24
rakat didorong untuk terlibat langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi
oleh keyakinan bahwa jika sesorang dilibatkan berpartisipasi dalam pengam- bilan keputusan, maka yang bersangkutan akan mempunyai ”rasa memiliki”
terhadap keputusan tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertang- gungjawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah.
Singkatnya makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula rasa memiliki, makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggung jawab dan makin
besar pula dedikasinya. Tentu saja pelibatan warga sekolah dalam pengam- bilan keputusan harus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan dan
relevansinya dengan tujuan pengambilan keputusan sekolah.
4. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
Dally 2010: 19 menjelaskan tujuan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah adalah :
a. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan insiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya tang tersedia;
b. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
c. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan pemerintah tentang mutu sekolah;
d. meningkatkan kompetisi yang sehat antarsekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan;
commit to user
25
e. memberdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan lulusan yang berhasil guna dan berdaya guna.
Pada prinsipnya tujuan dari MBS adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengam-
bilan keputusan bersama, meningkatkan tanggung jawab kepala sekolah kepada institusi sekolahnya dan meningkatkan kompetisi yang sehat antar
sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
5. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Model MBS yang diterapkan di Indonesia diberi nama Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah MPMBS. MPMBS dapat diartikan
sebagai model manajemen yang memberikan otonomi besar kepada sekolah, fleksibilitas kepada sekolah, dan mendorong pertisipasi secara langsung warga
sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang- undangan pendidikan nasional yang berlaku. Sedangkan pengambilan keputu-
san partisipatif adalah cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratis dimana warga sekolah didorong
commit to user
26
untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.
Wohlstetter dalam Watson sebagaimana dikutip oleh Nurkholis 2003: 81-82 memberikan panduan yang komprehensif sebagai elemen kunci refor-
masi MBS yang terdiri atas: a. menetapkan secara jelas visi dan hasil yang diharapkan;
b. menciptakan fokus tujuan nasional yang memerlukan perbaikan; c. adanya panduan kebijakan dari pusat yang berisi standar-standar kepada
sekolah; d. tingkat kepemimpinan yang kuat dan dukungan politik serta dukungan
kemimpinan dari atas; e. pembangunan kelembagaan sekolah melalui pelatihan dan dukungan
kepada kepala sekolah, guru, dan anggota dewan sekolah; f.
adanya keadilan dalam pendanaan atau pembiayaan pendidikan. Implementasi MBS di sekolah memungkinkan sekolah mengolaborasi
dan menyinergikan seluruh komponen yang ada di sekolah untuk pencapaian tujuan sekolah. Elder 1996 menggambarkan interaktif komponen dari MBS
sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
27
Gambar 1: Interaksi Komponen MBS Elder, 1996 Menurut Elder 1996 beberapa komponen yang dapat mendorong
penguatan implementasi MBS di sekolah antara lain: a. Peran kunci dari kepala sekolah dan penting untuk memastikan bahwa
kepala sekolah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik untuk posisinya.
b. Tuntutan atas kepala sekolah dan guru untuk memiliki pengetahuan, skil dan sikap dengan pengadaan program training dan upgrading.
c. Penyebaran kewenangan di sekolah dengan melibatkan partisipasi seluruh stakeholder sekolah dalam pembuatan kebijakan sekolah dan implemen-
tasinya. d. Melakukan deseminasi informasi kepada seluruh stakeholder sehingga
mereka dapat membuat keputusan berdasarkan informasi tersebut. Menurut Fattah 2003: 67, implementasi MBS yang baik akan memberi-
kan keuntungan sebagai berikut:
SBM MBS
Decission- making,
delegation, consultation,
collaboration
Curriculum instruction
School
Develompment
: Buildings
facilities
Students Assessment
Staff Profesional
Development
Paret Community
Development Programmes
Extra Curricular
Activities
Staff Assessments
commit to user
28
a. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada siswa, orang tua, dan guru;
b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumberdaya lokal; c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran,
tingkat putus sekolah, moral guru, hasil belajar, tingkat pengulangan, dan iklim sekolah;
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, perubahan perencanaan.
Danim 2008: 121 memaparkan ukuran keberhasilan dari implementasi MBS dapat dinilai dari delapan kriteria, yaitu:
a. Jumlah siswa yang mendapat pelayanan pendidikan semakin meningkat. b. Kualitas layanan pendidikan menjadi lebih baik. Layanan yang berkualitas
menyebabkan prestasi siswa juga meningkat dan secara bersama kualitas pendidikan juga meningkat.
c. Tingkat tinggal kelas menurun dan produktifitas sekolah meningkat. Jumlah calon siswa yang mendaftar meningkat dan tingkat tinggal kelas
menurun karena siswa bersemangat untuk datang ke sekolah. d. Karena program sekolah direncanakan bersama-sama dengan masyarakat
maka relevansi penyelenggaraan, biak kurikulum ataupun sarana prasarana disesuaikan dengan situasi dan tujuan.
e. Terjadinya keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan karena penentuan biaya pendidikan tidak dilakukan secara merata, tetapi berdasarkan kemam-
puan ekonomi masing-masing keluarga. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
29
f. Semakin meningkatnya keterlibatan orang tua dalam pengambilan keputu-
san baik keputusan instruksional maupun organisasi. g. Semakin baiknya iklim dan budaya kerja di sekolah yang akan memberikan
dampak positif terhadap peningkatan kualitas pendidikan selanjutnya. Keberhasilan implementasi MBS akan mendorong terwujudnya sekolah
yang efektif. Sekolah yang efektif umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai berikut:
a. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi; b. Kepemimpinan sekolah yang kuat;
c. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib; d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif;
e. Sekolah memiliki budaya mutu; f.
Sekolah memiliki “teamwork” yang kompak, cerdas, dan dinamis; g. Sekolah memiliki kemandirian kewenangan;
h. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat; i.
Sekolah memiliki keterbukaan transparansi manajemen; j.
Sekolah memiliki kemauan untuk berubah psikologis dan fisik; k. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan;
l. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan;
m. Komunikasi yang baik; n. Sekolah memiliki akuntabilitas.
commit to user
30
B. Kinerja 1. Pengertian Kinerja