29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1  LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian  ini  akan  dilaksanakan  di  Laboratorium  Operasi  Teknik  Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penelitian  ini  dilakukan  selama  lebih  kurang  6  bulan,  yaitu  dari  bulan  Oktober 2014 hingga April 2015.
3.2  BAHAN DAN PERALATAN 3.2.1 Bahan
Pada penelitian ini bahan yang digunakan antara lain: 1.
Biji  buah  durian
Durio  zibethinus
,  diperoleh  dari  pedagang  durian  di  Jl. KH Wahid Hasyim, Medan.
2.
Aquadest
H
2
O, diperoleh dari toko bahan kimia Rudang, Medan. 3.
Sorbitol C
6
H
14
O
6
, diperoleh dari toko bahan kimia Rudang, Medan. 4.
Kitosan C
6
H
11
NO
4
n, diperoleh dari toko bahan kimia Rudang, Medan. 5.
Asam  Asetat  CH
3
COOH,  diperoleh  dari  toko  bahan  kimia  Rudang, Medan.
6. Air  Kapur  CaOH
2
,  diperoleh  dari  pedagang  di  Pasar  Pringgan  Jl. Iskandar Muda, Medan.
3.2.2  Peralatan
1. Saringan
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur
4.
Beaker glass
5.
Magnetic stirrer
6. Desikator
7. Cawan porselin
8. Oven listrik
9.
Furnace
10. Ember
Universitas Sumatera Utara
30 11.
Neraca Digital 12.
Jangka sorong 13.
Termometer 14.
Ayakan 100 mesh 15.
Blender 16.
Pisau 17.
Talenan 18.
Cetakan
plexiglass
ukuran 20x20 cm
3.3  PROSEDUR PENELITIAN
Prosedur penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.3.1  Ekstraksi Pati
Pengambilan kandungan pati dari biji durian dilakukan dengan : 1.
Biji durian dikupas bagian selubung luar dan kulit arinya sampai bersih. 2.
Biji  durian  dipotong  tipis-tipis  dengan  ketebalan  ±  2  mm.  Setiap  1  kg potongan  biji  durian  direndam  dalam  air  kapur  CaOH
2
1    selama  15 menit. Air kapur digunakan untuk mengikat dan mengendapkan getah pada
biji durian. 3.
Biji durian kemudian dibilas berulang-ulang dengan air sampai bersih. 4.
Biji  durian  yang  sudah  bersih  dijemur  di  bawah  matahari  selama  6  jam untuk mengurangi getah yang masih ada pada biji.
5. Setelah  kering  biji  durian  dihancurkan  menggunakan  blender  dengan
menambahkan air, dimana perbandingan biji durian dengan air adalah 1 : 5 mm.
6. Biji  durian  yang  telah  halus  dikeluarkan  dari  blender  dan  disaring
menggunakan saringan, diperoleh ampas dan cairan filtrat suspensi pati. 7.
Suspensi  yang  dihasilkan  kemudian  dimasukkan  dalam  kulkas  dan diendapkan selama 24-48 jam hingga pati mengendap sempurna.
8. Cairan  bening  pada  bagian  atas  dibuang  hingga  menyisakan  endapan  putih
yang kaya pati. 9.
Pati basah yang dihasilkan diuji dengan lakmus merah apakah pH pati sudah netral atau masih bersifat basa akibat penggunaan air kapur .
Universitas Sumatera Utara
31 10.  Jika  pati  masih  bersifat  basa  maka  pati  dicuci  dengan  aquades  dan
diendapkan lagi hingga diperoleh endapan pati dengan pH netral. 11.  Pati  basah  kemudian  dikeringkan  menggunakan  oven  pada  suhu  50
o
C selama ±24 jam hingga kering.
12.  Pati  kering  yang  berbentuk  gumpalan  rapuh  dihancurkan  dengan menggunakan tumbukan hingga menghasilkan serbuk pati yang halus.
13.  Serbuk pati selanjutnya diayak dengan ayakan 100 mesh.
3.3.2 Pembuatan Bioplastik
Pembuatan bioplastik dilakukan dengan: 1.
Ditimbang pati dan kitosan dengan variasi perbandingan 7 : 3, 8 : 2 dan 9 : 1 dari total massa pati - kitosan yaitu 10 gram.
2. Dicampurkan pati dengan aquades pada beaker glass 500 ml.
3. Dibuat  larutan  kitosan  dengan  melarutkan  kitosan  yang  telah  ditimbang  ke
dalam larutan asam asetat 1   dimana perbandingan kitosan : asam asetat 1 adalah 3 : 130 mv.
4. Ditimbang massa sorbitol dengan variasi massa 2 gram, 3 gram dan 4 gram.
5. Beaker  glass  500  ml  yang  berisi  larutan  pati  diletakkan  di  atas
magnetic stirrer
hot plate
sambil dipanaskan. 6.
Larutan kitosan ditambahkan ke dalamnya kemudian diaduk. 7.
Setelah 20 menit ditambahkan sorbitol ke dalam larutan, lalu diaduk hingga temperatur  larutan  mencapai  variasi  temperatur  yang  telah  ditentukan  T  =
70
o
C, 80
o
C dan 90
o
C. 8.
Setelah  temperatur  tercapai  dimana  larutan  sudah  mengental  dan  berwarna kecoklatan,
magnetic stirrer
dimatikan. 9.
