Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat, peran sumber daya manusia menjadi semakin penting. Sumber daya manusia di pandang sebagai aset yang sangat berharga karena visi, misi, strategi, dan sistem perusahaan yang canggih sekalipun tidak akan berguna dan tidak memiliki dampak apapun terhadap perusahaan, tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam beberapa tahun terakhir, “nilai” dari suatu perusahaan yang diukur dalam neraca tradisional, misalnya bangunan, pabrik produksi, dll, dipandang sebagai refleksi yang cukup sebagai aset perusahaan. Namun, dengan semakin majunya pengetahuan ekonomi, penilaian tradisional ini telah dipertanyakan karena, modal manusia diakui sebagai bagian yang semakin dominan dari nilai total suatu perusahaan. Pada tahun 1960-an muncul adanya gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia, yang dikemukakan oleh Rensis Linkert, direktur Institute for Social Research of the University of Michigan Riyanto, 1990. Akuntansi sumber daya manusia sebagai pendekatan awalnya didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran, dan komunikasi informasi tentang sumber daya manusia dalam rangka memfasilitasi manajemen yang efektif dalam sebuah organisasi. Peran sumber daya manusia yang semakin besar dalam kelangsungan hidup perusahaan serta petingnya modal manusia terhadap perekonomian mendorong muncunya gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia. Gagasan-gagasan tersebut dilatar belakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut Brummet, dalam Suwarto, 2006: 1. Konsep teori ekonomi modern yang menganggap bahwa manusia adalah human capital yang mempunyai keahlian, pengetahuan dan pengalaman. 2. Peran sumber daya manusia yang semakin dibutuhkan dan berkembang dengan pesat. Kedua faktor tersebut lah yang melatarbelakangi para ilmuan dan pakar di bidang akuntansi dan manajemen tertarik untuk melakukan riset atau penelitian untuk mengembangkan konsep, model, prinsip, dan metode-metode akuntansi yang bertujuan untuk mengukur dan menganalisis biaya dan nilai sumber daya manusia yang ada di perusahaan Suwarto, 2006. Para ilmuan dan pakar di bidang akuntansi berusaha untuk menemukan model yang obyektif mengenai pengukuran akuntansi sumber daya manusia. Beberapa ahli tersebut diantaranya adalah Flamholtz 1971 mengembangkan The Stochastic Rewards Valuation Model , yaitu dengan dasar pemikiran ekonomi tentang nilai dari suatu proses kemungkinan menurut teori ekonomi nilai sesuatu itu bernilai apabila memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat atau kegunaan yang dimanfaatkan di kemudian hari dengan adanya proses kemungkinan di atas maka nilai sumber daya manusia yang diharapkan dapat direalisasi oleh perusahaan. Dobija 1998 mengusulkan model alternatif untuk kapitalisasi sumber daya manusia, di mana tingkat kapitalisasi ditentukan melalui alam dan kondisi sosial lingkungan. Dengan memanfaatkan pendekatan bunga majemuk, metode ini memperhitungkan tiga faktor untuk menilai modal manusia yang meliputi nilai kapitalisasi biaya hidup, nilai kapitalisasi dari biaya pendidikan profesional, dan nilai yang diperoleh melalui pengalaman. Turner 1996 untuk mengukur nilai sumber daya manusia dengan mengacu pada kerangka kerja yang dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Internasional dan merekomendasikan penggunaan nilai sekarang dari nilai tambah oleh perusahaan, dan mengukur aset oleh empat metode biaya historis, biaya sekarang, nilai realisasi, dan nilai masa depan. Sedangkan Lev dan Schwartz Model telah menjadi yang paling banyak digunakan untuk kemudahan penggunaan dan kenyamanan. Lev dan Schwartz Model menyatakan bahwa sumber daya manusia dari sebuah perusahaan adalah penjumlahan dari nilai semua Net Present Value NPV dari pengeluaran untuk karyawan. Modal manusia diwujudkan pada orang usia r adalah nilai sekarang dari pendapatannya dari pekerjaan. Menurut Flamholtz, akuntansi sumber daya manusia memiliki 3 fungsi utama untuk sumber daya manusia yang profesional, yaitu : 1. Berfungsi sebagai kerangka kerja untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan sumber daya manusia. 