38
Inggris dengan judul Socialism, New York: Mac millan Publishing Co., Inc., 1962.
4
3. Fakta Sosial dalam Perspektif Emile Durkheim
Sebenarnya untuk dapat memahami pengertian fakta sosial melalui
penelusuran pengalaman
bersama, cukuplah
kalau diperhatikan bagaimana cara seorang anak dibesarkan. Apabila kita
memperhatikan fakta sebagaimana adanya dan selalu demikian adanya akan segera kelihatan bahwa setiap pendidikan merupakan usaha
terus-menerus untuk memaksakan pada anak cara memandang dan bertindak yang tidak dapat dicapai secara spontan. Dari sejak awal
hidupnya kita memaksanya untuk makan, minum dan tidur pada waktu-waktu tertentu. Kita memaksanya untuk mengenal kebersihan,
ketenangan, dan kepatuhan. Kemudian kita memaksanya agar ia belajar menghormati orang lain, menghormati adat dan kebiasaan,
perlunya kerja, dan sebagainya. Jika pada suatu saat pemaksaan ini tidak terasa lagi, hal ini dikarenakan pemaksaan itu telah membuat si
anak menjadi semakin terbiasa dan timbul dorongan batin bahwa pemaksaan tidak berguana lagi. Akan tetapi pemaksaan itu tidak
berhenti sama sekali karena masih tetap merupakan sumber dari kebiasaan itu sendiri.
5
Posisi teori Durkheim dalam paradigma ilmu sosial masuk pada paradigma fakta sosial. Hal ini sangat nyata, tampak dari konsep
teorinya yang terkenal tentang “jiwa kelompok” yang dapat mempengaruhi kehidupan individu.
6
Individu yang ada di tengah kelompok tersebut merupakan bagian pokok bagaimana mempelajari
kenyataan yang terjadi dalam sebuah wadah masyarakat. Social fact fakta sosial adalah aspek-aspek kehidupan sosial yang tidak dapat
dijelaskan dalam pengertian biologis atau psikologis dari seorang
4
Ibid.,h. 50-51.
5
Taufik Abdullah, Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1986, h. 32.
6
Ibid., h. 32.
39
individu. Fakta sosial besifat eksternal berada di luar individu. Karena sifat eksternalnya, fakta sosial merupakan realitas independen
dan membentuk lingkungan objeknya sendiri. Cotoh yang paling jelas dari fakta sosial adalah kebiasaan, peraturan, norma dan sebagainya.
7
Dalam pandangan Durkheim, kesadaran kolektif dan kesadaran individual itu sangat berbeda sebagaimana perbedaan antara kenyataan
sosial dengan kenyataan psikologis murni. Masyarakat terbentuk bukan karna sekedar kontrak sosial, melainkan lebih dari itu atas dasar
kesadaran kelompok colective conciousness. Setidaknya dijumpai dua sifat kesadaran kolektif, yakni exterior
dan constraint. Exterior merupakan kesadaran yang berada di luar individu, yang sudah mengalami proses internalisasi ke dalam
individu dalam wujud aturan-aturan moral, agama, nilai baik-buruk, luhur mulia, dan sejenisya. Constraint adalah kesadaran kolektif yang
memiliki daya „paksa‟ tehadap individu, dan akan mendapat sanksi tertentu jika hal itu dilanggar.
8
4. Klasifikasi kelompok sosial menurut Emile Durkheim
a. Kelompok solidaritas mekanis
Kata “mekanis” tidak dipakai dalam arti individualistis atau atomistis. Sebaliknya, kesadaran diri sebagai individu di zaman
purba masih lemah, sedangkan kesadaran kolektif memerintah atas bagian terbesar kehidupan orang. Kepercayaan yang sama,
perasaan yang sama, dan tingkah laku yang sama mempersatukan orang menjadi masyarakat. Apa yang dicela oleh yang satu,
dianggap begitu juga oleh yang lain. Kesatuan sosial ini disebut “mekanis”, karena anggotanya secara spontan cendrung kepada
suatu pola hidup bersama yang sama. Perbedaan antara individu- individu tidak dianggap penting, sehingga tiap-tiap orang selalu
dapat digantikan oleh orang lain. Perasaan bersatu antara mereka
7
M. Amin Nurddin dan Ahmad Abrori, MENGERTI SOSIOLOGI: Pengantar untuk Memahami Konsep-konsep Dasar, Ciputat Jakarta Selatan: UIN Jakarta Press, 2006, Cet. I, h. 9.
8
Ibid., h. 17.
40
kuat, sebab mereka mempunyai sumber kesadaran kolektif yang satu sama yang biasa disebut alam. Sumber itu dihayati sebagai
dewa, totem, masyarakat sendiri, atau salah satu asas seperti misalnya, perpaduan yang timbul dari unsur-unsur yang
berlawanan.
9
Kelompok yang dalam solidaritasnya lebih ditentukan oleh ikatan emosional, kekerabatan, persamaan cita-cita, dan ikatan
keagamaan. Jenis solidaritas mekanis ini merupakan suatu ciri khas pemersatu dari masyarakat kuno.
b. Kelompok solidaritas organis
Di sini justru perbedaan antara anggota individual membuat mereka bermasyarakat. Mereka saling membutuhkan dan oleh
karenanya menjadi bergantung satu kepada yang lain. Durkheim memakai istilah “organis” di bawah pengaruh organisisme,
khususnya sosiologi Comte yang agak kentara dalam karangannya yang pertama. Sebagaimana organ-organ yang berlainan fungsinya
menyokong dan menjamin seluruh kehidupan badan, demikian juga pandangan, perasaan, dan tindakan sosial yang berlainan
menyangga masyarakat. Dalam masyarakat moderen kebebasan individu dan toleransi terhadap keyakinan individual dan caranya
masing-masing anggota mengatur hidupnya sendiri, menonjol. Bidang-bidang kehidupan yang dikuasai oleh kesadaran kolektif,
makin menyempit. Masyarakat diandaikan tidak berhak untuk mencampuri urusan-urusan pribadi yang makin meluas.
10
B. Pembahasan
1. Kekeliruan Lingkungan Sosial Pendidikan
Lingkungan sosial sangat berperan dalam menunjang masalah pendidikan, dari lingkunganlah pendidikan mulai menanamkan
benihnya dalam diri setiap individu yang ada disekitarnya secara tidak langsung, peranannya akan selalu ada dalam masalah pendidikan.
9
K. J. Veeger, REALITAS SOSIAL: Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan Individu- Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi., Jakarta: PT. Gramedia, 1985, h. 146-147.
10
Ibid., h. 147.