Beaker glass berisi larutan kemudian didinginkan sebelum dicetak. 10.   Larutan dituangkan merata ke dalam cetakan akrilik dengan volume cetakan
adalah  20  x  20  x  0,3  cm
3
,  kemudian  dikeringkan  dalam  oven  pada temperatur T = 45
o
C selama 24 jam. 11.  Setelah  dikeringkan,  diangkat  dan  dimasukkan  ke  dalam  desikator  selama
24 jam. 12.   Kemudian plastik dilepas dari cetakannya. Plastik siap untuk dianalisis.
Universitas Sumatera Utara
32
3.4 PROSEDUR KARAKTERISASI PATI
3.4.1  Prosedur Analisis Kadar Pati [84]
Analisis  kadar  pati  amilum  dari  pati  biji  durian  dilakukan  di Laboratorium  Uji  Teknologi  Pangan  dan  Hasil  Pertanian,  Universitas  Gadjah
Mada. 1.
Timbang 2-5 g sampel berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 50 ml aquades dan diaduk selama
1  jam.  Suspensi  disaring  dengan  kertas  saring  whatman  42  dan  dicuci dengan  aquades  sampai  volume  filtrat  250  ml.  Filtrat  mengandung
karbohidrat yang terlarut dan dibuang. 2.
Bahan  yang  mengandung  lemak,  maka  pati  yang  terdapat  sebagai  residu pada kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 ml ether, biarkan ether menguap
dari  residu,  kemudian  cuci  lagi  dengan  150  ml  alkohol  10  untuk membebaskan lebih lanjut karbohidrat yang terlarut.
3. Residu dipindahkan secara kualitatif dari kertas saring ke dalam erlenmeyer
dengan  pencucian  200  ml  aquades  dan  tambahkan  20  ml  HCl  25  BJ 1,125,  tutup  dengan  pendingin  balik  dan  panaskna  di  atas  penangas  air
mendidih selama 2,5 jam. 4.
Setelah  dingin  netralkan  dengan  larutan  NaOH  45  dan  encerkan  sampai volume  500  ml,  kemudian  saring  dengan  kertas  saring  whatman  42,
tentukan  kadar  gula  yang  dinyatakan  sebagai  glukosa  dari  filtrat  yang diperoleh.  Penentuan  glukosa  seperti  pada  penentuan  gula  reduksi.  berat
glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati.
3.4.2  Prosedur Analisis Kadar Amilosa [84]
Analisis kadar amilosa dari pati biji durian dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
I. Pembuatan Kurva Standar
1. Timbang  40  mg  amilosa  murni,  masukkan  ke  dalam  tabung  reaksi.
Tambahkan 1 ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N. 2.
Panaskan dalam  air mendidih selama kurang lebih 10 menit  sampai semua bahan membentuk gel. Setelah itu dinginkan.
Universitas Sumatera Utara
33 3.
Pindahkan seluruh campuran ke dalam labu takar 100 ml. Tepatkan sampai tanda tera dengan air.
4. Pipet  masing-masing  1,  2,  3,  4  dan  5  ml  larutan  diatas  masukkan  masing-
masing ke dalam labu takar 100 ml. 5.
Ke  dalam  masing-masing  labu  takar  tersebut,  tambahkan  asam  asetat  1 Masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 ml, lalu tambahkan masing-masing 2
ml larutan iod. 6.
Tepatkan  masing-masing  campuran  dalam  labu  takar  sampai  tanda  tera dengan air. Biarkan selama 20 menit.
7. Intensitas  warna  biru  yang  terbentuk  diukur  dengan  spektrofotometer  pada
panjang gelombang 625 nm. 8.
Buat kurva standar, konsentrasi amilosa vs absorbans. II.
Pengukuran Sampel 1.
Tiimbang  100  mg  sampel  dalam  bentuk  tepung  sampel  sebagian  besar terdiri  dari  pati,  jika  banyak  mengandung  komponen  lainnya,  ekstrak  dulu
patinya baru analisis kadar amilosanya, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 1  ml etanol 95 dan 9 ml NaOH 1 N.
2. Panaskan  dalam  air  mendidih  selama  kurang  lebih  10  menit  sampai
terbentuk gel. 3.
pindahkan seluruh  gel  ke dalam labu takar 100  ml. Tepatkan sampai tanda tera dengan air.
4. pipet  5  ml  larutan  tersebut,  masukkan  ke  dalam  labu  takar  100  ml.
Tambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan Iod. 5.
Tepatkan sampai tanda tera dengan air, kocok, diamkan selama 20 menit. 6.
Ukur  intensitas  warna  yang  terbentuk  dengan  spektrofotometer  pada panjang gelombang 625 nm.
7. Hitung kadar amilosa dalam sampel.
3.4.3  Prosedur Analisis Kadar Amilopektin
Analisis kadar amilopektin dari pati biji durian dilakukan di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
1. Dihitung kadar pati sampel pati biji durian berdasarkan prosedur.
Universitas Sumatera Utara
34 2.
Dihitung kadar amilosa sampel pati biji durian berdasarkan prosedur. 3.
Ditentukan  kadar  amilopektin  berdasarkan  nilai  kadar  pati  dan  kadar amilosa sampel pati biji durian yang telah dihitung.
