4. Prof. Dr. Harun Nasution
Harun Nasution lahir pada hari Selasa, 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatra Utara dari hasil pernikahan antara Abdul
Jabbar Ahmad dengan seorang putri dari Mandailing. Harun Nasution putra keempat dari lima bersaudara, pertama, Muhammad Ayyub, kedua,
Khalil, ketiga, Sa‟idah, keempat, Harun Nasution dan kelima, Hafsah.
31
Beliau meninggal di Jakarta pada tanggal 18 september 1998. Perjalanan pendidikan beliau yaitu pada tahun 1962 Harun Nasution
mendapat tawaran beasiswa untuk belajar di McGill University Kanada, Harun Nasution memperoleh gelar MA., dengan tesis The Islamic State In
Indonesia: The Rise of The Ideologi The Movement For Its Creation and The Theory of The Masyumi,
32
setelah itu Harun Nasution melanjutkan kuliah di tempat yang sama selama dua setengah tahun untuk memperoleh
gelar Ph.D. Pada tahun 1968 ia te1ah dapat menyelesaikan kuliah di bidang ilmu kalam Islamic Studies dengan menulis disertasi berjudul:
The Place of Reason In Abduhs Theology, Its Impact On This Theological System and Views.
33
Beliau pernah menjadi Rektor IAIN Jakarta selama dua periode 1974-1982.
Menurut Azyumardi Azra yang dikutip oleh Achmad Ruslan Afendi, dalam kapasitasnya sebagai rektor, Harun Nasution ingin menjadikan
IAIN Jakarta sebagai pusat modernisasi kaum muslimin. Untuk mencapai tujuan tersebut pertama, ia melancarkan pembaharuan dengan melakukan
restrukturisasi kurikulum IAIN secara keseluruhan. Di lembaga-lembaga pendidikan umum, bidang sains dipergunakan
metode pemikiran ilmiah, sedangkan dibidang agama masih banyak memakai metode berpikir tradisional dengan teori teologi tradisionalnya.
Oleh karena itu perlu dirubah metode berpikir tradisional dan diganti
31
Achmad Ruslan Afendi Peranan Harun Nasution dalam Pembaharuan Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia, Disertasi pada IAIN Suanan Ampel Surabaya, Surabaya, 2010, h. 27, tidak
dipublikasikan.
32
Ibid., h. 29.
33
Ibid.
dengan metode berpikir rasional dan ilmiah, sehingga dengan demikian, IAIN dapat menghasilkan ulama yang berpikiran luas, rasional, filosofis
dan ilmiah dengan teologi rasional.
34
Dengan perubahan kurikulum tersebut beliau dijuluki sebagai Bapak Rasional, bahkan oleh para pakar
beliau mendapat gelar sebagai Abduhisme.
C. Pengertian Fakta Sosial
Dari segi bahasa fakta sosial terdiri dari dua suku kata, yaitu “fakta” dan “sosial”. Untuk mendefinisikan fakta sesungguhnya tidaklah mudah yang
sering kita bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup melelalahkan.
35
Apa sesungguhnya fakta itu? Di dalam Oxford Ad
vanced Learner’s Dictionary of Current English yang dikutip oleh Dadang Supardan, yang dimaksud fakta adalah sebagai
berikut. 1.
Sesuatu yang digunakan untuk mengacu pada situasi tertentu atau khusus.
2. Kualitas atau sifat yang aktual nyata atau dibuat atas dasar fakta-
fakta. 3.
Kenyataan; keyataan fisik atau pengalaman praktis sebagaimana dibedakan dengan imajinasi, spekulasi, atau teori.
4. Sesuatu hal yang dikenal sebagai yang benar-benar ada dan terjadi,
terutama yang dapat dibuktikan oleh evidensi bukti yang benar atau dinyatakan benar-benar terjadi.
5. Hal yang terjadi dibuktikan oleh hal-hal yang benar, bukan oleh
berbagai hal yang telah ditemukan. 6.
Suatu penegasan, pernyataan atau informasi yang berisi atau berarti mengandung sesuatu yang memiliki kenyataan objektif, dalam arti
luas adalah suatu yang ditampilkan dengan benar atau salah karena memiliki realitas objektif.
36
Jadi menurut penulis fakta disini lebih mengedepankan kejadian yang sering terjadi dalam suatu lingkungan yang ada disekitar manusia itu baerada.
Istilah sosial social dalam bahasa inggris dalam ilmu sosial memiliki arti yang berbeda-beda, misalnya istilah sosial dalam sosialisme dengan
34
Ibid., h. 37.
35
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Edisi I
Jakarta: Bumi Aksara, 2011, Cet. III. h. 49-50.
36
Ibid.