Metode Penilaian Status Gizi

2.4.1 Metode Penilaian Status Gizi

Manusia makan pada dasarnya untuk memenuhi 3 fungsi makanan itu sendiri, yaitu untuk tenaga, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Kurang komsumsi makanan maka akan diambil dari cadangan tubuh dan jika makan berlebih akan disimpan dalam bentuk cadangan tubuh. Makanan berperan penting untuk pertumbuhan. Sehingga pada hakekatnya menilai status gizi adalah mengevaluasi keseimbangan pemenuhan kebutuhan berupa penampakanperforma tubuh. Metode penilaian status gizi untuk menilai status energi protein adalah metode antropometri. Metode Penilaian status gizi dapat dikelompokkan atas metode langsung dan metode tidak langsung. Berikut ini akan disajikan secara ringkas kedua kelompok metode penilaian status gizi tersebut Supariasa, 2002. 1. Penilaian status gizi secara langsung Pada penilaian status gizi dikenal istilah penilaian secara langsung, yaitu suatu metode dimana individu dan kelompok masyarakat diperiksa atau dinilai secara langsung berupa; a. Klinis Penilaian status gizi secara klinis adalah mempelajari gejala yang muncul dari tubuh sebagai akibat dari kelebihan atau kekurangan salah satu zat gizi tertentu, Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ – organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Hal penggunaannya umumnya digunakan dengan cara metode survey klinis secara cepat, Survei ini dirancang untuk mendeteksi salah satu atau lebih zat gizi, juga digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik. Contoh Universitas Sumatera Utara penilaian status gizi secara klinis adalah kekurangan vitamin A menyebabkan buta senja xerophtalmia Tarwotjo, 1992. b. Biokimia Pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh seperti darah, urin, faces dan jaringan tubuh lain otot atau hati. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malagizi yang lebih parah lagi. Karena banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong. c. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi khususnya jaringan dan melihat perubahan struktur dari jaringan dan dapat digunakan dalam situasi tertentu, seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. d. Antropometri Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya sulit melakukan semua pemeriksaan tersebut, baik karena keterbatasan dana, fasilitas laboratorium maupun metode pemeriksaannya Aritonang, 2010. Universitas Sumatera Utara Metode yang dilakukan adalah Antropometri yang merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi secara langsung yang telah lama dikenal. Cara yang paling mudah, tidak membutuhkan peralatan yang mahal, dan dapat diterapkan secara luas di lapangan. Pengukuran antropometri mangandung 2 maksud : pertama untuk mendeskripsikan status gizi penilaian dilakukan pada satu titik waktu dan kedua pemantauan status gizi yaitu untuk melihat trendperubahan ukuran tubuh dari waktu ke waktu. Antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah Kurang Energi Protein KEP Aritonang, 2010. Indeks status gizi adalah gabungan dua parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi WHO, 1990. Tiga indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BBU, TBU, BBTB yang merupakan indeks dari 3 parameter berat badan, tinggi badan, tinggi badan dan umur. Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan masa jaringan memiliki sifat sensitive, yang artinya cepat berubah. misalnya seorang anak makan lebih dari biasanya dalam 2 atau 3 hari akan terlihat penambahan berat badannya dan sebaliknya apabila anak sakit contoh diare, maka berat badan anak langsung turun. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini Supariasa, 2002 1 Indeks antropometri digunakan untuk menilai status gizi adalah berat badan menurut Umur BBU 2 Kelebihan Indeks BBU : 1.Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum. 2. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis Universitas Sumatera Utara 3. Berat badan dapat berfluktasi 4. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil Kelemahan Indeks BBU : 1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites. 2. Di daerah pedesaan yang masih terpencil atau tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum benar. 3. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun 4. Sering terjadi kesalahan didalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan Supariasa, 2002 Tabel 2.1. Status gizi dengan indikator BBU Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-score Gizi lebih bila Z- Score Gizi baik bila Z-Score Gizi kurang bila Z Score Gizi sangat kurang 2 SD -2 SD sd 2 SD -3 SD sd -2 SD -3 SD Sumber WHO Antropometri 2005 Tabel 2.2. Status gizi dengan indikator TBU atau PBU Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-score Normal bila Z-Score Pendek bila Z-Score Sangat pendek bila Z-Score Tinggi bila Z-Score -2 SD sd 2 SD -3 SD sd -2 SD -3 SD 2 SD Sumber WHO Antropometri 2005 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3. Status gizi dengan indikator BBTB atau BBTB Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-score Normal bila Z-Score Gemuk bila Z-Score Kurus bila Z-Score Sangat kurus bila Z-Score -2 SD sd 2 SD 2 SD -3 SD sd -2 SD -3 SD Sumber WHO Antropometri 2005 2. Penilaian status gizi secara tidak langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu: Survei konsumsi makananpangan, statistic analisa ekologi dan statistic vital, dan Indeks Prognostik Rumah Sakit IPRS. Salah satu yang digunakan adalah konsumsi makanan yang merupakan metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi Supariasa, 2002. Konsumsi makanan adalah mengukur pangan yang dikonsumsi kemudian dianalisis kandungan gizinya, Jumlah zat gizi yang dikonsumsi dibandingkan dengan kebutuhan anjuran makan sehari sesuai umur, jenis kelamin dan aktifitas WKNPG, 2004.

2.5. Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita.

Dokumen yang terkait

Gambaran Status Gizi Dan Tingkat Konsumsi Energi Protein Pada Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Medan Johor

11 124 97

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI PENGASUH DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI PROTEIN DAN STATUS GIZI BATITA Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi Pengasuh dengan Tingkat Konsumsi Energi Protein dan Status Gizi Batita di Wilayah Puskesmas Undaan Kabupaten Kudus.

0 2 18

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA, ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita, Asupan Energi Dan Protein Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyudono I Ka

0 4 11

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KELURAHAN Hubungan Asupan Energi, Protein, Lemak Dan Karbohidrat Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Prasekolah Di Kelurahan Sangkrah Dan Semanggi Kecama

0 1 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Asi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 0-24 Bulan Di Pemukiman Kumuh Kelurahan Gilingan Surakarta.

0 0 12

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI IBU, TINGKAT KONSUMSI PANGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK DI BAWAH DUA TAHUN DI Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Konsumsi Pangan Dengan Status Gizi Anak Di Bawah Dua Tahun Di Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsa

0 1 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI STUNTING DAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 12-59 BULAN

1 2 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI IBU DENGAN KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA 12-59 BULAN DI PEMUKIMAN SEPANJANG REL KERETA API KELURAHAN GAHARU KECAMATAN MEDAN TIMUR

0 0 33

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Gizi Ibu Dengan Konsumsi Energi Dan Protein Terhadap Status Gizi Anak Usia 12-59 Bulan Di Pemukiman Sepanjang Rel Kereta Api Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur

0 0 15