Perhitungan: Amilopektin =  pati  -  amilosa
3.4.4  Prosedur Analisis Kadar Air [85]
Analisis  kadar  air  dari  pati  biji  durian  dilakukan  di  Laboratorium  Jasa  Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
1. Timbang  dengan  seksama  1-2  gram  sampel  pada  sebuah  botol  timbang
bertutup  yang sudah diketahui bobotnya. untuk contoh berupa cairan, botol timbang  dilengkapi  dengan  pengaduk  dan  pasir  kwarsakertas  saring
berlipat. 2.
Keringkan pada oven suhu 105 C selama 3 jam.
3. Dinginkan dalam desikator.
4. Timbang, ulangi pekerjaan ini hingga diperoleh bobot tetap.
5. Catat data pengamatan dalam loogbook analisis
6. Perhitungan :
Kadar air  =  W
1
W  x 100 Dimana :
W = berat sampel sebelum dikeringkan  g
W
1
= kehilangan berat setelah dikeringkan  g
3.4.5  Prosedur Analisis Kadar Abu [86]
Analisis  kadar  abu  dari  pati  biji  durian  dilakukan  di  Laboratorium  Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
1. Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin .
2. Cawan  yang  berisi  sampel  dipijarkan  diatas  nyala  api  pembakar  bunsen
hingga tidak berasap lagi . 3.
Kemudian  dimasukkan  kedalam
furnace
dengan  suhu  650
o
C  selama  ±  12 jam.
Universitas Sumatera Utara
35 4.
Cawan  yang  berisi  sampel  didinginkan  dalam  desikator  selama  30  menit lalu ditimbang hingga beratnya tetap.
Perhitungan :
3.4.6  Prosedur Analisis Kadar Lemak [85]
Analisis  kadar  lemak  dari  pati  biji  durian  dilakukan  di  Laboratorium  Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
1. Timbang  dengan  teliti  1  -  2  gram  sampel  dalam  selongsong  kertas  yang
dialasi  dengan  kapas,  kemudian  sumbat  selongsong  yang  berisi  sampel dengan kapas.
2. Keringkan dalam oven pada suhu tidk lebih 80
o
C selama ± 1 jam. 3.
Masukkan  selongsong  dalam  alat  soxhlet  yang  telah  dihubungkan  dengan labu  lemak  berisi  batu  didih  yang  telah  dikeringkan  dan  telah  diketahui
bobotnya. 4.
Ekstrak dengan heksana atau pelarut lemak lainnya selama ±  6 jam. 5.
Sulingkan  heksana  dan  keringkan  ekstrak  lemak  dalam  oven  pada  suhu 105
o
C 6.
Dinginkan dan timbang 7.
Ulangi pengeringan hingga tercapai bobot tetap 8.
Catat data pengamatan dalam logbook 9.
Perhitungan : Lemak  =
x 100 Dimana :
W = berat sampel
W1   = berat lemak sebelum ekstraksi W2   = berat labu lemak sesudah ekstraksi
3.4.7  Prosedur Analisis Kadar Protein [85]
Analisis kadar protein dari pati biji durian dilakukan di Laboratorium Jasa Uji Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
1. Timbang dengan teliti 0,51 gram sampel dalam labu kjeldahl 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
36 2.
Tambahkan  2 gram selenium 5 dan 25 ml H
2
SO
4
pekat 3.
Panaskan  diatas  kompor  listrik  atau  api  pembakar  sampai  mendidih  dan larutan berubah menjadi warna jernih kehijauan  sekitar 2 jam
4. Biarkan  dingin,  kemudian  encerkan  dan  masukan  ke  dalam  labu  ukur  100
ml, tepatkan sampai tanda batas. 5.
Untuk menampung destilat, pipet 10 ml asam borat 2  masukkan kedalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 5 tetes indicator campuran.
6. Pipet 5 ml larutan hasil dekstruksi ke dalam alat destilasi protein tambahkan
5 ml NaOH 42.8 dan akuades untuk membilas. 7.
Destilasi  selama  kurang  lebih  15  menit  sampai  destilat  yang  tertampung tidak bersifat basa.  uji dengan menggunakan kertas lakmus
8. Bilas ujung kondensor dengan air akuades.
9. Titrasi destilat dengan HCl 0.01 N
10. Kerjakan penetapan blanko.
11. Catat data pengamatan dalam
logbook.
12. Perhitungan :
Kadar protein :
–
Dimana : W
= berat sampel V1   = volume HCl 0.01 N yang dipergunakan titrasi sampel
V2   = volume HCl 0.01 N yang dipergunakan titrasi blanko N
= Normalitas HCl Fk
= factor konversi protein
3.4.8  Prosedur  Analisis Gugus  Fungsi  Pati  Biji  Durian dan Kitosan  FT-IR
F ourier Transform Infrared
[27]
Analisis  gugus  fungsi  dengan  FT-IR  dilakukan  di  Laboratorium  Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
1. Sampel  serbuk  pati  ditempatkan  ke  dalam
set  holder
,  kemudian  dicari
spektrum yang sesuai.
2. Hasil  yang  di  dapat  berupa  difraktogram  hubungan  antara  bilangan
gelombang dengan intensitas.
Universitas Sumatera Utara
37 3.
Spektrum FTIR di rekam menggunakan spektrometer pada suhu ruang.
4. Diulangi prosedur untuk sampel Kitosan
3.4.9  Prosedur  Analisis  Morfologi  Permukaan  Pati  Biji  Durian  dengan SEM
Scanning Electron Microscope [53]
Analisis dengan SEM ini dilakukan di Laboratorium Terpadu USU. 1.
Sampel serbuk pati ditempelkan pada
set holder
dengan perekat ganda.
