Struktur Navigasi Macromedia Flash Professional 8 Adobe Photoshop CS 2

c. Struktur Navigasi Non Linear

Struktur navigasi non linear tidak terurut merupakan pengembangan dari struktur navigasi linear, hanya saja pada struktur ini diperkenankan untuk membuat percabangan. Percabangan pada struktur non linear berbeda dengan percabangan pada struktur hirarki, pada struktur ini kedudukan semua page sama, sehingga tidak dikenal adanya master page atau slave page. Gambar 2.24 Struktur Navigasi Non Linear

d. Struktur Navigasi

Composit Campuran Struktur navigasi composit merupakan gabungan dari struktur sebelumnya dan disebut juga struktur navigasi bebas, maksudnya adalah jika suatu tampilan membutuhkan percabangan maka dibuat percabangan. Gambar 2.25 Struktur Navigasi Composit Campuran

2.14 Pengolahan Citra

Digital Pengolahan citra digital adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hal- hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar peningkatan kontras, transformasi warna, restorasi citra, transformasi gambar rotasi, translasi, skala, transformasi geometric, melakukan pemilihan citra ciri feature image yang optimal untuk tujuan analisis, melakukan proses penarikan informasi atau deskripsi objek atau pengenalan objek yang terkandung pada citra, melakukan kompresi atau reduksi data untuk tujuan penyimpanan data, transmisi data, dan waktu proses data. Sutoyo, 2009: 5

2.14.1 Citra

Citra adalah suatu representasi gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu media penyimpanan. Sutoyo dkk, 2009: 9 Citra yang dipakai pada penelitian ini adalah berupa citra diam still images dengan format gambar raster image bitmap image. Citra diam adalah citra tunggal yang tidak bergerak. Sedangkan citra bergerak moving images adalah rangkaian citra diam yang ditampilkan secara beruntun sekuensial sehingga memberi kesan sebagai gambar yang bergerak. Munir, 2004: 2

2.14.2 Definisi Pengolahan Citra

Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan komputer menjadi citra yang kualitasnya lebih baik sehingga citra yang baru dapat diinterpretasikan dan nilai tambah informasi citra tersebut juga dapat tersampaikan dengan baik. Agar citra yang mengalami gangguan mudah diinterpretasi baik oleh manusia maupun mesin, maka citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik. Munir, 2004: 3 Umumnya, operasi-operasi pada pengolahan citra diterapkan pada citra bila: 1. Perbaikan atau memodifkasi citra perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas penampakan atau untuk menonjolkan beberapa aspek informasi yang terkandung di dalam citra, 2. Elemen di dalam citra perlu dikelompokan, dicocokkan atau diukur, 3. Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra yang lain.

2.14.3 Tujuan Pengolahan Citra

Pengolahan citra bertujuan memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau mesin dalam hal ini komputer. Teknik-teknik pengolahan citra mentransformasikan citra menjadi citra yang lain. Jadi, masukannya adalah citra dan keluarannya juga citra, namun citra keluaran mempunyai kualitas lebih baik daripada citra masukan.

2.14.4 Citra Digital

Citra terbagi dua macam yaitu citra kontinyu dan citra diskrit. Citra kontinyu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit dihasilkan melalui proses digitalisasi terhadap citra kontinyu, citra diskrit disebut juga citra digital. Agar dapat diolah dengan komputer digital, maka suatu citra harus direpresentasikan secara numerik dengan nilai-nilai diskrit. Representasi citra dari fungsi malar kontinyu menjadi nilai-nilai diskrit disebut digitalisasi. Citra yang dihasilkan inilah yang disebut citra digital digital image. Pada umumnya citra digital berbentuk empat persegi panjang dan dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi x lebar lebar x panjang. Munir, 2004: 18

2.14.4.1 Representasi Citra Digital

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, citra merupakan sebuah fungsi dari intensitas cahaya pada bidang 2 dimensi dwimatra. Secara matematis fungsi intensitas cahaya disimbolkan dengan fx, dengan x,y adalah koordinat pada bidang 2 dimensi. fx,y adalah intensitas cahaya pada titik koordinat x,y. Gambar 2.26 Karena komputer hanya dapat mengolah isyarat digital, maka citra harus mempunyai format tertentu yang mampu merepresentasikan objek pencitraan dalam bentuk bilangan biner. Citra digital direpresentasikan sebagai matriks berukuran N x M dalam bentuk: Gambar 2.27 fx,y fx,y Gambar 2.26 Representasi Citra Digital Pada umumnya citra digital berbentuk empat persegi panjang dan dimensi ukurannya dinyatakan sebagai tinggi x lebar lebar x panjang. Citra digital yang berukuran N x M lazim dinyatakan dengan matriks yang berukuran N baris dan M kolom. Masing-masing elemen pada citra digital berarti elemen matriks disebut image element, picture element atau pixel atau pel. Jadi, citra yang berukuran NxM mempunyai NM buah pixel. Munir, 2004: 19

