Latar Belakang Masalah Studi Deskriptif Musik Dalam Konteks Upacara Adhi Tiruwila Pada Masyarakat Hindu Tamil Di Kuil Shri Singgamma Kali Koil Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu 1 Menurut penelitian para ahli, secara umum dapat dikatakan bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu berasal dari India, berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, kemudian kontak kebudayaan yang menyebar secara perlahan-lahan dari daerah pesisir hingga sampai masalah agama dengan mendirikan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia , akan tetapi pemerintah tidak mencampuri hal-hal yang menyangkut materi ajaran dan tata cara peribadahan masing-masing agama. Adapun yang berwenang dalam mengatur materi ajaran dan tata cara peribadahan untuk Hindu adalah Parisada Hindu Dharma Indonesia PHDI. Lahirnya Parisada Hindu pada tahun 1961 telah banyak membantu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan agama Hindu di Indonesia. 2 . Kedatangan agama Hindu ke Indonesia erat hubungannya dengan datangnya masyarakat Tamil pada zaman VOC pada tahun 1602 oleh Belanda. 1 . UUD 1945 pasal 19:1 2 Buku orang India di Sumatera Utara The Indians in North Sumatera tahun 2008. Universitas Sumatera Utara Berikutnya setelah zaman kemerdekaan diperoleh, kemudian pada tanggal, 3 Januari 1946 Departemen Agama Republik Indonesia berdiri, sebagai salah satu bentuk jaminan pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Adanya pemantapan struktur organisasi Departemen Agama, maka dapat dirasakan telah dapat memberikan pelayanan kepada semua umat beragama, termasuk umat Hindu di Indonesia. Indians first came to the East and the West coasts of North Sumatera long before the Christian Era, to bring the Hindu religion Prof. Coomalaswamy “and later on also the Buddhist religion especially during the favourable monsoon from mainland India to Barus during the months November and December. Sumber: Buku orang India di Sumatera Utara The Indians in North Sumatera tahun 2008. Kedatangan berbagai etnis India ke pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah jauh sekali sebelum masehi, yaitu membawa Hindu dan terakhir kemudian juga Budha terutama masa arus angin dari India ke Barus pada bulan Nopember dan Desember. Menurut Prof. Coomalaswamy mengatakan bahwa Sumatera yang mula- mula sekali dari sejak sebelum Masehi menerima pendatang India 3 Di Lobu Tua Barus Pantai Barat propinsi Sumatera Utara telah ditemukan batu bersunat, tetapi atas perintah pembesar Belanda kepada Raja Barus Sutan Mara Pangkat sebagian telah dihancurkan. Adapun sisa- . Kaitannya erat dengan datangnya masyarakat Tamil, yang membawa pengaruh atas perdagangan dan adat budaya kepada masyarakat di tepi pantai barat Sumatera Utara dan mereka menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta Sakti, 1993:14. At Lobu Tua in Barus on the western coast of Sumatra Province, stone inscription was found but by the order of the Duth Controller to the Raja of Barus named SUTAN MARA PANGKAT, half of the stonewas destroyed. The remains of the inscription have been still preserved in the archeological section of the Central Museum in Jakarta. 3 Buku orang India di Sumatera Utara The Indians in North Sumatera tahun 2008. Universitas Sumatera Utara sisa dari pecahan batu prasasti itu disimpan di seksi arkeologi Museum Pusat Jakarta. Prasasti Lobu Tua itu dapat kita ketahui bagaimana eratnya hubungan perdagangan dan budaya “benua” India dengan Sumatera Buku orang India di Sumatera Utara tahun 2008 halaman 1. Hindu mayoritas etnik Tamil. Tamil adalah sebuah kelompok etnis Tamil yang berasal dari Asia Selatan. Komunitas Tamil yang paling tua berasal dari India bagian selatan Sri Lanka bagian Timur Laut. Mereka memiliki sejarah yang ditulis lebih dari 2.000 tahun. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Tamil dan agama mereka adalah agama Hindu, Budha, Kristen, dan Islam. Saat ini, hampir di seluruh provinsi di Indonesia telah terdapat umat Hindu yang tersebar akibat pemerataan pembangunan dan program transmigrasi sehingga pendidikan-pendidikan formal untuk mendalami ajaran agama Hindu juga mulai berkembang, dengan berdirinya sekolah Hindu. Selain sekolah Hindu, mereka juga membangun Kuil sebagai tempat beribadah atau sembahyang bagi Hindu Tamil. Sampai sekarang ini hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat Kuil, tempat umat Hindu bersembahyang memuja Ida Sanghyang Widhi Tuhan Yang Maha Esa. Selain acara persembahyangan, Kuil juga sebagai tempat melaksanakan upacara. Salah satu upacara yang ada di Kuil, secara khusus di Kuil Shri Singgamma Kali Koil yaitu upacara Adhi Tiruwila. Upacara Adhi Tiruwila merupakan acara penghormatan dan persembahan syukur kepada Dewi Dhurga yang sudah berjasa memohon kepada Dewa yang mereka yakini melalui doa yang dipanjatkan oleh Dewi Dhurga. Dhurga adalah Dewanagari yang berarti sakti. Dewi Dhurga atau Betari Dhurga yaitu ibu dari Universitas Sumatera Utara Dewa Ganesa dan Dewa Kumara Kartikeya yang digambarkan sebagai seorang wanita cantik yang berkulit kuning yang mengendarai seekor harimau. Dalam bahasa Sansekerta, Dhurga adalah yang tidak bisa dimasuki atau terpencil. Adapun doa yang dipanjatkan kepada Dewa berisi tentang permohonan supaya Dewa tidak menurunkan penyakit kolera dan cacar karena penyakit ini pada masa lampau sangat membahayakan dan dapat mengakibatkan kematian. Hal inilah yang membuat umat Hindu Tamil melaksanakan upacara Adhi Tiruwila. Upacara Adhi Tiruwila tidak terlepas dari Musik. Musik dalam upacara Adhi Tiruwila berfungsi sebagai penghibur hati Dewi Dhurga sebagai penghancur keangkara. Ensamble musik yang digunakan yaitu ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram. Ensamble Urumee Melam terdiri dari Khanjari, Simbal, Idakka, Thavil, Pampai, Thumbnail, dan Udukai. Sedangkan ensamble Nagasvaram 4 Khanjari dan Simbal adalah instrumen perkusi yang tergolong kedalam idiofon. Khanjari sama dengan Tamborin. Idakka dianggap Devavadyam hanya diiringi dengan Tabla. Tabla berasal dari bahasa Arab yaitu “tabl” yang artinya “drum”. Tabla tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi dalam ensamble Urumee Melam dan Nagasvaram berasal dari India Selatan. Instrumen perkusi Idakka, Thavil, Pampai, Thumbnail, dan Udukai dimainkan dengan menggunakan stik yang terbuat dari rotan. Instrumen ini sering digunakan pada saat upacara yang diadakan di Kuil. 4 Dalam hal ini ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram berasal dari India Selatan sedangkan instrumen Tabla berasal dari India Utara. Hal ini disebabkan karena pemain musik yang mengiringi upacara Adhi Tiruwila tersebut berasal dari Malaysia, yang pada dasarnya di Malaysia adalah mayoritas India Utara. Universitas Sumatera Utara instrumen ilahi, lazim dimainkan di Kuil. Instrumen perkusi Idakka berbentuk drum yang tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi Thavil berbentuk barrel yang tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi Pampai tergolong ke dalam membranofon, yaitu instrumen sepasang drum yang berkepala ganda. Instrumen perkusi Thumbnail juga tergolong ke dalam membranofon. Instrumen perkusi Udukai berbentuk drum yang tergolong ke dalam membranofon. Dalam upacara Adhi Tiruwila, musik memiliki aturan tertentu, dengan kata lain tidak sesuka hati untuk dimainkan. Sebelum upacara Adhi Tiruwila dimulai, musik ensemble Urumee Melam dimainkan terlebih dahulu di dalam Aula yang bertujuan untuk menyenangkan hati Dewi Dhurga dan menghibur orang-orang yang hadir pada saat upacara dilaksanakan. Setelah selesai ensamble Urumee Melam dimainkan, acara dilanjutkan dengan pembukaan upacara atau penaikan bendera yang diberi lambang singa berwarna kuning sebagai lambang Dewi Dhurga, yang diiringi dengan ensamble Nagasvaram. Bahkan upacara yang berlangsung selama tiga hari berturut-turut selalu diiringi oleh musik yaitu ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram. Pada perayaan upacara Adhi Tiruwila, ada beberapa tahap yang dilaksanakan oleh masyarakat Tamil di Kuil Shri Singgamma Kali. Mereka melaksanakan upacara ini selama tiga hari yaitu pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Pada hari pertama Jumat hari pemujaan Dewi, hari kedua Sabtu yaitu Trobathi Amma, dan pada hari yang ketiga Minggu disebut Phu Kargem. Acara yang dilaksanakan selama tiga hari ini yaitu untuk kemenangan dan Universitas Sumatera Utara menyenangkan hati Dewi Dhurga. Penutupan upacara Adhi Tiruwila adalah upacara kurban, yaitu upacara pemotongan kambing sebanyak 31 ekor yang dilaksanakan pada hari Selasa. Upacara Adhi Tiruwila bukan hanya dihadiri oleh masyarakat Hindu Tamil saja, tetapi juga masyarakat yang beragama Islam, Kristen, dan Budha. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari juga, jemaat yang ikut sembahyang di Kuil Shri Singgamma Kali Koil ini bukan jemaat Hindu Tamil saja, tetapi agama yang lain juga, antara lain Islam, Kristen dan Budha. Hal ini disebabkan oleh keyakinan mereka ketika mendapatkan kesembuhan penyakit dan peningkatan perekonomian yang baik setelah beribadah dari Kuil. Upacara Adhi Tiruwila dihadiri jemaat bahkan orang luar yang menyaksikan upacara ini sebanyak lebih kurang 1000 orang. Upacara Adhi Tiruwila adalah upacara doa bersama dan ritual tahunan Dewi Dhurga sebagai penghancur keangkara murkaan 5 5 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Anan Kumar pada tanggal 10 Januari 2011 di Kuil Singgamma Kali. . Salah satu unsur penting dalam upacara Adhi Tiruwila adalah mantra. Istilah bagi mereka ketika mengucapkan mantra atau dengan kata lain chanting yaitu Manthire Upethesem. Mantra dalam upacara keagamaan merupakan doa atau kata-kata yang diucapkan atau dinyanyikan oleh pemimpin upacara yaitu Guru Kal, yang memiliki arti dan terkadang rahasia sifatnya. Mantra wajib hadir dalam setiap upacara, tiada upacara yang lengkap tanpa mantra. Universitas Sumatera Utara Mantra berasal dari dua suku kata yaitu ‘ man ‘ dan ‘ tra ‘ 6 6 Kitab catur veda, yaitu kitab suci agama Hindu. . Suku kata ‘ man ‘ merupakan singkatan dari kata ‘ manan ‘ yang berarti berfikir, sedangkan kata ‘ tra ‘ berasal dari kata ‘ trana ‘ yang berarti bebas, bebas dari keterikatan, sengsara dan penderitaan. Berdasarkan pengertian mantra secara etimologi di atas maka untuk memperoleh berkat dari pengucapan mantra itu diperlukan persyaratan tertentu, misalnya kesucian hati atau keheningan hati, pengertian akan makna mantra, kekhusukan pikiran pada saat melafalkan mantra. Tidak semua umat Hindu mampu memenuhi persyaratan itu, oleh karenanya hanya orang-orang tertentu yang telah disucikan saja yang dapat melatih diri dengan tekun dapat menguasai mantra itu. Mantra-mantra ini biasanya hanya dapat dinyanyikan oleh para Guru Kal, Pendeta, dan pemimpin upacara keagamaan lainnya. Mantra yang demikian merupakan ucapan atau nyanyian suci yang ditujukan kepada Tuhan atau roh-roh halus, bersifat rahasia, mengandung makna yang tersembunyi dan kekuatan gaib yang sulit dimengerti dengan akal biasa dengan gaya-gaya atau getaran sangat hebat, meskipun tidak semua mantra yang demikian. Tujuan dari merahasiakan mantra adalah agar tidak disalahgunakan untuk hal yang tidak baik seperti : mengendalikan orang lain, menyakiti sesama dan lain sebagainya. Oleh karena itu, ilmu mantra baru boleh diajarkan setelah pemahaman dan penghayatan keagamaan seseorang itu telah kuat. Universitas Sumatera Utara Walaupun demikian ada mantra yang sifatnya universal yang wajib diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh umat Hindu. Mantra ini dikenal dengan nama Mantra Koodi Maram dan mantra Gauri Storasa-namaha yaitu mantra yang harus diucapkan oleh umat Hindu setiap upacara Adhi Tiruwila yang ditujukan kepada Dewi Dhurga. Pada upacara keagamaan, mantra ini dinyanyikan oleh Guru Kal dan umat dalam bentuk lagu pujian atau doa dalam bentuk syair. Mantra memiliki banyak jenis dan ragam. Ada mantra yang hanya terdiri dari dua, tiga, atau lima suku kata, seperti : om, Aum, Om Ang Ah, Aum Ung Mang, Sang bang, Ang, Ing, dan sebagainya. Mantra semacam ini disebut bija mantra atau pranawa. Bija Mantra yaitu suara yang merupakan simbol. Bija-bija inilah yang harus diingat dan dikenal baik-baik bila belajar mengucapkan karena kekuatan dari mantra ada dalam bija tersebut 7 1 Sadhana. Sadhana adalah jalan yaitu yang meliputi adanya guru, adanya upacara abhiseka atau diksa yakni upacara yang diadakan bertujuan agar mendapat restu dan ijin mengucapkan mantra. . Mantra yang mempunyai kekuatan dan gaya-gaya yang sangat kuat dan hebat harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : 2 Adanya Dewata yang merupakan sarana untuk mencapai tujuan menurut nama sifat dengan segala sifatnya. 3 Percaya dan yakin kepada kebenaran dan kekuatan mantra itu. 4 Adanya suara- suara inti sebagai bija benih yang diucapkan. 7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Welaidem di Kantor Kuil Shri Mariamman pada tanggal 27 Januari 2011. Universitas Sumatera Utara Bila keempat hal tersebut diatas dipenuhi maka mantra akan mempunyai kekuatan tertentu. Kekuatan inilah yang hendak diwujudkan dalam mengucapkan mantra, sehingga tercapai tujuan dari mantra tersebut. Mantra pada upacara Adhi Tiruwila ini merupakan suatu penyajian yang menarik perhatian penulis. Mantra merupakan kata-kata atau doa. Disini yang menjadi objek penelitian penulis adalah musik. Yang dimaksud musik dalam upacara Adhi Tiruwila yaitu musik instrumen dan musik vokal. Musik instrumen terdiri ensamble Urumee Melam dan ensamble Nagasvaram, sedangkan musik vokal yang dimaksud penulis yaitu mantra dinyanyikan tanpa diiringi musik. Di dalam mantra ini terdapat teks yang berisi doa. Melodi teks mantra mengandung unsur musikal yang berhubungan dengan bahasa, sehingga mengkombinasikan keseluruhan mantra ini menjadi sebuah nyanyian musik vokal. Mantra ini dinyanyikan sebagai media komunikasi spiritual terhadap Dewi Dhurga dan alam gaib. Sedangkan bahasa yang digunakan pada waktu menyanyikan mantra dalam upacara ini adalah bahasa Sansekerta. Dalam menjelaskan mantra sebagai musik vokal di atas, penulis mengacu kepada teori Malm, 1977:4 yang mengatakan bahwa peristiwa bunyi mana saja dapat dianggap dan diteliti sebagai musik bila mengandung kombinasi elemen- elemen yaitu nada, ritem, dan dinamika. Adapun teks mantra berasal dari kitab Mantra yang dimiliki oleh umat Hindu yaitu kitab Catur Veda. Kitab ini tersusun dalam bentuk syair-syair pujaan. Mantra ini termasuk nyanyian yang logogenik, dimana mengutamakan teks dari pada struktur musiknya Malm, 1977:13. Dengan mengetahui teks mantra lagu Universitas Sumatera Utara yang terdiri dari kata-kata, rangkaian kalimat, serta makna-makna yang diungkapkan oleh isi teks, dapat dilihat bagaimana perilaku umat Hindu sebagai pendukung upacara ini, sehingga dapat diketahui tujuan apa yang akan diinginkan dari nilai-nilai religius yang tercermin dari mantra ini. Hal ini lebih lanjut dinyatakan oleh Merriam, 1964:187 bahwa salah satu sumber atau bahan yang paling jelas mengenai perilaku manusia dalam hubungannya dengan musik adalah teks lagu. Alasan lain mengapa penulis memilih judul di atas dengan mengacu pada teori Nettl, 1964:5 yang mengatakan salah satu studi Etnomusikologi yang mempelajari musik bukan hanya batasan tetapi juga penting untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan masyarakatnya. Berangkat dari sinilah penulis ingin mengetahui dan meneliti berbagai aspek yang terkait dengan deskripsi upacara, musik dan teks mantra yang terdapat dalam pelaksanaan upacara Adhi Tiruwila. Hal-hal di atas tersebut yang menjadi dasar penulis sehingga memilihnya menjadi tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra USU Medan. Dengan demikian penulis memberi judul: “STUDI DESKRIPTIF MUSIK DALAM KONTEKS UPACARA ADHI TIRUWILA PADA MASYARAKAT TAMIL DI KUIL SHRI SINGGAMMA KALI KOIL MEDAN”.

1.2 Pokok Permasalahan