di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya”.
14
Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah; “ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.”
15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan dan pengaruh timbal balik di dalam
masyarakat antara lain mengenai gejala-gejala sosial, struktur sosial, maupun perubahan sosial.
b.Tujuan Sosiologi
Tujuan sosiologi adalah meningkatkan daya atau kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya. Caranya adalah
dengan mengembangkan pengetahuan yang objektif mengenai gejala-gejala kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan secara efektif untuk memecahkan
masalah-masalah.
3. Hakikat Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Individu-individu masyarakat manusia menguasai sejumlah norma-norma di dalam dirinya bukan karena proses-proses yang bersifat kodrati, melainkan
memperolehnya melalui suatu proses belajar learning proses atau meurut istilah sosiologi adalah proses sosialisasi.
Melalui proses-proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah pekerti, tingkah pekerti apa yang harus
dilakukan, dan tingkah pekerti apa pulakah yang tidak harus dilakukan di dalam masyarakat.
“Kepribadian adalah kecenderungan psikologis seseorang untuk melakukan tingkah pekerti sosial tertentu, baik tingkah pekerti yang bersifat tertutup
14
. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993 h. 13
15
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1993, h. 19-20
12
seperti berperasaan, berkehendak, berfikir, dan bersikap, maupun tingkah pekerti yang terbuka”.
16
Di dalam sosiologi kepribadian dibentuk karena adanya sosialisasi, dan kepribadian seseorang akan berkembang dan mengalami perubahan karena
mengikuti proses sosialisasi yang sempurna. Hubungannya dengan kebudayaan adalah dengan sosialisasi kebudayaan-kebudayaan yang ada di
masyarakat akan dikenal oleh seorang individu. Dengan sosialisasi yang sempurna maka individu akan diterima oleh masyarakat dan dapat memahami
kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut.
4. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
“Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama.”
17
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latarbelakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara
kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang
akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang asal-asalan. Pelaksanaan
prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik
16
J. Dwi Narwoko-Bagong Suryanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta, kencana prenada Media Group, cet ke-3, h, 74 dan 84
17
Trianto, Mendesain… h. 58
13
mengelola kelas dengan lebih efektif yang akan dibahas lebih dalam pada uraian selanjutnya.
“Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga keterampilan-
keterampilan tanya jawab”.
18
Model pembelajaran cooperative learning mempunyai asumsi bahwa untuk mencapai hasil yang optimal dalam pembelajaran, siswa
paling tidak menjadi bagian dari satu sistem kerja sama dalam kelompok. Dengan demikian,
keberhasilan belajar tidak diperoleh semata-mata dari guru, melainkan juga dari pihak lain sesamanya yang terlibat dalam pembelajaran, khususnya siswa.
Pihak lain yang disebut di atas bisa juga dalam arti yang lebih luas, misalnya teman sebaya, per group, dan lain-lain.
Yusri Panggabean dalam buku Strategi, Model, dan Evalusai menjelaskan bahwa, hal yang penting diperhatikan dalam Model Pembelajaran
Cooperative Learning adalah, keberhasilan belajar tidak hanya ditentukan oleh kemampuan individu semata, tetapi juga oleh peran masing-masing anggota
secara bersama di dalam kelompok. Dengan demikian, model pembelajaran ini mempunyai karakteristik antara lain sebagai berikut:
a. Individual accountability: tiap individu dalam kelompok mempunyai peran dan tanggung jawab yang tidak bisa dilepaskan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapai kelompok sebagai masalah bersama. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh
pelaksanaan peran dan tanggung jawab setiap anggotanya.
b. Social Skills: model pembelajaran ini mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri atau
pengendalian diri demi mencapai kepentingan atau tujuan kelompok. Dalam kelompok siswa belajar memberi dan menerima,
memikul dan menyerahkan tanggung jawab, menghormati orang lain, dan membentuk kesadaran sosial.
c. Positive interdevendence: siswa belajar saling tergantung satu sama lain secara positif dalam kelompok. Suasana ini menyediakan
kepada siswa pengalaman nyata dimana siswa dalam bekerja sama dapat berkolaborasi bukan berkompetisi.
d. Group Processing: ada begitu banyak masalah yang ditemui dalam kehidupan ini, yang kalau dihadapi secara sendirian kita akan
18
Trianto, Mendesain… h. 60
14
kehilangan kekuatan. Karena itu, kita membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kekuatan kita sendiri sangat terbatas
dibanding tantangan yang kita hadapi. Dalam hal ini, Model Pembelajaran Cooperative Learning memberikan kepada siswa
pengalaman langsung dimana proses perolehan jawaban atas masalah yang dihadapi dikerjakan oleh kelompok secara bersama.