2. Sampel dilapisi dengan logam tembaga dalam keadaan vakum.
3. Sampel  dimasukkan  pada  tempatnya  di  dalam
Scanning  Electron Microscope
SEM.
4. Gambar  topografi  diamati  dan  dilakukan  perbesaran  5000  kali  dan  10000
kali.
3.4.10  Prosedur  Analisis  Profil  Gelatinisasi  Pati  Biji  Durian  dengan  RVA Rapid Visco  Analyzer
Analisis  profil  gelatinisasi  dari  pati  biji  durian  dengan  RVA  dilakukan  di Laboratorium  Jasa  Uji  Fakultas  Teknologi  Industri  Pertanian,  Universitas
Padjadjaran. 1.
Isi bak pendingin dengan akuades sampai tanda pada  display muncul tanda bahwa air sudah cukup terisi.
2. Pasang kabel pada stop kontak, nyalakan alat  dengan menekan tombol yang
berada di bagian belakang alat, nyalakan juga air pendingin. 3.
Atur
temperature, time, pump, refrigerate.
4. Jika semua parameter pengaturan sudah sesuai, tekan tombol ON sampai
semua pengaturan posisi on  perhatikan tanda di display 5.
Pilih menu STD 1 pada menu utama 6.
Pasang flashdisk pada alat RVA. 7.
Timbang sampel sebanyak 3,5-4 gram sesuaikan dengan kandungan air sampel dan masukan ke canister
8. Tambahkan akuades atau buffer sebanyak  25 gram sesuaikan dengan
penimbangan sampel.
Universitas Sumatera Utara
38 9.
Simpan canister pada alat dan mulai pengukuran dengan menekan tombol √,
lalu  tower sampel pada alat. 10.
Alat akan memutar sampel dengan pemanasan pada 50 – 95 C selama ± 23
menit. 11.
Jika sudah selesai, grafik pengukuran bisa di lihat pada display, lalu pilih option save.
12. Saving data pada flashdisk.
3.5 PROSEDUR ANALISIS BIOPLASTIK
3.5.1  Prosedur Uji Kekuatan Tarik [87]
Uji  kekuatan  tarik    dari  bioplastik  dilakukan  di  Laboratorium  Polimer, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
1. Sampel dipotong dengan
ukuran 13 mm x 57 mm dengan tebal ≤ 7 mm. 2.
Pengujian dilakukan dengan  cara  menempatkan spesimen pada  genggaman mesin uji.
3. Indikator ekstensi extensomer dipasang.
4. Alat pengukur regangan melintang dipasang.
5. Dilakukan pengukuran beban dan tegangan.
6. Kecepatan pengujian diatur sesuai dengan laju yang diperlukan.
7. Kurva tegangan-beban dicatat.
8. Selain  itu  dicatat  pula  nilai  tegangan  dan  beban  serta  nilai  tegangan  dan
beban pada saat putus. 9.
Kekuatan tarik dihitung dengan menggunakan rumus berikut : Perhitungan : Kekuatan tarik kgfmm
2
=
3.5.2   Prosedur Uji Perpanjangan  pada saat Putus [87]
Uji  perpanjangan  pada  saat  putus  dari  bioplastik  dilakukan  di Laboratorium Polimer, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
1. Sampel dipotong dengan ukuran 13 mm x 57 mm dengan tebal ≤ 7 mm.
2. Pengujian dilakukan dengan  cara  menempatkan spesimen pada  genggaman
mesin uji. 3.
Indikator ekstensi extensomer dipasang.
Universitas Sumatera Utara
39 4.
Alat pengukur regangan melintang dipasang. 5.
Dilakukan pengukuran beban dan tegangan. 6.
Kecepatan pengujian diatur sesuai dengan laju yang diperlukan. 7.
Kurva tegangan-beban dicatat. 8.
Dicatat persen perpanjangan pada saat putus pada grafik dikali dengan 100.
3.5.3    Prosedur Uji
Modulus Young
Uji
Modulus  Young
didasarkan  pada  hasil  uji  kekuatan  tarik  dan  uji perpanjangan pada saat putus.
1. Diperoleh data nilai kekuatan tarik dari hasil pengujian.
2. Diperoleh data nilai perpanjangan pada saat putus dari hasil pengujian.
3. Ditentukan  nilai
Modulus  Young
berdasarkan  nilai  kekuatan  tarik  dan perpanjangan pada saat putus dari data yang diperoleh.
Perhitungan :
Modulus Young
MPa =
3.5.4  Prosedur Uji Penyerapan Air  [88]
Uji  penyerapan  air  dari  bioplastik  dilakukan  di  Laboratorium  Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
1. Dipotong  plastik  dengan  diameter  50,8  mm  dan  tebal  ±  0,18  mm  dan
ditimbang berat sampel. 2.
Masukkan  sampel  plastik  ke  dalam  wadah  berisi  air  distilat  dengan temperatur 23±1
o
C selama 24 jam. 3.
Setelah 24 jam, sampel diambil dan dibersihkan dengan menggunakan kain kering. Penyerapan air dihitung dengan rumus :
Perhitungan : Penyerapan air
Universitas Sumatera Utara
40
3.5.5  Prosedur Uji Densitas [89]
Uji  densitas  dari  bioplastik  dilakukan  di  Laboratorium  Operasi  Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara.
1. Film dipotong dengan ukuran 5 cm x 5 cm dengan tebal tertentu, kemudian
dihitung volumenya. 2.
Potongan film ditimbang dan rapat massa
film
ditentukan dengan membagi massa  dengan volumenya gcm
3
. Perhitungan :
= Dimana :
ρ  = densitas gcm
3
m  = massa g v
= volume cm
3
3.5.6   Prosedur  Analisis  Gugus  Fungsi  Bioplastik  dengan  FT-IR
F ourier Transform Infrared
Analisis  gugus  fungsi  dengan  FT-IR  dilakukan  di  Laboratorium  Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
1. Sampel  film  plastik    ditempatkan  ke  dalam
set  holder
,  kemudian  dicari
spektrum yang sesuai.
2. Hasil  yang  di  dapat  berupa  difraktogram  hubungan  antara  bilangan
gelombang dengan intensitas.
3. Spektrum FTIR di rekam menggunakan spektrometer pada suhu ruang.
3.5.7   Prosedur  Analisis  Morfologi  Permukaan  Bioplastik  dengan  SEM
Scanning Electron Microscope
Analisis dengan SEM ini dilakukan di Laboratorium Terpadu USU. 1.
Sampel  yang  diambil  dari  patahan  bioplastik  setelah  uji  kekuatan  tarik ditempelkan pada
set holder
dengan perekat ganda.
2. Sampel dilapisi dengan logam tembaga dalam keadaan vakum.
3. Sampel dimasukkan pada tempatnya di dalam
SEM
4. Gambar  topografi  diamati  dan  dilakukan  perbesaran  5000  kali  dan  10000
kali.
Universitas Sumatera Utara
41
3.5.8   Prosedur  Analisis  Profil  Gelatinisasi  Larutan  Pati,  Asam  Asetat, Kitosan dan Sorbitol dengan RVA Rapid Visco  Analyzer
Profil  gelatinisasi  dari  larutan  pati,  asam  asetat,  kitosan  dan  sorbitol, dianalisis  dengan  RVA  yang  dilakukan  di  Laboratorium  Jasa  Uji  Fakultas
Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran. 1.
Isi bak pendingin dengan akuades sampai tanda pada  display muncul tanda bahwa air sudah cukup terisi.
2. Pasang kabel pada stop kontak, nyalakan alat  dengan menekan tombol yang
berada di bagian belakang alat, nyalakan juga air pendingin. 3.
Atur
temperature, time, pump, refrigerate.
4. Jika semua parameter pengaturan sudah sesuai, tekan tombol ON sampai
semua pengaturan posisi on  perhatikan tanda di display 5.
Pilih menu STD 1 pada menu utama 6.
Pasang flashdisk pada alat RVA. 7.
Timbang sampel sebanyak 3,5-4 gram sesuaikan dengan kandungan air sampel dan masukan ke canister
8. Tambahkan akuades atau buffer sebanyak  25 gram  sesuaikan dengan
penimbangan sampel. 9.
Simpan canister pada alat dan mulai pengukuran dengan menekan tombol √,
lalu  tower sampel pada alat. 10.
Alat akan memutar sampel dengan pemanasan pada 50 – 95 C selama ± 23
menit. 11.
Jika sudah selesai, grafik pengukuran bisa di lihat pada display, lalu pilih option save.
12. Saving data pada flashdisk.
Universitas Sumatera Utara
42
3.6  FLOWCHART PENELITIAN 3.6.1  Flowchart Ekstraksi Pati
Gambar 3.1 Flowchart Ekstraksi Pati Mulai
Biji durian dikupas bagian selubung luar dan kulit arinya kemudian dicuci Biji durian dipotong tipis-tipis dan direndam air kapur larutan
CaCO
3
1 selama 15 menit Biji durian dibilas dengan air sampai bersih
Biji durian yang sudah bersih dijemur di bawah matahari selama ±6 jam Biji durian dihancurkan dengan blender dengan bantuan air
Biji durian yang telah halus dikeluarkan dari blender dan disaring menggunakan saringan plastik
Selesai Filtrat suspensi pati yang dihasilkan kemudian dimasukkan
dalam kulkas dan diendapkan selama 24-48 jam Cairan bening pada bagian atas dibuang hingga menyisakan
endapan putih yang kaya pati
Pati basah yang dihasilkan diuji dengan lakmus merah, jika pati masih bersifat basa maka pati dicuci dengan aquades dan
diendapkan lagi hingga diperoleh endapan pati dengan pH netral
Pati basah kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50
o
C selama ± 24 jam hingga kering
Pati kering yang berbentuk gumpalan rapuh dihancurkan dengan menggunakan tumbukan hingga halus kemudian di ayak
Universitas Sumatera Utara
43
3.6.2 Flowchart Pembuatan Bioplastik
Larutan dalam cetakan dikeringkan dalam oven pada temperatur T = 45
o
C selama 24 jam Mulai
Dicampurkan pati dengan aquades pada beaker glass 500 ml
Beaker glass 500 ml yang berisi larutan pati diletakkan di atas
magnetic stirrer hot plate
Ditimbang massa pati – kitosan dengan perbandingan 7 : 3, 8:2
dan 9:1 dari total massa pati - kitosan yaitu 10 gram.
Ditambahkan larutan kitosan kemudian diaduk
Ditambahkan sorbitol ke dalam Ditimbang massa sorbitol dengan variasi konsentrasi 2 gram,
3 gram dan 4 gram
A Dibuat larutan kitosan dengan melarutkan
kitosan yang telah ditimbang ke dalam larutan asam asetat 1  dimana perbandingan kitosan :
asam asetat 1 adalah 3 : 130 mv.
