2 2 2 Penentuan Waktu Standar LANDASAN TEORI

Tabel 3.4. Ilustrasi Perhitungan IdleTime Sisipan K=2 Pada Mesin 3 Nomor tugas I Waktu Mesin 2 t

i,2

IdleTime Mesin 2 I

i,2

Waktu Baru Mesin 2 t

i,2

Waktu Mesin 3 t

i,3

IdleTime I i 2 1 3 5 4 1 3 3 8 3 2 2 1 3 5 4 8 3 6 4 5 5 2 3 2 Total 5 23 22 5 I [1],3 = t new [1],2 = 3 I [2],3 = max {0,3 + 5 – 6 – 3} = 0 I [3],3 = max {0,3 + 5 + 4 – 6 – 4 – 3 – 0} = 0 I [4],3 = max {0,3 + 5 + 4 + 8 – 6 – 4 – 5 – 3 – 0 – 0} = 2 I [5],3 = max {0,3 + 5 + 4 + 8 + 3 – 6 – 4 – 5 – 5 – 3 – 0 – 0 – 2} = 0 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa waktu tugas terakhir pada mesin 3 sama dengan jumlah kolom t

i,3

dan I

i,3

yang totalnya adalah 27 jam. Dengan demikian harga makespan untuk situasi 3 mesin di atas adalah 27 jam. Secara umum rumus mesin ke-j dalam sistem m mesin yang disusun pararel adalah sebagai berikut :                                                                     n i m i n i m i m n n t j i n i j i j i i k j k i k j k i k j k j i i j i i j i i j i I t s M F S M I t I I t t I I t t 1 , 1 , , 1 , 1 , , 1 1 , 1 1 1 1 , , , , , , , max Universitas Sumatera Utara