Pengalaman mengalami proses bersama dalam menghadapi tantangan di dalam kelompok ini sangat penting dan mahal
harganya.
e. Getting better together: di atas semuanya, dan yang menjadi puncaknya, adalah siswa mendapatkan sesuatu yang lebih baik
secara bersama di dalam kebersamaan. Dengan demikian, mereka secara bersama dan individu, mengalami pertumbuhan ke arah
yang lebih baik.
19
Jadi pembelajaran kooperatif adalah suatu variasi pembelajaran di mana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil.
Kelompok-kelompok tersebut siswa saling bekerjasama, saling membantu, berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta
bekerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok, baik dalam tutorial, latihan maupun koreksi teman sebaya. Selain kelompok belajar kooperatif, ada
beberapa kelompok belajar tradisional yang sering diterapkan di sekolah, seperti kelompok diskusi, kelompok tugas, dan kelompok belajar lainnya.
b. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif yaitu: a. Meningkatkan harga diri tiap individu
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar. c. Konflik antar pribadi berkurang
d. Sikap apatis berkurang e. Pemahaman yang lebih mendalam
f. Retensi atau penyimpanan lebih lama g. Meningkatkan kebaikan budi,kepekaan dan toleransi.
h. Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan dalam
sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
i. Meningkatkan kemajuan belajar pencapaian akademik. j. Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
19
Yusri Panggabean dkk, Strategi, Model Dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006, Bina Media Informasi, Mei 2007 Cet.Pertama, hal.75-76.
15
k. Menambah motivasi dan percaya diri. l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-
teman sekelasnya. m. Mudah diterapkan dan tidak mahal.
20
c. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan model pembelajaran koopertaif yaitu: a. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi
seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium
matematika, aula atau di tempat yang terbuka.
b. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa
yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa
yang lebih pandai. Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal
ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam model pembelajaran kooperatif bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi
afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan
nilai yang diberikan kepada kelompok.
c. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus
menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru
keunikan itu semakin kuat bila disandingkan dengan orang lain.
d. Banyak siswa takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan
tersebut. Dalam model pembelajaran kooperatif pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa
yang telah didapatnya dalam kelompok sehingga ada pertanggungjawaban secara individu. Model pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang dapat memotivasi belajar siswa dimana kekurangan yang mungkin terjadi dapat
diminimalisirkan.
21
20
http:ayobelajarfisika.blogdetik.com20090906metode-pembelajaran-kooperatif, diakses tgl.13 April 2010, jam.16:42
21
http:ayobelajarfisika.blogdetik.com20090906metode-pembelajaran-kooperatif, diakses tgl.13 April 2010, jam.16:42
16
5. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Adapun unsur-unsur dasar pemebelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Anita Lee dalam buku Cooperatif Learning adalah sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenganggungan bersama”
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya, seperti mereka sendiri.
c. Siswa harus melihat bahwa semua anggota dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi dan juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
22
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajara Konvensional
adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi
sehingga ada interaksi promotif guru sering memberikan adanya siswa yang
mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota
kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga
dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang
memberikan bantuan. akuntabilitas induvidual sering diabaikan
sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan
kelompok lainnya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik
dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
kelompok belajar biasanya homogen
22
Anita Lee, Cooperatif Leaarning, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002, h 28
17
dan siapa yang memberikan bantuan. pimpinan kelompok dipilih secara demokratis
atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih
pemimpinnya dengan cara-cara masing-masing ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja
gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara lansung diajarkan.
ketrampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui
observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antara anggota
kelompok. pemantauan melalui observasi dan intervensi
sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar. penekanan tidak hanya pada penyelesaian
tugastetapi juga hubungan interpersonal hubungan antar pribadi yang saling
menghargai. penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugas.
23
6. Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif