi terhadap gangguan fungsi kognitif pada usia
lanjut. Berbeda dengan penelitian Taylor C. dkk, 2013 yang mengatakan
bahwa tekanan darah diastolik menunjukkan hubungan yang U-shape yang signifikan pada fungsi kognitif, terutama bagi
mereka yang berusia ≥
Universitas Sumatera Utara
50 tahun. Dikatakan bahwa pada tekanan darah diastolik yang rendah dan tinggi dihubungkan dengan gangguan kognitif pada 20 tahun kemudian.
IV.2.4. Hubungan Tekanan Nadi dengan Fungsi Kognitif.
Pada penelitian ini dengan analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan yang signifikan antara
tekanan nadi dengan fungsi kognitif dan terdapat korelasi yang negatif antara tekanan nadi dengan fungsi kognitif, dengan kekuatan korelasi
yang lemah. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi klinis lainnya, diantaranya
yang dilakukan Waldstein SR,dkk 2008 yang mengatakan tekanan nadi yang lebih tinggi berhubungan dengan lebih rendahnya fungsi kognitif.
tekanan nadi yang tinggi menyebabkan peningkatan arterial stiffness dan atherosclerosis. Tekanan nadi yang tinggi dihubungkan dengan terjadinya
stroke, demensia, dan menurunkan tingkat fungsi kognitif. Penelitian Nation D.A dkk, 2010 menunjukkan bahwa tekanan nadi yang tinggi
berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah otak dan penurunan kognitif yang berhubungan dengan usia.
Penelitian ini juga sesuai dengan studi dari Yasar S dkk, 2011 yang mengevaluasi efek peningkatan
tekanan nadi pada kemampuan kognitif pada wanita usia 70-80 tahun, hasil penelitian menunjukkan pada wanita yang berusia 76-80 tahun
memiliki fungsi kognitif yang terganggu pada peningkatan tekanan nadi ≥
84 mmHg.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Qiu C dkk, 2003 yang mengatakan bahwa peningkatan dan penurunan tekanan nadi
dapat menyebabkan gangguan pada fungsi kognitif. Dikatakan bahwa peningkatan tekanan nadi pada orang tua, yang merupakan hasil dari
peningkatan tekanan sistolik dan penurunan tekanan diastolik, menyebabkan meningkatnya arterial stiffness atau atherosclerosis yang
luas. Oleh karena itu, peningkatan tekanan nadi berhubungan dengan demensia melalui perubahan patologis ini. Namun rendahnya tekanan
nadi dapat merupakan indikator penurunan ejeksi darah dan stroke volume yang juga dapat dihubungkan dengan gangguan kognitif dan
demensia melalui rendahnya aliran darah otak. Tekanan nadi yang tinggi adalah penanda dari arterial stiffness dan
arthrosclerosis yang luas. Sebaliknya, tekanan nadi yang lebih rendah berhubungan dengan ejeksi darah dan tekanan perfusi otak yang lebih
rendah dan mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif, yang menunjukkan hubungan U-shape antara tekanan nadi dan fungsi kognitif.
Obisesan TO dkk, 2008
IV.2.5. Hubungan Tekanan Arteri Rata-Rata dengan Fungsi Kognitif.