Setelah temperatur tercapai dimana larutan sudah mengental dan berwarna kecoklatan,
magnetic stirrer
dimatikan
Larutan didinginkan dan dituangkan merata ke dalam cetakan akrilik dengan volume cetakan adalah 20 x 20 x 0,3 cm
3
Universitas Sumatera Utara
44 Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Bioplastik
3.6.3 Flowchart Uji Kadar Abu Pati
Gambar 3.3 Flowchart Uji Kadar Abu Pati Selesai
Setelah dikeringkan, diangkat dan dimasukkan ke dalam desikator selama 24 jam.
Kemudian plastik dilepas dari cetakannya. Plastik siap untuk dianalisis
Sampel ditimbang seberat 2 gram dan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah dikeringkan
Lalu diabukan dalam furnace pada suhu 650
o
C ± 12 jam
Selesai Mulai
Setelah dingin dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang kemudian dihitung dengan rumus perhitungan kadar air.
A
Universitas Sumatera Utara
45
3.6.4 Flowchart Uji  Penyerapan Air Bioplastik
Gambar 3.4 Flowchart Uji Penyerapan Air Bioplastik
3.6.5 Flowchart Uji Densitas Bioplastik
Gambar 3.5 Flowchart Uji Densitas Bioplastik Mulai
Ditimbang film yang sudah dipotong kemudian dihitung nilai densitasnya
Dipotong film dengan ukuran  5 x 5 cm
2
Dihitung volumenya
Selesai Mulai
Setelah 24 jam, sampel diambil dan dibersihkan dengan menggunakan kain kering
Dipotong plastik dengan diameter 50,8 mm dan tebal ± 0,18 mm dan ditimbang berat sampel.
Masukkan sampel plastik ke dalam wadah berisi air distilat denngan temperatur 23±1
o
C selama 24 jam.
Selesai Setelah 24 jam, sampel diambil dan dibersihkan
dengan menggunakan kain kering dan ditimbang
Dhitung nilai penyeran airnya
Universitas Sumatera Utara
46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  HASIL KARAKTERISASI PATI DARI BIJI DURIAN
Dari  hasil  ekstraksi  pati  dari  biji  durian  diperoleh  rendemen  pati  adalah sebesar 20,58, dimana dari 100 gram biji durian dihasilkan pati kering sebanyak
20,58  gram.    Jumlah  rendemen  pati  dapat  dipengaruhi  oleh  adanya  granula  pati yang  berukuran  kecil  yang  jumlahnya  sekitar  5  dari  jumlah  total  pati,  dimana
ketika dilakukan proses ekstraksi dan pencucian maka granula berukuran kecil ini akan  mudah  membentuk  koloid  dan  akan  ikut  terbuang  bersama  air  pengekstrak
[90], sehingga dapat mengurangi jumlah pati yang diperoleh.  Pati biji durian yang dihasilkan  berwarna  putih,  dengan  ukuran  partikel  ±100  mesh.  Berdasarkan
penelitian  Jufri  dkk.,  2006,  pati  biji  durian  berwarna  putih  disebabkan  oleh bahan  yang  diekstrak  yaitu  kotiledon  dari  biji  durian  berwarna  putih.  Selain  itu
kualitas air yang digunakan dalam proses pembuatan pati juga menentukan warna dari pati, dimana air yang bersih akan memberikan hasil pati yang lebih putih dan
kualitas yang lebih baik [91]. Gambar 4.1 berikut merupakan Gambar biji durian dan pati  hasil ekstraksi dari biji durian.
a b
Gambar 4.1 a Biji Durian b Pati Biji Durian dengan Ukuran ±100 mesh
Universitas Sumatera Utara
47 Karakterisasi  pati  dari  biji  durian  bertujuan  untuk  menetapkan  komposisi
kimia yang terkandung di dalam pati, yang terdiri dari kadar pati amilum, kadar air,  kadar  abu,  kadar  lemak,  kadar  protein,  kadar  amilosa  dan  kadar  amilopektin
sehingga  diketahui  kualitas  pati  yang  diperoleh.  Hasil  keseluruhan  karakterisasi ini disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Komposisi Kimia Pati Biji Durian Komponen Pati Biji Durian
Kadar Standar Industri
Indonesia Pati amilum
76,6530 min. 75
-  Amilosa 22,3365
- -  Amilopektin
54,3165 -
Air 12,73
maks. 14 Abu
0,51 maks. 1,5
Lemak 0,61
- Protein
11,61 -
[92]
4.1.1  Kadar Pati
Tujuan  dari  analisis  kadar  pati  adalah    untuk  menetapkan  persentase kandungan  pati  amilum  yang  terdapat  per  satuan  massa  serbuk  pati  hasil
ekstraksi  dari  biji  durian.  Karakterisasi  pati  dilakukan  dengan  menggunakan sampel  pati  sebanyak  5  gram,  dan  diperoleh  nilai  kadar  pati  adalah  sebesar
76,6530 . Jumlah ini telah memenuhi standar pati berdasarkan Standar Industri Indonesia SII yaitu minimal 75  pati. Kadar pati yang diperoleh dari penelitian
ini  lebih  tinggi  dari  kadar  pati  pada  penelitian  Soebagio  dkk.,  2006  dengan metode yang sama, yaitu sebesar 68,22 , namun lebih rendah jika dibandingkan
dengan hasil penelitian  Cornelia dkk., 2013, yaitu sebesar 83,92.  Perbedaan kadar pati yang diperoleh ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kemurnian pada saat
proses  ekstraksi  pati,  dimana  semakin  banyak  campuran  dalam  serbuk  pati  yang diperoleh,  seperti  serat,  pasirkotoran  yang  terikut,    maka  semakin  rendah  kadar
patinya per satuan massa [63].
4.1.2  Kadar Amilosa dan Amilopektin
Tujuan  dari  analisis  kadar  amilosa  dan  amilopektin  adalah    untuk menetapkan  perbandingan  jumlah  amilosa  dan  amilopektin  di  dalam  pati  biji
durian,  dimana  kadar  amilosa  dan  amilopektin  berpengaruh  nyata  terhadap  sifat
Universitas Sumatera Utara
48 mekanik film yang dihasilkan.  Dari pengujian dengan menggunakan sampel pati
biji durian sebanyak 100 mg diperoleh hasil kadar amilosa dan amilopektin adalah sebesar 22,3365 dan 54,3165. Nilai amilosa ini mendekati kadar amilosa pati
biji  durian  yang  dihasilkan  oleh  penelitian  Jufri  dkk.,  2006  dengan menggunakan  metode  yang  sama,  yaitu  sebesar  26,607.  Dibandingkan
amilopektin,  amilosa  adalah  fraksi  yang  lebih  berperan  dalam  pembentukan  gel serta  dapat  menghasilkan  lapisan  tipis  film  yang  lebih  kompak  [64].  Namun
dengan meningkatnya kekompakan dari struktur plastik maka dapat menyebabkan sifat
elongation
plastik  menurun.  Menurut  hasil  penelitian  Yulianti  dan  Erliani 2012,  dari  beberapa  jenis  sumber  pati  yaitu  ubi  kayu,  ganyong,  ubi  jalar  dan
garut, nilai kadar amilosa tertinggi terdapat pada pati ganyong, yaitu 42,7 berat kering,  dimana
edible  film
yang  dihasilkan  dari  pati  ganyong  tersebut menunjukkan nilai pemanjangan yang lebih rendah.
Rasio  amilosa  :  amilopektin  pada  biji  durian  sudah  hampir  sama  dengan pati sukun sebagai bahan baku pembuatan bioplastik pada penelitian Setiani dkk.,
2013  yaitu  26,76  :  73,24,  dimana  pada  formula  pati-kitosan  6  :  4  dapat menghasilkan  bioplastik  dengan  kekuatan  tarik  terbesar  16,34  MPa  yang
memenuhi nilai kekuatan tarik standar plastik
biodegradable
sebesar 10-100 MPa. Maka  pati  biji  durian  sudah  sesuai  untuk  dijadikan  bahan  baku  pembuatan
bioplastik.
4.1.3  Kadar Air
Tujuan  dari  analisis  kadar  air  adalah    untuk  menetapkan  persentase kandungan  air  yang  terdapat  per  satuan  massa  serbuk  pati  yang  diperoleh  dari
hasil  ekstraksi  dari  biji  durian.  Kadar  air  perlu  ditetapkan  sebab  sangat berpengaruh  terhadap  daya  simpan  bahan.  Dari  pengujian  dengan  menggunakan
sampel  pati  biji  durian  sebanyak  20  diperoleh  hasil  kadar  air  sebesar  12,73. Berdasarkan standar mutu pati menurut standar industri Indonesia, kadar air yang
diizinkan  adalah  maksimal  14  .  Berdasarkan  kadar  air  pati  menurut  Standar Industri Indonesia, kadar air pati biji durian telah memenuhi standar yang berlaku.
Pengaruh  lama  pengeringan  dan  juga  banyaknya  air  yang  tersimpan  atau  terikat pada granula pati sangat mempengaruhi kadar air pati dari berbagai varietas bahan
Universitas Sumatera Utara
49 pangan  [93].  Makin  tinggi  kadar  air  suatu  bahan  maka  makin  besar  pula
kemungkinan  bahan  tersebut  rusak  atau  tidak  tahan  lama.  Proses  pengeringan sangat  berpengaruh  terhadap  kadar  air  yang  dihasilkan.  Pengeringan  pada  pati
mempunyai  tujuan  untuk  mengurangi  kadar  air  sehingga  pertumbuhan  mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakan pada pati dapat dihambat Batas kadar air
minimum dimana mikroba masih dapat tumbuh adalah 14 – 15  [66].
4.1.4   Kadar Abu
Kadar  abu  menunjukan  kandungan  mineral  suatu  bahan  pangan.  Tujuan dari analisis kadar abu adalah  untuk menetapkan persentase kandungan abu yang
terdapat  per  satuan  massa  serbuk  pati  yang  diperoleh  dari  hasil  ekstraksi  biji durian.  Dari  pengujian  dengan  menggunakan  sampel  pati  biji  durian  sebanyak
20 diperoleh  hasil  kadar abu sebesar 0,51, nilai ini dua kali lipat lebih besar dari kadar abu pati biji  durian berdasarkan hasil penelitian Cornelia dkk., 2013
dengan  menggunakan  metode  yang  sama,  yaitu  sebesar  0,25.  Berdasarkan standar  mutu  pati  menurut  standar  industri  Indonesia,  kadar  abu  yang  diizinkan
adalah  maksimal  1,5.  Abu  didefinisikan  sebagai  residu  yang  tertinggal  setelah suatu bahan pangan dibakar hingga bebas karbon. Semakin besar kadar abu suatu
bahan  pangan  menunjukan  semakin  tinggi  kandungan  mineral  bahan  pangan tersebut  [71].  Jika  dibandingkan  dengan  kadar  abu  pati  menurut  standar  industri
Indonesia, kadar abu pati biji durian telah memenuhi standar.