3.6.2. Algoritma CDS Parsial

Persoalan pengurutan dapat diajukan seperti : jika n pekerjaan i pada mesin j adalah t ij i = 1,2, … ,n ; j = 1,2, … , m, diperoleh pengurutan dari pekerjaan dengan total waktu penyelesaian makespan yang minimum. Masalah pengurutan penjadwalan seperti yang telah dijelaskan diatas adalah kombinasi dari n pengurutan yang mungkin. Jika satu dapat mewakili semua pengurutan n, waktu penyelesaian minimum dapat saja diperoleh, tetapi metode ini terlalu sulit dan tidak praktis untuk n yang besar. Algoritma yang diajukan berdasarkan dari asumsi bahwa sebuah pekerjaan dengan waktu proses total yang tinggi pada semua mesin harus diberikan prioritas yang tinggi pada waktu penyelesaian yang lebih rendah. Dua tugas dengan total waktu proses tertinggi diseleksi dari n-tugas pengurutan parsial yang paling baik untuk kedua tugas diperoleh dengan sempurna berdasarkan kepada 2 pengurutan parsial yang mungkin. Posisi relatif dari 2 tugas dengan mengikuti setiap langkah yang dianjurkan. Kemudian tugas dengan waktu proses tertinggi ketiga di seleksi dan 3 pengurutan parsial di uji kembali dimana tugas tersebut ditempatkan di awal, tengah dan akhir dari pengurutan parsial. Pengurutan parsial yang paling baik akan memberikan posisi relatif yang sesuai dari ketiga tugas tersebut. Proses ini diulangi sampai semua tugas telah sesuai dan pengurutan yang cocok diperoleh. Persamaan dari algoritma yang dimaksud adalah :   1 2 1   n n Universitas Sumatera Utara dimana n adalah jumlah tugas yang akan diurutkan. Dari contoh Tabel 3.1, penyelesaian dengan menggunakan metode algoritma CDS parsial ini terdapat 5 tugas dan 3 mesin. Berdasarkan persamaan diatas, diperoleh jumlah n = 5, maka jumlah penurunan parsial untuk menghasilkan pengurutan yang optimal adalah :   penurunan kali 14 1 2 1 5 5    Untuk lebih jelasnya dapat diikuti dengan langkah-langkan berikut : Langkah 1 : T 1 = 3 + 3 + 4 = 10 T 2 = 2 + 1 + 6 = 9 T 3 = 4 + 3 + 5 = 12 T 4 = 5 + 3 + 2 = 10 T 5 = 1 + 8 + 5 = 14 Langkah 2 : T 5 , T 3 , T 1 , T 4, T 2 Langkah 3 : Pilih tugas 5 dan 3, dan cari pengurutan parsial yang optimal dari ketugas tersebut. Tabel 3.5. Hasil Pengurutan 5-3 a dan Pengurutan 3-5 b a b Tugas i Mesin Tugas i Mesin 5-3 1 2 3 5-3 1 2 3 5 11 89 514 5 44 37 512 3 45 312 519 3 15 815 520 Dari kedua tabel diatas diperoleh pengurutan 5-3 dengan makespan 19. pada langkah selanjutnya urutan tugas selalu 5-3. Universitas Sumatera Utara Langkah 4 : Ambil tugas pada posisi ke-3 dari langkah 2, dan cari pengurutan optimal dengan menempatkan T 1 pada semua kemungkinan posisi pengurutan parsial 5-3 pada langkah sebelumnya. Tabel 3.6. Hasil Pengurutan 5-3-1 a, 5-1-3 b dan 1-5-3 c a b Tugas i Mesin Tugas i Mesin 5-3-1 1 2 3 5-1-3 1 2 3 5 11 89 514 5 11 89 514 3 45 312 519 1 34 312 418 1 38 315 423 3 48 315 523 c Tugas i Mesin 1-5-3 1 2 3 1 33 36 410 5 44 814 519 3 48 317 524 Dari tiga kombinasi yang mungkin diperoleh hasil pengurutan parsial diperoleh dari urutan tugas 5-1-3 dengan hasil makespan minimum 23. Langkah 5 : i  n, maka kembali diulang langkah 4. Langkah 4 : Pilih tugas pada posisi ke-4 dari langkah 2 tugas 4, dan cari pengurutan optimal dengan menempatkan T 4 pada 4 posisi kemungkinan dari pengurutan parsial 5-1-3 yang diperoleh dari langkah 4 diatas. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.7. Hasil Pengurutan 5-3-1-4 a, 5-1-4-3 b, 5-4-1-3 c dan 4-5-1-3 d a b Tugas i Mesin Tugas i Mesin 5-1-3-4 1 2 3 5-1-4-3 1 2 3 5 11 89 514 5 11 89 514 1 34 312 418 1 34 312 418 3 48 315 523 4 59 315 220 4 413 318 225 3 413 318 525 c d Tugas i Mesin Tugas i Mesin 5-4-1-3 1 2 3 4-5-1-3 1 2 3 5 11 89 514 4 55 38 210 4 56 312 216 5 16 816 521 1 39 315 420 1 39 319 445 3 413 318 525 3 413 322 530 Dari k-4 posisi yang mungkin diperoleh 3 kemungkinan memiliki nilai makespan minimum, yaitu 25. Tetapi untuk pengurutan penjadwalan berikutnya belum selesai maka dipilih salah satu kemungkinan, yaitu posisi urutan tugas 5-4-1-3. Langkah 5 : i  n, maka kembali diulang langkah 4. Langkah 4 : Ambil tugas pada posisi terakhir pada langkah 2, yaitu T 2 untuk ditempatkan pada posisi ke-5 dari pengurutan parsial 5-4-1-3 dan pilih posisi yang kemungkinan paling optimal dari 5 kemungkinan berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.8. Hasil Pengurutan 5-4-1-3-2 a, 5-4-1-2-3 b, 5-4-2-1-3 c, 5-2-4-1-3 d dan 2-5-4-1-3 e a b Tugas i Mesin Tugas i Mesin 5-4-1-3-2 1 2 3 5-4-1-2-3 1 2 3 5 11 89 514 5 11 89 514 4 56 312 216 4 56 312 216 1 39 315 420 1 39 315 420 3 413 318 225 2 211 116 626 2 215 119 6 31 3 415 319 5 31 c d Tugas i Mesin Tugas i Mesin 5-4-2-1-3 1 2 3 5-2-4-1-3 1 2 3 5 11 89 514 5 11 89 514 4 56 312 216 2 23 110 620 2 28 113 622 4 58 313 222 1 311 316 426 1 311 316 426 3 415 319 5 31 3 415 319 5 31 e Tugas i Mesin 2-5-4-1-3 1 2 3 2 22 13 69 5 13 811 516 4 58 314 218 1 311 317 422 3 415 320 5 57 Dari hasil pengurutan diperoleh posisi tugas yang paling baik dan optimal yaitu 2-5-4-1-3 dengan hasil makespan minimum 27. Langkah 5 : i = n, maka maka pengurutan posisi telah selesai. Gambar 3.11. merupakan Gantt Chart dari waktu penyelesaian untuk contoh dengan pengurutan tugas 2-5-4-1-3, yaitu : Universitas Sumatera Utara Mesin 3 6 9 12 15 18 21 24 1 2 Waktu 27 30 3 4 2 5 3 2 5 2 5 3 1 3 5 4 1 4 Gambar 3.11. Hasil Pengurutan Tugas-tugas Menurut Pengurutan Parsial Dari hasil perbandingan pengurutan penjadwalan dengan menggunakan kedua metode diatas baik metode CDS secara konvensional maupun metode CDS parsial, memperoleh hasil makespan yang sama, yaitu 27 jam. Tetapi kelebihan dari CDS parsial merupakan cara menghitung atau mencari pengurutan optimal dengan algoritma yang lebih mudah dipahami. Dan selain itu idle time dari mesin- mesin lebih kecil dibandingkan dengan CDS konvensional, artinya utilitas mesin sangat tinggi. Hal ini dapat dibandingkan melalui Gambar 3.10, CDS secara konvensional dan Gambar 3.11, CDS parsial.