2. Memberikan informasi numerik tentang biaya dan nilai orang sebagai sumber daya organisasi. 3. Dan dapat memotivasi manajemen lini untuk mengadopsi perspektif sumber daya manusia dalam keputusan yang melibatkan manusia. Menurut Suwarto 2006 untuk dapat menyajikan nilai sumber daya manusia dalam laporan keuangan adalah dengan mengakui sumber daya manusia sebagai aktiva agar dapat ditentukan nilai moneternya. Selain itu informasi- informasi tentang sumber daya manusia ini harus disajikan dalam suatu sistem atau metode pencatatan transaksi yang berkaitan dengan sumber daya manusia. Dasar pemikiran tersebutlah yang melahirkan gagasan tentang perlunya diselenggarakan akuntansi sumber daya manusia. Namun, konsep akuntansi sumber daya manusia ini dalam praktek dan pengembangannya masih menghadapi beberapa persoalan seperti : 1. Persoalan pengakuan sumber daya manusia sebagai aktiva milik perusahaan. 2. Pengukuran sumbar daya manusia dalam satuan moneter. 3. Keterbatasan akuntansi konvensional tentang penilaian sumber daya manusia Lako, 1995 Akuntansi sumber daya manusia melibatkan akuntansi dengan manajemen dan karyawan perusahaan sebagai modal manusia yang memberikan manfaat di masa depan. Dalam pendekatan akuntansi sumber daya manusia, pengeluaran yang berkaitan dengan sumber daya manusia dilaporkan sebagai aset pada neraca. Sedangkan pendekatan akuntansi tradisional memperlakukan biaya yang berkaitan dengan sumber daya manusia perusahaan sebagai beban pada laporan laba rugi yang mengurangi keuntungan. Tujuan dari akuntansi sumber daya manusia adalah memfasilitasi manajemen untuk mendapatkan informasi tentang biaya dan nilai sumber daya manusia yang akan meningkatkan kuantitas dan kualitas barang dan jasa Kashive, 2012. Gagasan mengenai akuntansi sumber daya manusia sejauh ini masih menimbulkan permasalahan dalam pengukurannya, meskipun para pemikir di bidang akuntansi sependapat bahwa sumber daya manusia adalah bagian dari aset perusahaan yang penting. Kesulitan mengukur nilai sumber daya manusia secara objektif merupakan salah satu sebab belum dikeluarkannya standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi sumber daya manusia ini, meskipun berbagai riset tentang alternatif pengukuran sumber daya manusia ini sudah banyak dilakukan oleh para akademisi, namun tampaknya masih belum ada kesepakatan mengenai kriteria pengukuran yang objektif dari sumber daya manusia Rahayu, 2013 Di sisi lain, perkembangan yang cepat dalam dunia bisnis memicu peningkatan tekanan akan mendorong atau memaksa perusahaan untuk melaporkan modal manusia dan untuk memperbesar perspektif dari melayani terutama kepentingan investor termasuk kepentingan stakeholder lainnya, seperti pemerintah, serikat pekerja, dan karyawan. Stakeholder menyadari potensi akuntansi sumber daya manusia tidak hanya sebagai sistem akuntansi, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun struktur baru di seluruh kepentingan dan kebijakan. Pelaporan keuangan terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan eksternal serta pengguna internal. Pelaporan digunakan untuk tujuan internal dan eksternal. Tujuan dari pelaporan internal pada manajemen berfokus pada penyediaan informasi yang memfasilitasi pengambilan keputusan operasional yang efektif, untuk melindungi aset organisasi dan untuk keseimbangan optimalisasi hasil jangka pendek dengan keberlanjutan jangka panjang. Pelaporan eksternal biasanya terdiri dari dua jenis yaitu untuk memenuhi persyaratan undang-undang untuk tujuan hukum atau sebagai kebijakan pelaporan wajib, dan pelaporan sukarela dikembangkan untuk memberikan informasi dan berkomunikasi urusan organisasi kepada stakeholder secara terbuka dan transparan. Tujuan pelaporan hukum adalah untuk mencapai kepatuhan; tujuan pelaporan sukarela adalah untuk menyediakan para pemangku kepentingan utama dengan informasi tambahan yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan relatif terhadap akuntabilitas, tanggung jawab, dan kepentingan mereka Enyi dan Akindehinde, 2014. Pada saat ini, adanya gerakan yang mempengaruhi pelaporan eksternal, internal dan sukarela akuntansi sumber daya manusia akibat dari reaksi pergeseran ekonomi global dari masyarakat industri ke masyarakat pengetahuan. Diharapkan pelaporan mengenai akuntansi sumber daya manusia juga mempengaruhi persyaratan pelaporan hukum. Meskipun belum ada peraturan dan dasar hukum mengenai kewajiban untuk melakukan pengungkapan sumber daya manusia, banyak perusahaan di berbagai negara mencoba untuk memasukan modal manusia dalam neraca dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan perusahaan. Negara-negara Skandinavia telah mengambil minat yang sangat kuat di bidang akuntansi sumber daya manusia. Sebagai contoh, Value Driving Talks VDT model ini dikembangkan oleh Sandervang 2000, dan diuji dalam studi empiris dalam perusahaan bisnis Norwegia di sektor listrik. Model, yang menghitung keuntungan finansial dari investasi organisasi dalam pengembangan kompetensi, berfokus pada pelatihan karyawan atau pengembangan kompetensi sebagai fokus strategis, dan sejalan investasi dalam pengembangan kompetensi dengan strategi bisnis secara keseluruhan untuk membantu organisasi dengan tujuan strategis manajemen sumber daya manusia mereka. Di Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat, rekening keuangan profesional tim olahraga sering digabungkan dalam akuntansi sumber daya manusia, di mana nilai untuk karyawan ditempatkan pada neraca dan diamortisasi selama periode waktu, bukannya membebankan biaya. Selain itu ada banyak perusahaan di Negara lainnya yang sudah menerapkan akuntansi sumber daya manusia dalam laporan keuangan, seperti di Negara India, Kanada, Jerman, dll. Di negara-negara maju, itu adalah fenomena yang sangat umum bahwa perusahaan resmi memiliki akuntansi sumber daya manusia dalam laporan tahunan mereka. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, aspek pelaporan akuntansi sumber daya manusia adalah konsep yang sangat baru. Hal ini lah yang mendasari dilakukannya penelitian, untuk mengetahui tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia dan apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan tersebut. Di Indonesia, pengungkapan akuntansi sumber daya manusia belum diatur baik dalam peraturan Bapepam-LK atau lembaga lain yang berkepentingan. Penelitian mengenai pengungkapan akuntansi sumber daya manusia ini sejalan dengan teori stakeholder . Dalam teori stakeholder ini, aktivitas-aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder harus dilaporkan kembali pada stakeholder tersebut oleh manajemen organisasi, karena semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan yang mempengaruhi mereka. Dalam hai ini yang dimaksud para stakeholder antara lain adalah konsumen, karyawan, supplier, pemerintah, dan lain-lain. Teori stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini juga menjelaskan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela voluntary mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial, dan intelektual mereka melebihi permintaan wajibnya untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui stakeholder Deegan dalam Widarjo, 2011. Tujuan dari teori ini adalah untuk dapat menekan sekecil mungkin dampak kerugian yang mungkin akan diderita stakeholder , dan dapat mendorong manajer perusahaan untuk meningkatkan nilai yang diperoleh dari aktivitas-aktivitas perusahaan. Sedangkan dari sudut pandang resource based theory , perusahaan bersaing berdasarkan sumber daya dan kemampuan. Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif. Apabila dikaitkan dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, perusahaan akan mendapatkan keunggulan kompetitif dengan adanya perbedaan sumber daya manusia pada tiap perusahaan. Wernerfelt 1984 menjelaskan bahwa menurut pandangan Resource Based Theory perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif dan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai, dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting, termasuk aset berwujud maupun aset tidak berwujud. Kasus-kasus mengenai sumber daya manusia di Indonesia sering kali terjadi, terutama kasus pelanggaran terhadap buruh. Lemahnya posisi buruh dalam perusahaan, terkadang menjadi sasaran dari oknum manajemen perusahaan. Seperti yang terjadi pada 446 orang buruh yang telah di PHK secara sepihak oleh manajemen PT. Megariamas Sentosa pada tahun 2008. Hal tersebut mengakibatkan buruh yang mogok bekerja. Pada kasus lainya adanya data dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mencatat sebanyak 12.745 perusahaan yang telah meanggar norma keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada tahun 2013. Dari jumlah itu, sebanyak 12.657 perusahaan telah melaksanakan norma K3 pasca penerbitan nota peringatan pertama dan kedua. Hal ini membuktikan bahwa perhatian perusahaan terhadap keamanan karyawannya yang rendah. Jaminan lingkungan kerja yang aman dan nyaman dibutuhkan karyawan agar dapat mencapai target dan tujuan perusahaan. Dalam pelaporan akuntasi sumber daya manusia hak-hak buruh dan karyawan akan lebih terjamin, selain itu akan terjalin komunikasi dua arah antara pekerja dan perusahaan, serta adanya timbal balik yang positif antara keduanya dapat terjadi. Kasus-kasus tersebut jelas akan mempengaruhi image perusahaan terhadap stakeholder . Sehingga akuntansi sumber daya manusia memang diperlukan agar stakeholder mendapatkan informasi yang valid mengenai kondisi perusahaan. Al Mamun 2009 menguji hubungan antara karakteristik perusahaan dan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia HRA. Studi ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi dimaksudkan untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut HRA. Posisi keuangan yang baik mengintensifkan kredibilitas informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagai akibat dari meningkatnya kredibilitas, nilai perusahaan juga akan meningkat. Kredibilitas informasi yang diungkapkan menambah nilai perusahaan sebagai rincian yang membantu dalam mengurangi risiko yang terkait dengan proses pengambilan keputusan investor. Al Mamun 2009 menyusun model yang digunakan untuk mengukur pengungkapan akuntansi sumber daya manusia berdasarkan literatur yang relevan. Hasilnya adalah perusahaan di Bangladesh melakukan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia sebesar 25. Peneliti-peneliti lainya juga mencoba melakukan penelitian yang menggunakan model yang sama dengan Al Mamun 2009. Enofe et al. 2013 melakukan penelitian di Nigeria, dengan sampel perusahaan publik yang ada di Nigeria. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa perusahaan di Nigeria melakukan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia sebesar 40. Berbeda dengan Widodo 2014 yang melakukan penelitian di Indonesia, dengan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasilnya adalah pengungkapan akuntansi sumber daya yang dilakukan perusahaan perbankan di Indonesia sebesar 57. Mengacu pada penelian yang dilakukan oleh Al Mamun 2009, penelitian ini akan menguji tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia, serta menguji faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pengungkapan akuntansi sumber daya manusia di Indonesia. Pada penelitian ini akan menguji faktor-faktor seperti profitabilitas, ukuran perusahaan, umur listing , jenis perusahaan, dan penggunaan standar pelaporan GRI terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Penelitian ini akan dilakukan pada dua sektor industri yaitu sektor Finansial seperti: bank, asuransi, dll serta sektor manufaktur seperti: basic industry , miscellaneous industry , dan consumer goods industry . Kedua sektor tersebut di pilih karena memiliki karakteristik sumber daya manusia yang berbeda dan merupakan jenis perusahaan yang mendominasi pasar modal. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam periode tertentu. Perusahaan yang mempunyai laba yang tinggi memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan yang mempunyai laba rendah. Variabel profitabilitas dipilih karena perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan menarik stakeholder , dalam hal ini secara khusus investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan. Penelitian Al Mamun 2009 serta Alam dan Kanti 2010 memberikan hasil bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Sedangkan penelitian Athanasios, et al. 2013 dan Widodo 2014 menunjukkan tidak ada pengaruh antara profitabilitas dengan pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya suatu perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi dibandingkan dengan ukuran perusahaan yang lebih kecil. Variabel ukuran perusahaan dipilih karena semakin besar suatu perusahaan maka semakin banyak pula aktivitas-aktivitas terkait produksinya, serta semakin besar juga perputaran modal perusahaan. Sehingga, perusahaan besar cenderung banyak diamati oleh stakeholder , setiap keputusan yang diambil manajemen yang dapat mempengaruhi stakeholder akan mendapatkan perhatian dari stakeholder . Penelitian yang dilakukan Al Mamun 2009 menunjukan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan akuntansi sumber daya manusia. Umur listing perusahaan adalah saat dimana perusahaan melakukan listing di pasar modal atau biasa disebut Initial Public Offering IPO. Ketika perusahaan melakukan go public maka perusahaan memiliki kewajiban untuk melakukan pelaporan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Variabel umur listing dipilih karena Semakin lama perusahaan berdiri maka semakin banyak pengalaman yang telah didapat karena perusahaan mengetahui kebutuhan informasi dari pemegang kepentingan atau stakeholder , sehingga pengungkapan informasi salah satunya informasi mengenai sumber daya manusia yang semakin luas pada laporan tahunan perusahaan. Penelitian yang dilakukan Adhi 2012 menemukan bahwa adanya pengaruh umur perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. Dalam pasar modal ada berbagai macam jenis perusahaan, mulai dari perusahaan manufaktur, pertambangan, finansial, properti real estate , perdagangan, dll. Setiap jenis perusahaan mempunyai karakteristik yang berbeda beda. Perusahaan manufaktur dan perusahaan financial merupakan jenis perusahaan yang paling banyak listing di Bursa Efek Indonesia. Variabel jenis perusahaan dipilih karena dalam menjalankan kegiatan operasinya setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri, selain itu sumber daya yang dimiliki setiap perusahaan juga mempunyai peran yang berbeda-beda. Enofe et,al 2013 menemukan bahwa perusahaan finansial lebih banyak melakukan pengungkapan dibandingkan perusahaan non finansial. Global Reporting Initiative GRI adalah sebuah organisasi nirlaba yang bekerja ke arah ekonomi global yang berkelanjutan dengan memberikan panduan pelaporan berkelanjutan. GRI telah merintis dan mengembangkan pelaporan keberlanjutan dengan kerangka komprehensif yang banyak digunakan di seluruh dunia. Kerangka ini memungkinkan semua organisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, kinerja sosial dan pemerintahan. Variabel penggunaan standar pelaporan GRI dipilih karena dalam standar GRI terdapat banyak indikator dalam standar pelaporan, salah satunya adalah indikator kinerja tenaga kerja labor practices performance indicator . Hasil penelitian Athanasios et, al 2013 yang dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Yunani menemukan bahwa perusahaan yang mengeluarkan laporan tahunan dengan menggunakan standar pelaporan GRI melakukan lebih banyak pengungkapan sumber daya manusia. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Akuntansi Sumber Daya Manu sia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pengungkapan akuntansi sumber daya manusia di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah