Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman
Kemudian kurikulum tiga belas ini kan bukunya baru, tapi belum sampai ke lapangan gitu, baru kita dapat informasi bukunya ini, tapi kita belum
melihat seperti apa buku itu.
D : Ooo. Terus apakah terdapat fasilitas penunjang bu dalam pembelajaran bahasa Jerman?
T : Misalnya media atau apa?
D : Ee misalnya LCD atau lab bahasa.
T : O ada. Kalau LCD, di masing-masing kelas kan ada. Sehingga ketika memerlukan, ada. Untuk lab juga ada. Cuma kan bahasa Jerman kan
bahasa asing baru, sehingga kemampuan anak-anak untuk mencerna itu kan masih relatif susah daripada bahasa Inggris. Kalau lab nya ini
katanya diperbaiki menjadi lab baru tetapi malah penggunaannya susah. Terus terang saya sudah jarang masuk lab.
D : Kemudian untuk keterampilan berbicara sendiri bu. Cara Bu Tirah untuk melatih keterampilan berbicara itu misalnya seperti apa?
T : Mmm ya diberikan contoh, kemudian nanti mereka disuruh memproduksi dialog sendiri, pokoknya bagaimana menjadikan yang kita tuntut kan
tidak kemampuan 100 bener secara gramatikal, secara ini, yang penting kan keberanian ngomong dulu. Kalau yang sudah-sudah kita ajak ke
Borobudur, kemudian mereka mencari turis yang bisa berbahasa Jerman. Kan ya nggak mudah itu. Pertama pakai bahasa Inggris dulu gitu kan.
Nah baru setelah itu menyapa menggunakan bahasa Jerman. Apakah
Guten Tag
atau yang lain. Apapun lah yang mereka katakan itu sudah sangat bermanfaat untuk keberanian mereka dalam berbahasa Jerman.
D : Kemudian kriteria keberhasilan berbicara bahasa Jerman?
T : Ya ini. Unjuk kerja ketika mereka bisa memproduksi sendiri
kemampuannya itu misalnya kita beri tema, sekarang cari pasangan untuk berdialog temanya adalah sekolah. Nah mereka bisa saling
bercakap cakap tentang sekolah itu.
So Ich glaube das ist schon gut.
D : Untuk medianya bu. Dalam keterampilan berbicara ini biasanya ibu menggunakan media apa saja?
T : Media, apa yaa. Kalau dipakai untuk contoh-contoh percakapan misalnya kita
nyetel tape recorder
atau video bagaimana bahasa Jerman itu dipakai
disananya. Yang penting gini, bukan mereka langsung dituntut paham dari video yang dilihat tapi oh ternyata memang bisa digunakan to kata-
kata yang kita ajarkan, ternyata memang ada to. Misalnya selamat pagi oh bener berarti ajaran dari guru. Mereka kan jadi paham dan akhirnya
bisa dipakai. Memotivasi juga ketika melihat video tentang Jerman, anak jadi ingin ke Jerman, ingin belajar disana. Bahasa Jerman juga bisa jadi
loncatan untuk mempelajari ilmu yang lain.
D : Kemudian kalau buku, biasanya pakai apa saja bu?
T : Buku itu ya
Kontakte Deutsch
, kemudian saya membuat lks sendiri yang saya ringkaskan dari buku-buku yang ada, kemudian ada buku-buku dari
Jerman. Jadi anak juga tidak terpaku dari satu buku.
D : Kalau hambatan peserta didik dalam keterampilan berbicara bahasa Jerman apa ya bu?
T : Ya kalau biasanya karena itu bahasa asing ya, kalau Jerman kan susah
aussprache
nya, beda dengan Inggris, beda dengan bahasa Indonesia. Kadang kalau menerangkan malah enak pakai bahasa Jawa. Kan ada to
bahasa-bahasa Jawa yang dari Belanda, itu kan mirip.
D : Kemudian solusinya apa saja bu? Diberikan latihan, atau?
T : Iya latihan, kemudian kita berikan kata-kata kunci, mereka jadi bisa memproduksi dialog sendiri, kemudian bisa menerapkan. Saya jarang
kok, ada dialog terus hafalkan. Karena itu nanti cuma bisa menghafal tapi tidak paham. Nah kalau membuat sendiri, kan terkait dengan diri kita
masing-masing, itu lebih mengena gitu.
D : Kemudian kan saya meneliti dengan menggunakan media gambar berseri bu, menurut ibu bagaimana nanti dampaknya terhadap keterampilan
berbicara peserta didik?
T : Ya mungkin bisa lebih baik. Barangkali kalau ada gambar, seperti komik itu atau bagaimana?
D : Iya hampir bu.
T : Iya secara visual kan anak-anak lebih bisa dan lebih mudah memahami barangkali.
D : Baik bu, begitu saja. Terima kasih Bu Tirah.