Bercerita dengan Alat Peraga

Pelajaran 5 Kesehatan 101

B. Bercerita dengan Alat Peraga

Supaya dapat bercerita dengan baik dan menarik, kita perlu memahami isi cerita secara utuh dan mendalam. Dengan demikian, penghayatan dapat terbentuk dengan sendirinya. Selain itu, urutan cerita, volume suara, lafal, intonasi, mimik wajah, dan gerakan anggota tubuh perlu juga diperhatikan. Hal ini dapat mendukung proses penjiwaan yang kita bangun bagi pendengar. Selain memerhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pen- ceritaan di atas, akan lebih baik jika saat bercerita kalian meng- gunakan alat peraga. Beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dengan penggunaan alat peraga dalam bercerita antara lain berikut. a. Pilihlah alat peraga yang sesuai dengan isi cerita yang kalian sampaikan. b. Pilihlah alat peraga yang sederhana, sehingga kalian dapat menggunakannya secara mudah. c. Pilihlah alat peraga yang bentuknya menarik, unik, dan mewakili peristiwa atau hal yang kalian peragakan. d. Gunakan alat peraga seefektif mungkin untuk mendukung kemenarikan kalian dalam bercerita. Perhatikanlah kutipan cerita berikut beserta uraiannya sebagai bahan pembelajaran kalian Tujuan Pembelajaran Tujuan belajar kalian adalah dapat bercerita dengan alat peraga secara menarik. Sumber: Dok. Penerbit Dahulu ada seekor bangau tua yang susah. Susah karena ia tak dapat menangkap ikan secepat dulu lagi. Usia telah menggero- goti kekuatan dan kegesitannya. Padahal, telaga tempat ia tinggal banyak sekali ikannya yang berwarna-warni. Si bangau tua telah menjadi loyo dan lemah, tak lagi mampu menangkap ikan. “Aku harus menggunakan siasat,” pikir bangau tua itu. Lalu ia pasang aksi di tepi telaga. Berdiri tepekur dengan wajah murung dan sedih. Ikan-ikan dan kodok yang berenang di dekatnya sengaja tidak ia hiraukan. Padahal, biasanya ia selalu mematuk atau memangsa ikan-ikan itu. Seekor kodok bertanya, “Pak Bangau, mengapa Anda kelihatan sedih sekali? Tidak mencoba menangkapku?’’ Berdasarkan petikan cerita di atas, kalian dapat mengambil contoh alat peraga berikut. 1. Burung kertas digunakan sebagai tokoh bangau. 2. Peran ikan-ikan dapat diperankan dengan karet penghapus atau benda-benda kecil lainnya. 3. Karakter kodok dapat diperankan dengan alat peraga benda yang berbentuk cekung. Di unduh dari : Bukupaket.com Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 102 Uji Kemampuan 2 Simaklah cerita berikut dengan cermat Pada suatu hari ada seseorang pergi ke hutan. Ketika sedang berjalan, dia mendengar suara keluhan binatang. Setelah mencari-cari, dia melihat seekor srigala di atas pohon, tidak begitu tinggi. Kaki srigala itu terjepit pada suatu dahan yang retak. Badannya tergantung dengan tiga kaki lain melayang-layang di udara. “Hai manusia Tolonglah aku” seru Sri- gala ketika melihat manusia lewat di dekat- nya. ... Manusia itu berdiam diri lagi sebentar, lalu, “Bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Aku mau saja melepaskanmu, tetapi siapa tahu begitu kau bebas akan menerkamku?” “Ah, manusia Aku tidak akan bisa bergerak lagi. Kepalaku pusing karena terbalik begini sejak lama. Sebegitu kau melepaskan- ku, cepat-cepatlah pergi Dengan begitu kau yang tidak memercayai rasa terima kasihku akan merasa aman terhindar dari terkaman- ku.” Demikianlah yang terjadi. Manusia ber- jinjit naik ke batang paling rendah, mencapai batang yang menjepit kaki srigala. Binatang itu sangatlah berat dalam gendongan manusia. Lalu diletakkan di tanah. Belum sampai si manusia bangkit dan menjauh, srigala telah mencengkeram lengannya, “Karena terlalu lama tergantung di atas, aku sangat lapar. Aku akan memakanmu, hai, Manusia” ... Si srigala mulai hendak menancapkan taring ke leher korbannya, tetapi si manusia segera berkata, “Tunggulah barang sebentar, hai, Srigala. Aku tidak bisa melarikan diri lagi karena ada dalam cengkeramanmu. Tetapi aku ingin sekali mendengar pendapat anjing- ku. Menurut dia, apakah aku telah bertindak benar menyelamatkan kau. Ataukah kamu yang benar karena hendak memakan diriku.” Air liur bertetesan karena keinginannya hendak makan, tetapi dia setuju pikiran yang diusulkan manusia. Orang itu memanggil anjingnya. Katanya, “Hai, Anjing yang setia, inilah Srigala yang telah kulepaskan dari ba- haya maut. Sebagai ucapan terima kasihnya, dia akan mengambil diriku untuk santapannya. Menurutmu, benarkah itu?” “Ah, Manusia. Aku tidak tahu mana yang benar, mana yang salah. Aku telah melayanimu bertahun-tahun. Dan tadi kau berkata sendiri bahwa aku adalah anjing yang setia. Tetapi tadi pagi, aku juga mendengar kau mengatakan kepada istrimu bahwa aku sudah menjadi tua, bahwa kau sedang mencari anjing lain buat menggantiku. Ah, Manusia, padahal aku telah menjaga ternakmu seumur hidup. Aku telah melayani keluargamu dari kakek sampai anak-anakmu. Benar-benarlah aku tidak tahu apa yang harus kukatakan dalam perkara si Srigala ini.” Mendengar itu, srigala semakin mena- namkan taring ke daging manusia yang telah menolongnya. “Tunggulah, hai, Srigala Kita belum mendengar apa yang dipikirkan kudaku” “Cepatlah sedikit Aku semakin merasa lapar” “Hai, Kudaku Apakah benar kelakuan Srigala jika dia memakanku?” “Ah, Manusia Sudah lama aku bekerja untukmu. Sekarang aku merasa capek dan lemah. Ternakmu di padang telah lama tidak terganggu oleh srigala. Sekarang kau kaya, memiliki uang cukup. Tadi, pagi kau berun- ding dengan istrimu akan membeli kuda yang baru yang lebih kuat? Betul seperti kata Anjing, aku tidak bisa mengatakan apakah kau atau si Srigala yang berkelakuan baik.” Baru saja kuda memberikan kata hati- nya, lewatlah seekor rubah. “Sebentar lagi hai, Srigala,” kata manusia kepada srigala yang sudah tidak sabar lagi hendak mencekik Air Susu Dibalas Air Tuba Di unduh dari : Bukupaket.com Pelajaran 5 Kesehatan 103 leher manusia. “Inilah rubah yang baru datang. Aku ingin mendengarkan apakah pikirannya sama dengan anjing dan kudaku.” Dan manusia pun bertanya kepada si rubah. Dia menceritakan apa yang telah terjadi. Rubah menengadah, mencari pohon mana dan cabang mana yang telah mencelaka- kan srigala. “Itulah dia, pohon di sana itu” sahut Srigala. “Di cabang yang paling rendah katamu? Masa, begitu tinggi kau bisa naik?” “Ya, aku naik ke atasnya” seru Srigala. “Bagaimana mungkin?” tambah Rubah lagi. “Apalagi kata kalian, si Srigala sampai terjepit kakinya Ah, aku tidak bisa memba- yangkannya” “Tapi itu benar-benar telah terjadi” kata Srigala semakin panas hatinya. “Kalau tidak melihat sendiri, aku tidak bisa memercayai hal itu bisa terjadi.” Srigala melepaskan manusia, tegak berdiri, bulu-bulunya mengembang. Dengan geram dia berkata, “Apakah itu berarti bahwa kau menganggapku sebagai pendusta?” “Jangan salah paham Cobalah kau tempatkan dirimu di pihakku. Tentulah kau tidak akan semudah itu memercayai cerita yang aneh. Masa, Srigala dapat naik ke cabang itu Meskipun kelihatan rendah, tetapi memerlukan kesigapan buat mencapainya.” Tanpa menunggu kalimat atau kata-kata lain, srigala telah melompat, naik ke dahan yang menjadi pembicaraan. “Begini” seru- nya. “Sekarang apakah kau percaya?” si Rubah tampak terperanjat. “Aaaaah, hebat Lalu bagaimana ka- kimu terjepit?” Srigala menempatkan satu kakinya ke dalam retakan kayu. “Begini,” katanya lagi. Dan tiba-tiba dia tergelincir, tubuhnya kehilangan keseimbangan. Sekali lagi dia tergantung, kepala di bawah, satu kaki di antara jepitan cabang. “Nah, sekarang aku percaya bagaimana kau bisa naik dan terjepit di atas pohon” kata si Rubah. Srigala menjerit dan berteriak. Tak seorang pun memerhatikannya. Manusia menoleh kepada Rubah, katanya “Aku ber- terima kasih kepadamu, hai, Rubah. Apakah yang dapat kuberikan kepadamu sebagai ganti pertolonganmu?” “Oooh, kalau memang kau hendak menyenangkan hatiku, bawakanlah aku satu karung penuh dengan ayam yang gemuk.” Keesokan harinya, manusia datang ke tempat perjanjian. Dia meletakkan karung yang dijinjing di punggung. “Inilah yang kauminta,” katanya. “Hanya ada suara seekor ayam” sahut Rubah. “Ya, yang lain kupukuli supaya tidur. Habis, suaranya ribut sekali.” Rubah mende- katkan moncong ke lubang karung. “Hmmmmm, bau ayam Sedap sekali” “Akan lebih keras lagi baunya di sebelah dalam” kata manusia sambil membuka karung lebih lebar. Dan si Rubah memasuk- kan setengah moncongnya ke lubang. Lebih ke dalam lagi Si Rubah bergerak, badannya turut menyelonong ke dalam karung. Seketika itu terdengar suara perangkap yang tertutup. Mulutnya terjebak, tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya badannya menggeliat, kakinya mencakar. Tetapi manusia segera menutup karung rapat-rapat. Dia menuju pulang. Hatinya puas. Dia akan bisa membawa da- ging dan bulu rubah yang berharga. Sumber: Dongeng dari Prancis dalam Kumpulan Dongeng dari Mancanegara, 2003, dengan pengubahan Selesaikanlah soal-soal berikut dengan cermat 1. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan sebuah cerita agar menarik 2. Tuliskan beberapa contoh alat peraga yang diperlukan dalam cerita di atas Di unduh dari : Bukupaket.com Berbahasa dan Bersastra Indonesia 1 104 Sumber: Dok. Penerbit 3. Ceritakan cerita di atas dengan alat peraga yang kamu pilih 4. Diskusikan dengan temanmu hasil penceritaanmu 5. Temukanlah kelebihan dan kekurangan dalam penceritaanmu

C. Mengomentari Buku Cerita yang Dibaca