diperlukan. Barang-barang yang dibeli secara tidak terencana produk impulsive lebih banyak pada barang yang diinginkan untuk dibeli, dan kebanyakan dari
barang itu tidak diperlukan oleh pelanggan. Menurut penelitian Engel et.al, 1995 : 156 pembelian berdasar impulse
mungkin memiliki satu atau lebih karekteristik berikut ini : a. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen
untuk menjadi beli sekarang, sering sebagai respon terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat jualan.
b. Kekuatan , kompulasi dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.
c. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli seseorang disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai menggairahkan,
menggetarkan atau liar. d. Ketidak pedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi
begitu ditolak sehingga akibat yang mungkin negative diabaikan.
2.2.8 Hubungan Harga terhadap Perilaku Impulse Buying
Berkaitan dengan impulse buying bagi konsumen maka harga adalah salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengkomsumsi
produk. Harga memiliki dua peranan utama. Menurut Tjiptono 1998 dalam Harjanti dan Saputra 2005 yaitu 1 peranan alokasi harga yaitu fungsi harga
dalam membantu para pembeli untuk memperoleh manfaat tertinggi yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
diharpkan berdasarkan daya belinya, 2 peranan informasi harga yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas.
Untuk menarik para konsumen agar membeli atau mengunakan suatu produk, maka produsen atau penjual dapat menggunakan harga dengan harga
promosi. Harga tersebut dapat dilakukan dengan cara menjual barang dengan dibawah harga pasar yaitu menetapkan harga spesial pada waktu event-event
tertentu, dan pada periode tertentu memberikan potongan harga dan berbagai macam bonus.
Menurut Stern 1962 dalam Semuel 2006:105 menyatakan bahwa salah satu karakteristik pembelian tidak terencana terhadap produk adalah harga rendah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menarik para konsumen agar membeli, maka perusahaan dapat menggunakan harga sebagai
langkah-langkah membuat konsumen merasa bahwa harga yang ditawarkan oleh perusahaan sesuai dengan harapan pelanggan.
2.2.9 Hubungan Iklan terhadap Perilaku Impulse Buying
Iklan merupakan alat komunikasi non personal antara produsen dan calon konsumen yang disampaikan melalui media yang dibayar oleh sponsor yang
bertujuan untuk membujuk orang membeli produk yang ditawarkan Bovee dan Arens, 1986: 5.
Menurut Stanton 1997:186 terjemahan Sundara, adalah: Periklanan terdiri dari semua kegiatan yang terlibat didalamnya penyajian suatu pesan yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
non personal tidak tertuju pada personal tertentu disuarakan oral visual dan dibiayai terbuka untuk suatu produk.
Jadi dapat disimpulkan bahwa periklanan dimaksudkan sebagai alat komunikasi ke bentuk penyajian melalui berbagai media guna menyampaikan
pesan mengenai produk, jasa, atau ide yang ditujukan pada calon pembeli dan juga berperan untuk mempengaruhi atau membujuk para calon pembeli agar
membeli produk yang dijual. Melalui iklan pembeli produk pariwisata bisa memilih tujuan wisata,
memutuskan membeli produk pariwisata dapat saja dilakukan secara impulsif, misalnya dengan memutuskan memesan paket wisata yang sebelumnya tidak
direncanakan atau setelah membandingkan dengan paket tujuan wisata lainnya secara online Stern, 1962. Tetapi memutuskan pembelian secara offline, itupun
dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk pembelian impulsif yang dikemukakan Stern 1962 dan Rook1987. Dengan demikian karakteristik
pembelian produk wisata melalui informasi iklan internet, berpotensi untuk masuk kategori pembelian impulsif seperti membeli produk lainnya
2.2.10. Hubungan Pelayanan terhadap Perilaku Impulse Buying