2.14.4.2 Format Citra Bitmap

Menurut Munir 2004: 38, citra disimpan di dalam berkas file dengan format tertentu. Citra digital dalam format bitmap BMP ada 3 macam yaitu: 1. Citra biner monokrom Pada citra biner binary image, setiap titik bernilai 0 yang dinyatakan dengan hitam atau 1 yang dinyatakan dengan putih. Setiap titik pada citra biner membutuhkan 1 bit, yang berarti 1 byte dapat menampung 8 titik. Gambar 2.28 merupakan contoh citra biner berukuran 9 x 7 pixel dan representasinya dalam data digital.              , 2 , 1 , , 2 2 , 2 1 , 2 , 1 2 , 1 1 , 1 M N i N i N i M i i i M i i i i Gambar 2.27 Representasi Matriks pada Citra Digital Contoh dari penggunaan citra biner adalah pada citra hasil scan text buku, citra hasil deteksi tepi dan citra hasil threshold. 2. Citra aras keabuan grayscale Citra ini memberikan kemungkinan warna yang lebih banyak, karena ada nilai lain di antara 0 dan 1. Disebut aras keabuan karena ada warna abu- abu diantara warna minimum hitam dan warna maksimum putih. Gambar 2.29 3. Citra warna true color Citra berwarna color images dikenal dengan nama citra spektral, karena warna pada citra disusun oleh tiga komponen warna dasar yang disebut a b c Gambar 2.28 Citra Biner dengan Representasi bit 0 hitam dan 1 putih a dan Citra Asli dalam Bentuk Hitam Putih b Gambar 2.29 Contoh Citra Grayscale 8-bit komponen RGB, yaitu merah red, hijau green, biru blue, sehingga sering disebut dengan citra RGB. Setiap komponen warna pada citra true color mempunyai intensitas sendiri dengan nilai 0-255. Contoh warna kuning merupakan gabungan antara warna merah dan hijau sehingga nilai RGB nya adalah R = 255, G = 255 dan B = 0, jadi setiap pixel membutuhkan 3 byte. Gambar 2.30

2.14.4.3 Elemen-Elemen Citra Digital

Citra digital mengandung sejumlah elemen-elemen dasar. Elemen- elemen dasar tersebut dimanipulasi dalam pengolahan citra dan dieksploitasi lebih lanjut dalam computer vision. Elemen-elemen dasar yang penting di antaranya adalah: 1. Kecerahan brightness Kecerahan merupakan intensitas cahaya, kecerahan pada suatu titik pixel di dalam citra bukanlah intensitas yang riil, tetapi sebenarnya adalah intensitas rata-rata dari suatu area yang melingkupinya. Sistem visual manusia mampu menyesuaikan tingkat kecerahan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Gambar 2.30 Citra Warna Asli true color 2. Kontras contrast Kontras menyatakan sebaran terang lightness dan gelap darkness di dalam sebuah citra. Citra dengan kontras rendah dicirikan oleh sebagian besar komposisi citranya adalah gelap atau sebagian besar terang. Pada citra dengan kontras yang baik, komposisi gelap dan terang tersebar secara merata. 3. Kontur contour Kontur adalah keadaan yang ditimbulkan oleh perubahan intensitas pada pixel-pixel yang bertetangga. Karena adanya perubahan intensitas inilah mata seseorang mampu mendeteksi tepi-tepi edge objek di dalam citra. 4. Warna color Warna adalah persepsi yang dirasakan oleh sistem visual manusia terhadap panjang gelombang cahaya yang dipantulkan oleh objek. Setiap warna mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Warna merah mempunyai panjang gelombang paling tinggi, sedangkan warna ungu mempunyai panjang gelombang paling rendah. 5. Bentuk shape Bentuk adalah properti intrinsik dari objek 3 dimensi. Citra yang dibentuk merupakan citra 2 dimensi, sedangkan objeknya adalah 3 dimensi. 6. Tekstur texture Tekstur dicirikan sebagai distribusi spasial dari derajat keabuan di dalam sekumpulan pixel-pixel yang bertetangga. Tekstur tidak dapat didefinisikan untuk sebuah pixel. Munir, 2004: 25

2.14.5 Operasi Pengolahan Citra Digital

Secara umum operasi pengolahan citra dapat diklasifikasikan dalam enam jenis yaitu: 1. Pemugaran citra image restoration Operasi ini bertujuan menghilangkan meminimumkan cacat pada citra. Tujuan pemugaran citra hampir sama dengan operasi perbaikan citra. Bedanya pada pemugaran citra penyebab degradasi gambar diketahui. Contoh-contoh operasi pemugaran citra: a. Penghilangan kesamaran deblurring b. Penghilangan derau noise 2. Pemampatan citra image comperession Jenis operasi ini dilakukan agar citra dapat direpresentasikan dalam bentuk yang lebih kompak sehingga memerlukan memori yang lebih sedikit. Hal penting yang harus diperhatikan dalam pemampatan adalah citra yang telah dimampatkan harus tetap mempunyai kualitas gambar yang bagus. 3. Segmentasi citra image segmentation Jenis operasi ini bertujuan untuk memecah suatu citra ke dalam beberapa segmen dengan suatu kriteria tertentu. Jenis operasi ini berkaitan erat dengan pengenalan pola. 4. Pengorakan citra image analysis Jenis operasi ini bertujuan menghitung besaran kuantitatif dari citra untuk menghasilkan deskripsinya. Teknik pengorakan citra mengekstraksi ciri- ciri tertentu yang membantu dalam identifikasi objek. Proses segmentasi kadangkala diperlukan untuk melokalisasi objek yang diinginkan dari sekelilingnya. Contoh-contoh operasi pengorakan citra: a. Pendeteksian tepi objek edge detection b. Ekstraksi batas boundary c. Representasi daerah region 5. Rekonstruksi citra image reconstruction Jenis operasi ini bertujuan untuk membentuk ulang objek dari beberapa citra hasil proyeksi. Operasi rekonstruksi citra banyak digunakan dalam bidang medis. Misalnya beberapa foto rontgen dengan sinar X digunakan untuk membentuk ulang gambar organ tubuh. 6. Perbaikan kualitas citra image enhancement Jenis operasi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara memanipulasi parameter-parameter citra. Dengan operasi ini, ciri-ciri khusus yang terdapat di dalam citra lebih ditonjolkan. Munir, 2004: 9 Contoh-contoh operasi perbaikan citra: a. Perbaikan kontras gelap terang b. Perbaikan tepian objek edge enhancement c. Penajaman sharpening d. Pemberian warna semu pseudocoloring e. Penapisan derau noise filtering

2.14.6 Teknik Pengolahan Citra

Secara umum teknik pengolahan citra digital dibagi menjadi 3 tingkat pengolahan, yakni sebagai berikut:  Tahap 1: Low-Level Processing pengolahan tingkat rendah. Pengolahan ini operasional-operasioanl dasar dalam pengolahan citra, seperti pengurangan noise noise reduction, perbaikan citra image enhancement dan restorasi citra image restoration.  Tahap 2: Mid-Level Processing pengolahan tingkat menengah. Pengolahan ini meliputi segmentasi pada citra, deskripsi objek, dan klasifikasi objek secara terpisah.  Tahap 3: High-Level Processing pengolahan tingkat tinggi, yang meliputi analisis citra. Basuki dkk, 2005: 11

2.14.7 Matriks

Matriks adalah susunan skalar elemen-elemen dalam bentuk baris dan kolom. Matriks A yang berukuran dari m baris dan n kolom m x n adalah Munir, 2003: 62: Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, citra digital yang berukuran N x M tinggi = N, lebar = M lazim dinyatakan dengan matriks N baris dan M kolom sebagai berikut: Untuk citra dengan 256 derajat keabuan, harga setiap elemen matriks adalah bilangan bulat di dalam selang [0, 255]. Karena itu, dapat menggunakan tipe unsigned char untuk menyatakan tipe elemen matriks. Unsigned char adalah tipe integer positif di dalam bahasa C yang rentang nilainya hanya dari 0 sampai 255.

2.15 Image Enhancement Perbaikan Citra

Merupakan salah satu jenis operasi pada pengolahan citra digital yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tampilan citra untuk pandangan manusia atau untuk mengkonversi suatu citra agar memiliki format yang lebih baik sehingga citra tersebut menjadi lebih mudah diolah dengan mesin komputer.                  1 , 1 1 , 1 , 1 , 1 1 , 1 , 1 , 1 , , , M N f N f N f M f f f M f f f y x f                     mn m m n n a a a a a a a a a A       2 1 2 22 12 1 12 11 Perbaikan suatu citra dapat dilakukan dengan operasi titik point operation, operasi spasial spatial operation, operasi geometri geometric operation dan operasi aritmatik arithmetic operation. Putra, 2010: 119 2.15.1 Operasi Spasial Filtering Pentapisan pada pengolahan citra biasa disebut dengan pentapisan spasial spatial filtering. Pada proses pentapisan, nilai pixel baru umumnya dihitung berdasarkan pixel tetangga. Cara perhitungan pixel baru tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu pertama, pixel baru diperoleh melalui kombinasi linier pixel tetangga yang disebut cara dengan tapis linier dan kedua pixel baru diperoleh langsung dari salah satu nilai pixel tetangga yang disebut juga dengan tapis nonlinier. Proses penapisan tidak dapat dilepaskan dari teori kernel mask dan konvolusi.

2.15.2 Kernel

Kernel adalah matriks yang pada umumnya berukuran kecil dengan elemen-elemennya adalah berupa bilangan. Kernel digunakan pada proses konvolusi. Oleh karena itu kernel disebut juga dengan convolution window jendela konvolusi. Ukuran kernel dapat berbeda-beda, seperti 2x2, 3x3, 5x5 dan sebagainya. Kernel biasa juga disebut dengan tapis filter, template, mask, serta sliding window. Putra, 2010: 137 a b Gambar 2.31 Contoh kernel a-b Berturut-turut kernel berukuran 2x2 dan 3x3 sel dengan warna abu-abu menyatakan pusat koordinat {0,0}

2.15.3 Konvolusi

Convolution Merupakan operator sentral pengolah citra dan telah digunakan secara luas pada berbagai piranti lunak pengolah citra. Proses konvolusi dapat dijelaskan sebagai berikut. Kernel sliding window diletakkan pada setiap pixel dari citra input dan menghasilkan pixel baru. Nilai pixel baru dihitung dengan mengalikan setiap nilai pixel tetangga dengan bobot yang berhubungan pada kernel dan kemudian menjumlah hasil perkalian tersebut. Contoh citra input dan kernel ditunjukkan pada Gambar 2.32. U1,1 U1,2 U1,3 U1,4 U1,5 U1,6 U2,1 U2,2 U2,3 U2,4 U2,5 U2,6 U3,1 U3,2 U3,3 U3,4 U3,5 U3,6 U4,1 U4,2 U4,3 U4,4 U4,5 U4,6 U5,1 U5,2 U5,3 U5,4 U5,5 U5,6 U6,1 U6,2 U6,3 U6,4 U6,5 U6,6 a K1,1 K1,2 K1,3 K2,1 K2,2 K2,3 b Gambar 2.32 a Citra Input b Kernel 2x3 Sesuai contoh pada Gambar 2.32 maka nilai pixel sebagai berikut. 3 , 2 5 , 5 2 , 2 4 , 5 1 , 2 3 , 5 3 , 1 5 , 4 2 , 1 4 , 4 1 , 1 3 , 4 3 , 4 xK u xK u xK u xK u xK u xK u O       Operator konvolusi biasanya menggunakan tanda . Secara matematika proses konvolusi UK dapat dinyatakan sebagai berikut. , 1 , 1 , 1 1 l k K l j k i U j i O m k n l         Dengan i = 1...M – m + 1 dan j = 1...N – n + 1. M dan N menyatakan ukuran baris dan kolom dari citra input, sedangkan m dan n menyatakan ukuran baris dan kolom dari kernel. Ukuran citra hasil proses konvolusi di atas adalah M – m + 1 baris dan N – n + 1 kolom, yang berarti ukuran citra hasil proses konvolusi lebih kecil dari ukuran citra awal. Berubahnya ukuran citra hasil ini dapat dijelaskan dengan contoh berikut.         7 7 2 3 7 7 4 2 6 7 5 2 4 4 1 1 1 3 3 3 1 2 3 4 4 1 1 4 3 3 1 1 1 1   Dengan  menyatakan bukan nilai. Nilai 5 pada konvolusi diatas diperoleh dari: 1 x 1 + 0 x 3 + 0 x 1 + 1 x 4 Tanda pada hasil keluaran di atas dinyatakan sebagai bukan nilai karena untuk melakukan proses konvolusi pada pixel tersebut, sebagian kernel berada di luar batas ukuran citra sementara tidak ada nilai pixel di luar batas ukuran citra. Hal ini dapat dijelaskan karena proses konvolusi di luar batas ukuran citra tetap dilakukan dengan menambahkan sembarang nilai pixel untuk pixel di luar batas yang umumnya digunakan atau ditambahkan nilai 0 zero padding. Dengan cara tersebut proses konvolusi tetap dapat dilakukan. Namun demikian, nilai pixel hasil konvolusi di luar batas ukuran citra tidak menunjukkan nilai pixel yang sebenarnya. Putra, 2010: 139 Gambar 2.33 di bawah ini menunjukkan ilustrasi dari proses konvolusi.

A. Penapis Lolos Tinggi

High-Pass Filter Penapis lolos-tinggi merupakan penapis yang berfungsi untuk meloloskan memperkuat komponen yang berfrekuensi tinggi misal tepi atau pinggiran objek dan akan menurunkan komponen berfrekuensi rendah. High-pass filter dapat digunakan pada operasi penajaman yang dilakukan dengan melewatkan komponen citra yang memiliki frekuensi tinggi. Citra yang telah melalui high pass filter mengakibatkan pinggiran objek citra terlihat lebih tajam dibandingkan sekitarnya. Karena penajaman citra lebih berpengaruh pada tepi edge objek, maka penajaman citra sering disebut juga penajaman tepi edge sharpening atau peningkatan kualitas tepi edge enhancement. Gambar 2.34 menunjukkan gambar sebuah citra Lena sebelum dan setelah penajaman. Gambar 2.33 Ilustrasi Hitung Konvolusi Aturan penapis lolos tinggi: 1. Koefisein penapis boleh positif, negatif atau nol 2. Jumlah semua koefisien adalah 0 atau 1 Jika jumlah koefisien = 0, maka komponen berfrekuensi rendah akan turun nilainya, sedangkan jika jumlah koefisien sama dengan 1, maka komponen berfrekuensi rendah akan tetap sama dengan nilai semula. Contoh-contoh penapis lolos tinggi:                     1 1 1 1 8 1 1 1 1 i                     1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 ii                 1 1 1 5 1 1 iii                 1 1 2 1 2 5 2 1 2 1 iv                 1 2 1 2 4 2 1 2 1 v              1 1 4 1 1 vi Nilai koefisien yang besar di titik pusat penapis memainkan peranan kunci dalam proses konvolusi. Pada komponen citra dengan frekuensi tinggi yang a Sebelum b Sesudah Gambar 2.34 Gambar Sebuah Citra Lena Sebelum a dan Sesudah b Penajaman Citra image sharpening berarti perubahan yang besar pada nilai intensitasnya, nilai tengah ini dikalikan dengan nilai pixel yang dihitung. Koefisien negatif yang lebih kecil di sekitar titik tengah penapis bekerja untuk mengurangi faktor pembobotan yang besar. Efek nettonya adalah, pixel-pixel yang bernilai besar diperkuat, sedangkan area citra dengan intensitas pixel konstan tidak berubah nilainya. Penapis lolos tinggi juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan tepi edge detection. Dalam hal ini, pixel-pixel tepi ditampilkan lebih terang highlight sedangkan pixel-pixel bukan tepi dibuat gelap hitam. Dibawah ini memperlihatkan hasil konvolusi citra dengan high-pass filter yang digambarkan dalam bentuk matriks dan direpresentasikan dalam bentuk kurva. Munir, 2004: 129                 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4                 8 8 8 8 4 4 4 8 8 8 8 4 4 4 8 8 8 8 4 4 4 8 8 8 8 4 4 4 8 8 8 8 4 4 4 Gambar 2.35 Representasi Matriks dan Kurva dengan High-Pass Filter

B. Penapis Lolos Rendah

Low-Pass Filter Low-pass filter merupakan penapis yang berfungsi sebagai penekan komponen yang berfrekuensi tinggi misal pixel gangguan, pixel tepi dan meloloskan komponen yang berfrekuensi rendah. x 8 4 fx,y Aturan untuk penapis lolos rendah adalah: 1. Semua koefisien penapis harus positif 2. Jumlah semua koefisien harus sama dengan 1 Jika jumlah semua koefisien lebih besar dari 1, maka konvolusi menghasilkan penguatan tidak diinginkan. Jika jumlah semua koefisen kurang dari 1, maka yang dihasilkan adalah penurunan dan nilai mutlak setiap pixel di seluruh bagian citra berkurang. Munir, 2004: 125 Operasi pelembutan dapat dilakukan pada ranah spasial maupun pada ranah frekuensi. Pada ranah spasial, operasi pelembutan dilakukan dengan mengganti intensitas suatu pixel dengan rata-rata dari nilai pixel tersebut dengan nilai pixel-pixel tetangganya. Jadi, diberikan citra fx,y yang berukuran N x M. Citra hasil pelembutan, gx,y, didefinisikan sebagai berikut:       2 1 2 1 , 1 , m m r n n s s y r x f d y x g Yang dalam hal ini d adalah jumlah pixel yang terlibat dalam perhitungan rata-rata. Contoh penapis rerata yang berukuran 3 x 3 dan 2 x 2 adalah seperti a Sebelum b Sesudah Gambar 2.36 Gambar Sebuah Citra Sebelum a dan Sesudah b Pelembutan Citra image smoothing gambar di bawah ini elemen yang bertanda  menyatakan posisi 0,0 dari pixel yang dikonvolusi:            9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 i       4 1 4 1 4 1 4 1 ii Operasi penapisan ini mempunyai efek pemerataan derajat keabuan, sehingga gambar yang diperoleh tampak lebih kabur kontrasnya. Efek pengaburan ini disebut efek blurring. Munir, 2004: 121

2.15.4 Aras Komputasi

Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen-elemen matriks. Elemen matriks yang dimanipulasi dapat berupa elemen tunggal sebuah pixel, sekumpulan elemen yang berdekatan, atau keseluruhan elemen matriks. Operasi-operasi yang dilakukan pada pengolahan citra dapat dikelompokkan ke dalam empat aras level komputasi, yaitu aras titik, aras lokal, aras global dan aras objek. Munir, 2004: 53 1. Aras Titik Operasi pada aras titik hanya dilakukan pada pixel tunggal di dalam citra. Operasi titik dikenal juga dengan nama operasi pointwise. Operasi ini terdiri dari pengaksesan pixel pada lokasi yang diberikan, memodifikasinya dengan operasi lanjar linear atau nirlanjar nonlinear dan menempatkan nilai pixel baru pada lokasi yang bersesuaian di dalam citra yang baru. Operasi ini diulangi untuk keseluruhan pixel di dalam citra. 2. Aras Lokal Operasi pada aras lokal menghasilkan citra keluaran yang intensitas suatu pixel bergantung pada intensitas pixel-pixel tetangganya. Contoh operasi beraras lokal adalah operasi konvolusi untuk mendeteksi tepi edge detection dan pelembutan citra image smoothing 3. Aras Global Operasi pada aras global menghasilkan citra keluaran yang intensitas suatu pixel bergantung pada intensitas keseluruhan pixel. 4. Aras Objek Operasi jenis ini hanya dilakukan pada objek tertentu di dalam citra. Tujuan dari operasi pada aras objek adalah untuk mengenali objek tersebut, misalnya dengan menghitung rata-rata intensitas, ukuran, bentuk, dan karakteristik lain dari objek.

2.15.5 Kernel Konvolusi

Kernel konvolusi merupakan kernel yang digunakan pada proses konvolusi yang elemen-elemennya berupa bilangan yang menyusun nilai matriks yang biasa disebut dengan convolution window jendela konvolusi. Berikut adalah beberapa penggunaan kernel konvolusi dalam proses image enhancemnet.

A. Smoothing Kernel

Smoothing kernel merupakan kernel yang digunakan untuk menghaluskan sebuah citra, kernel ini berkaitan dengan penapis lolos rendah low-pass filter. Tapis low-pass bertujuan untuk mempertahankan komponen berfrekuensi rendah perubahan nilai pixel yang bertahap dan mengurangi komponen yang berfrekuensi tinggi perubahan nilai pixel secara mendadak pada citra, sehingga tapis ini sangat cocok untuk proses penghalusan citra. Semua koefisien dari tapis low-pass adalah bilangan positif.           1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1           1 3 1 3 16 3 1 3 1 8 1 a b Gambar 2.37 Tapis Low-Pass Faktor dan pada tapis di atas adalah untuk menjamin agar nilai pixel baru tidak berada di luar batas nilai grayscale intensitas. Gambar 2.37 a adalah tapis mean, pembentukan tapisnya menggunakan aturan bobot semua koefisiennya sama. Sedangkan pada Gambar 2.37 b, pembentukan tapisnya menggunakan aturan nilai bobot pixel pusat sama hampir sama dengan jumlah semua bobot nilai pixel tetangga. Selain semua koefisien harus bernilai positif, aturan kedua di atas biasa digunakan sebagai acuan untuk membentuk tapis low-pass. Tapis mean, tapis Gaussian adalah tapis yang tergolong low-pass karena tapis ini mempertahankan frekuensi rendah menghaluskan citra output.                                                          1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Gambar 2.38 Contoh Tapis Mean adalah Tapis Low-Pass Pada contoh di atas, komponen frekuensi tinggi perubahan pixel dari 1 ke 6 pada citra input dengan tapis low-pass menjadi komponen frekuensi rendah perubahan pixel dari 1 ke 2 Berikut adalah contoh penerapan penggunaan salah satu smoothing kernel 3x3 dengan citra berukuran 5x5 dari teknik konvolusi.                                                            10 22 24 15 17 15 16 15 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 7 1 1 3 2 1 1 6 1 5 4 1 3 2 1 2 I 1 = 2x1+1x1+2x1+0x1+0x1+1x1+1x1+6x1+1x1=14 I 2 = 1x1+2x1+0x1+0x1+1x1+4x1+6x1+1x1+0x1=15 I 3 = 2x1+0x1+3x1+1x1+4x1+5x1+1x1+0x1+0x1=16 I 4 = 0x1+0x1+1x1+1x1+6x1+1x1+1x1+2x1+3x1=15 I 5 = 0x1+1x1+4x1+6x1+1x1+0x1+2x1+3x1+0x1=17 I 6 = 1x1+4x1+5x1+1x1+0x1+0x1+3x1+0x1+1x1=15 I 7 = 1x1+6x1+1x1+1x1+2x1+3x1+1x1+7x1+2x1=24 I 8 = 6x1+1x1+0x1+2x1+3x1+0x1+7x1+2x1+1x1=22 I 9 = 1x1+0x1+0x1+3x1+0x1+1x1+2x1+1x1+2x1=10

B. Sharpening Kernel

Penajaman sharpening pada sebuah citra bertujuan untuk mempertajam kualitas sebuah citra. Kernel sharpening itu sendiri juga berkaitan dengan tapis high-pass filter yang merupakan kebalikan dari tapis low-pass yaitu untuk mempertahankan mempertajam komponen frekuensi tinggi dan menghilangkan mengurangi komponen frekuensi rendah sehingga tapis ini sangat cocok untuk penajaman tepi citra. Nilai koefisien tapis pada koordinat pusat bernilai positif dan koefisien kelilingnya bernilai negatif. Bila proses pentapisan dilakukan di atas area yang nilai intensitasnya konstan atau mengalami perubahan yang lamban maka nilai pixel keluaran adalah nol atau sangat kecil. Putra, 2010:145 Proses penajaman pada dasarnya merupakan aplikasi dari high pass filter atau penapis lolos tinggi ke dalam sebuah citra. Array di bawah ini adalah contoh kernel yang biasa dipakai pada high pass filter untuk mempertajam sebuah citra.                   1 1 1 1 8 1 1 1 1 9 1               1 1 4 1 1 Gambar 2.39 Tapis High-Pass 3 x 3 Tampak pada contoh di atas, nilai pixel 6 pada citra input, setelah ditapis high-pass, dipertajam menjadi 20 demikian juga semula pada citra input tidak ada perubahan nilai pixel nilai pixel dari 1 ke 1 pada baris ke-2,3,4 menjadi ada perubahan nilai pixel menjadi 2 ke 1, 1 ke 0, 0 ke 1 dan seterusnya.Contoh perhitungan tapis high-pass yang lain adalah sebagai berikut.                                                                  2 4 2 4 20 4 1 5 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I 1 = 0x0+0 x-1+0x0+0 x-1+1x4+1 x-1+0x0+1 x-1+1x0 = 2 I 2 = 0x0+0 x-1+0x0+1 x-1+1x4+1 x-1+1x0+1 x-1+1x0 = 1 dan seterusnya sama seperti perhitungan pada kernel smoothing sebelumnya.