3.7. Penentuan Waktu Standar

Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu standar penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Sistem kerja yang terbaik adalah sistem kerja yang memiliki efisiensi dan produktifitas setinggi-tingginya. Cara-cara pengukuran untuk mendapatkan sistem kerja terbaik ini dilakukan dengan suatu teknik yang disebut pengukuran kerja. Universitas Sumatera Utara Bagian ini berisi pengukuran waktu, tenaga dan akibat-akibat sosiologis dan psikologis. Tetapi mengingat keterbatasan waktu tenaga dan biaya, maka dalam penyusunan laporan tugas akademis ini pembahasan tentang pengukuran kerja dan sistem kerja ini tidak dilakukan. Sehingga waktu kerja yang diperoleh adalah waktu kerja yang dihasilkan oleh sistem kerja yang ada saat ini. Penentuan waktu standar dilakukan secara sistematis seperti yang akan diuraikan berikut ini dan skemanya dapat dilihat pada Gambar 3.12 dibawah ini : Gambar 3.12. Langkah-Langkah Penentuan Waktu Standar 1. Pengukuran Pendahuluan Tujuan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran yang harus dilakukan pada tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan Universitas Sumatera Utara yang diinginkan. Dalam tugas akademis ini tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan yang akan digunakan adalah 5 dan 95. Untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus dilakukan, diperlukan beberapa tahap pengukuran pendahuluan sebagai berikut : - “Pengukuran pendahuluan tahap pertama yang banyaknya ditentukan oleh pengukur. Biasanya sepuluh kali atau lebih. Dilanjutkan dengan menguji keseragaman data, menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan dan bila jumlah pengukuran belum mencukupi dilanjutkan dengan pengukuran pendahuluan tahap kedua. - Dalam hal pengujian kecukupan data pengamatan yang diperlukan, untuk tingkat ketelitian 5dan tingkat keyakinan 95”, maka : 0,05 x = 2 x  “Dimana x adalah harga rata-rata sebenarnya dari waktu penyelesaian yang dirumuskan dengan : N x x i   Dengan : i x = Harga-harga waktu penyelesaian yang tercatat dalam pengukuran. N = Banyaknya pengukuran yang telah dilakukan. x  = Standar deviasi distribusi harga rata-rata sampel waktu penyelesaian yang diukur besarnya :   ` 2 2 1 N x x N i i N x      Universitas Sumatera Utara N` = Banyaknya pengukuran yang diperlukan untuk tingkat ketelitian dan keyakinan tersebut. Sehingga :   ` 05 , 2 2 2 N x x N N x i i N i      Dan dengan penyelesaian aljabar biasanya akhirnya akan didapat :                  i i i x x x N N 2 2 40 ` 2. Peta Kontrol Untuk mendapatkan informasi apakah proses pengumpulan data hasil pengukuran waktu memenuhi spesifikasi, maka diteliti dengan peta kontrol. Jika diinginkan peluang dalam kontrol sebesar 95, maka batas kontrol atas BKA dan batas kontrol bawah BKB, serta garis tengah GT” adalah : BKA =  3  x GT = N x x i   BKB =  3  x 3. Waktu Terpilih Apabila uji keseragaman data telah dipenuhi dan jumlah data yang dibutuhkan pada tingkat ketelitian dan kepercayaan diperoleh, dapat ditentukan waktu terpilih. Ada dua cara dalam menentukan waktu terpilih ini, yaitu melalui perhitungan waktu rata-rata average, merupakan rata-rata dari harga masing- masing elemen kegiatan, dan cara yang lain adalah modal method yakni nilai Universitas Sumatera Utara waktu yang paling sering muncul dalam data. Dengan menggunakan perhitungan waktu rata-rata, rumus menentukan waktu terpilih adalah : WT = N x i  4. Rating Factor Dalam kenyataannya apabila seorang pekerja melakukan pekerjaan yang sama dengan metode yang sama, hasil pekerjaan yang mereka peroleh cenderung tidak sama. Hal ini disebabkan perbedaan-perbedaan yang ada pada setiap individu baik kemampuan fisik, pendidikan, kemauan dan bakat untuk suatu jenis pekerjaan tertentu atau faktor lainnya. Selama pengukuran berlangsung, peneliti harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran bisa saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-oleh diburu waktu atau karena kesulitan-kesulitan seperti kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti itu sering mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu lamanya waktu penyelesaiannya. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu standard yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang standard dan diselesaikan secara wajar. Rating factor diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan waktu yang wajar. Dalam tugas akademis ini, sistem rating yang digunakan adalah Westinghouse System of Rating. Cara ini mengarahkan penilaian terhadap empat Universitas Sumatera Utara faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu : keterampilan skill, usaha effort, kondisi kerja condition, dan konsistensi consistency. Keempat faktor di atas diklasifikasikan lagi masing-masing atas enam kelas yang terlihat dalam Lampiran 6 dan Lampiran 7. 5. Waktu Normal Setelah waktu terpilih WT diperoleh, maka selanjutnya ditentukan waktu normalnya WN dengan mengalikan WT dengan suatu rating factor yang dirumuskan sebagai : WN = WT x 1+p Dimana : WN = Waktu normal. WT = Waktu terpilih p = Factor Westinghouse 6. Allowance Allowance adalah penambahan terhadap waktu normal yang telah didapatkan. Allowance diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue keletihan dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindari. 7. Waktu Standar Waktu standar suatu pekerjaan ditentukan dengan jalan mengukur waktu normal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan ditambah dengan allowance untuk kepentingan pribadi, kelelahan dan hal-hal yang tidak dapat dihindari. Universitas Sumatera Utara Waktu standar WS diperoleh dengan rumus : WS = WN x [100100 – Allowance] Dimana : WS = Waktu Standar. WN = Waktu Normal. Allowance = Kelonggaran dalam Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di departemen produksi pada mesin produksi di PT. Jakarana Tama. Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 25 Juni 2007 sd 25 Juli 2007.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang meneliti unit-unit utama proses produksi yang dikerjakan oleh mesin yang terdapat pada lintasan produksi.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini mengumpulkan data yang terdiri dari : 1. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti melalui pengukuran dan pengamatan. Data primer diambil adalah sebagai berikut : - Jumlah produk dalam satu kali pengadukan. - Waktu proses pembuatan mie instant pada masing-masing work centre. Universitas Sumatera Utara