manajemen puskesmas Alu Bilie sebagai provider. Faktor lingkungan fisik posyandu yang kurang tertata dan kurang bersih dapat menyebabkan ibu dan balitanya kurang
termotivasi dalam memanfaatkan posyandu.
5.2.2 Pengaruh FasilitasSarana Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan
Posyandu
Hasil penelitian tentang fasilitassarana pelayanan kesehatan ditemukan 50,4 pada kategori kurang baik Tabel 4.11, dengan persentase tertinggi tentang
fasilitas kursi yang digunakan untuk kegiatan posyandu balita kurang lengkap, yaitu sebesar 48,8 Tabel 4.10. Uji statistik menunjukkan fasilitassarana pelayanan
kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan posyandu oleh ibu yang mempunyai balita p=0,0000,05. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin
lengkap fasilitassarana pelayanan kesehatan maka akan meningkat pemanfaatan posyandu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa fasilitassarana pelayanan kegiatan Posyandu, seperti; kursi, meja, alat penimbangan
berat badan balita, peralatan pemberian makanan tambahan dan Kartu Menuju Sehat KMS kurang lengkap. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
kegiatan di posyandu belum didukung oleh manajemen pelaksanaan yang terorganisasi dengan baik karena ketika hari kegiatan pelaksanaan posyandu tiba
fasilitassarana pelayanan kesehatan belum tersedia sepenuhnya dan hal ini menunjukkan kurangnya dukungan manajemen puskesmas dan kader sebagai petugas
pada saat kegiatan posyandu berlangsung.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ratminto 2005 yang menemukan bahwa keberhasilan pelaksanaan program suatu organisasi didukung
oleh manajemen proses dan pelaksanaan proses tujuan secara terpadu. Hal senada juga diungkapkan Muninjaya 2004 bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan
posyandu bersifat pelayanan rawat jalan ambulatoryout patient services, dan untuk menunjang keberhasilan pelayanan kegiatan posyandu perlu ditunjang oleh potensi
masyarakat dalam melaksanakan program kegiatan di posyandu. Jumlah kader yang belum memadai sebanyak 34 orang untuk 15 posyandu
sebagai tenaga yang membantu pelaksanaan kegiatan posyandu dimana seharusnya 1 posyandu 5 orang kader serta kurangnya peran aktif tokoh masyarakat, tokoh adat
dan tokoh agama, merupakan salah satu penyebab pemanfaatan Posyandu oleh ibu dan balitanya belum optimal. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Nilawati
2008 menyimpulkan bahwa peran kader dalam pelaksanaan Posyandu masih rendah, hal ini dilihat dari persentase kader yang tidak aktif cukup tinggi, yaitu
51,4. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Green dalam Notoatmodjo, 2005
yang menyatakan bahwa serangkaian lingkungan fisik dan fasilitassarana pelayanan sebagai faktor pendorong terjadinya perubahan perilaku dan dapat berpengaruh
langsung terhadap perilaku atau tindakan seseorang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Hasil observasi pada posyandu balita diketahui bahwa fasilitas yang ada di posyandu balita sebagian besar sudah lengkap sesuai dengan standar peralatan
Universitas Sumatera Utara
posyandu balita Depkes RI, 2005. Meskipun fasilitas atau peralatan yang tersedia di posyandu balita sebagian besar sudah sesuai standar, namun ibu yang memiliki balita
merasakan belum memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan pengamatan penulis, fasilitas kesehatan sarana dan prasarana yang tersedia pada posyandu balita
sebagian belum sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ibu yang memiliki balita dalam pelayanan kesehatan. Menurut Azwar 2000, tuntutan kesehatan berkaitan dengan
tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, dengan demikian perkembangan teknologi perlu diperhatikan agar kegiatan pelayanan kesehatan dapat memberikan
pelayanan bermutu terhadap konsumen.
5.3 Pengaruh Faktor Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Posyandu