C. Laplacian Kernel

Adalah operator urutan kedua atau turunan kedua dari metode perbaikan kualitas citra, operator ini sangat baik sekali digunakan untuk menemukan bagian yang detail dari sebuah image. Satu atau beberapa ciri dari ketajaman citra yang tidak sempurna seperti noise akan diperbaiki oleh operator laplacian. Jadi laplacian kernel berguna untuk mengembalikan detail pada suatu citra menjadi citra yang lebih baik yang dihaluskan untuk mengurangi noise. Dibawah ini merupakan laplacian kernel atau filter yang berukuran 3x3, dimana dalam teknik konvolusi filter kernel ditempatkan. Gambar 2.40 Contoh Filter Laplacian Berikut adalah contoh penerapan penggunaan kernel laplacian dalam teknik konvolusi.                                                                        10 5 7 15 8 39 26 5 13 1 1 1 1 8 1 1 1 1 2 1 2 7 1 1 3 2 1 1 6 1 5 4 1 3 2 1 2 I 1 = 2x-1+1x-1+2x-1+0x-1+0x8+1x-1+1x-1+6x-1+1x-1 = -13 I 2 = 1x-1+2x-1+0x-1+0x-1+1x8+4x-1+6x-1+1x-1+0x-1 = 5 I 3 = 2x-1+0x-1+3x-1+1x-1+4x8+5x-1+1x-1+0x-1+0x-1 = 26

2.16 Macromedia Flash Professional 8

Flash adalah authoring tool yang dapat digunakan oleh para desainer dan developer untuk membuat sebuah presentasi, aplikasi, dan konten lainnya yang memungkinkan interaksi dari penggunanya. Membuat project flash dapat meliputi animasi sederhana, konten video, presentasi yang kompleks, sebuah aplikasi dan lain-lain. Flash Professional 8 menyediakan beberapa fitur tambahan yang dapat mempermudah pengguna. Flash juga mempunyai bahasa pemrograman sendiri yang diberi nama actionscript. Bahasa actionscript digunakan untuk menambah interaktifitas dalam aplikasi yang dibuat baik dalam bentuk aplikasi sederhana maupun yang lebih kompleks seperti aplikasi berbasis web. Selain itu fitur terbaru yang disediakan oleh flash professional 8 adalah tersedianya efek grafis untuk memanipulasi objek, gambar maupun animasi berupa movie clip atau button, pada flash disebut dengan filters dan blend effects. Gambar 2.41 Antarmuka Macromedia Flash Professional 8

2.17 Adobe Photoshop CS 2

Photoshop merupakan software berbasis bitmap yang merupakan produksi dari Adobe yang banyak digunakan untuk mengolah gambar atau citra. Penambahan fasilitas yang ada pada photoshop CS 2 yang tidak ada pada versi sebelumnya diantaranya yaitu: penambahan tool image warp, noise reduction, optical lens correction, smarth sharpen, all new pdf engine dan lain sebagainya. Penambahan fitur dengan menggunakan fasilitas tools grafis yang ada di dalamnya. Gambar 2.24 adalah tampilan atau area kerja photoshop CS 2. Gambar 2.42 Antarmuka Adobe Photoshop CS 2

2.18 Matlab Simulink R2009a

Dokumen yang terkait

Pengembangan aplikasi perpustakaan fakultas sains dan teknologi berbasis online : studi kasu perpustakaa fakultas sains dan teknologi universitas islam negeri syarif hidayatullah jakarta

2 8 204

Pembuatan aplikasi digital library (studi kasus perpustakaan sains dan teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 4 154

Ketersediaan koleksi Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam bidang sains dan teknologi : analisis sitiran terhadap skripsi Program Sarjana (S1) Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006/2007

1 9 74

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Perancangan sistem pembuatan surat keterangan mahasiswa berbasis web pada Fakultas Sains Dan Teknologi Prodi Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 6 155

Pengembangan aplikasi pengajian dosen pada fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1 9 221

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0

Rancang bangun sistem arsip akreditasi (studi kasus : fakultas sains dan teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1 4 9

Materi Sub Materi Indikator

0 0 7