4.1.5  Kadar Lemak
Kadar lemak dalam pati dapat mempengaruhi proses gelatinisasi, sehingga perlu  dilakukan  analisis  kadar  lemak  dengan  tujuan  untuk  mengetahui  jumlah
kandungan lemak yang terdapat per satuan massa serbuk pati yang diperoleh dari hasil  ekstraksi  biji  durian.  Dari  pengujian  dengan  menggunakan  sampel  pati  biji
durian  sebanyak  20  diperoleh  hasil  kadar  lemak  sebesar  0,61.  Nilai  ini mendekati nilai kadar lemak pati biji durian hasil penelitian Cornelia dkk., 2013
dengan  menggunakan  metode  yang  sama,  yaitu  sebesar  0,38.  Lemak  mampu membentuk  kompleks  dengan  amilosa  sehingga  menghambat  keluarnya  amilosa
dari granula pati. Selain itu sebagian besar lemak akan diabsorbsi oleh permukaan
Universitas Sumatera Utara
50 granula  sehingga  berbentuk  lapisan  lemak  yang  bersifat  hidrofobik  di  sekeliling
granula.  Lapisan  lemak  tersebut  akan  menghambat  pengikatan  air  oleh  granula pati. Hal ini menyebabkan kekentalan dan kelekatan pati berkurang akibat jumlah
air berkurang untuk terjadinya pengembangan granula pati [70].
4.1.6  Kadar Protein
Analisis  kadar  protein  dapat  menunjukkan  kadar  nitrogen  yang  terdapat pada pati Chandra, dkk., 2013. Tujuan dari analisis kadar protein adalah  untuk
menetapkan persentase kandungan protein yang terdapat per satuan massa serbuk pati  yang  diperoleh  dari  hasil  ekstraksi  biji  durian.  Dari  pengujian  dengan
menggunakan  sampel  pati  biji  durian  sebanyak  0,510  diperoleh  hasil  kadar protein  sebesar  11,61.  Kadar  protein  pada  pati  biji  durian  cukup  besar,  hal  ini
dapat  menyebabkan  viskositas  pati  menurun,  dimana  hal  ini  kurang  diharapkan dalam  penggunaan  pati  sebagai
thickening  agents
[94].  Dalam  pembuatan bioplastik,  berdasarkan  penelitian  Cornelia  dkk.,  2013,  kadar  protein  pati  biji
durian sebesar 4,76  dapat menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan sehingga bioplastik yang terbuat dari pati biji durian berwarna tidak jernih.
4.2  HASIL ANALISIS FT-IR
F OURIER TRANSF ORM INF RA RED
Analisis  gugus  fungsi  dari  pati  biji  durian  dilakukan  dengan  tujuan  untuk mengetahui  gugus-gugus  penyusun  struktur  molekul  dari  pati  biji  durian  yang
diperoleh  dari  hasil  penelitian.  Analisis  gugus  fungsi  ini  dilakukan  dengan menggunakan  FT-IR.  FT-IR  adalah  salah  satu  teknik  indentifikasi  struktur  baik
untuk  senyawa  organik  maupun  senyawa  anorganik.  Analisis  ini  merupakan metoda  semi  empirik  dimana  kombinasi  pita  serapan  yang  khas  dapat  diperoleh
untuk menentukan struktur senyawa yang terdapat dalam suatu bahan [95].
4.2.1 Hasil Analisis FT-IR Pati Biji Durian
Dari  analisis  gugus  fungsi  menggunakan  FT-IR  diperoleh  hasil  spektrum dalam bentuk  grafik. Gambar 4.2 berikut  ini merupakan hasil FT-IR sampel  pati
biji durian.
Universitas Sumatera Utara
51 Gambar 4.2 Hasil Analisis FT-IR Pati Biji Durian
Dari  hasil  FT-IR  pati  biji  durian  dapat  dilihat  terdapat  beberapa  puncak serapan  yang  menunjukkan  adanya  gugus  C-H  aromatik  yaitu  pada  bilangan
gelombang  705,95  cm
-1
,  763,81  cm
-1
dan  860,25  cm
-1
.  Gugus  C-H  alkena ditunjukkan  pada  panjang  gelombang  929,69  cm
-1
.  Terdapat  adanya  serapan gugus  C-O  eter  atau  C-O  ester  pada  bilangan  gelombang  1080,14  cm
-1
dan 1149,57  cm
-1
.  Adanya  puncak  serapan  pada  bilangan  gelombang  1242,16  cm
-1
dan  1338,60  cm
-1
menunjukkan  keberadaan  gugus  C-N  amina.  Terdapat  gugus C=C alkena pada serapan 1639,49 cm
-1
, gugus C-H alkana  pada serapan 2835,36 cm
-1
,  2893,22  cm
-1
dan  2935,66  cm
-1
,  dan  gugus  O-H  yang  mengandung  ikatan hidrogen  pada  bilangan  gelombang  3352,28  cm
-1
.  Gambar  4.3  berikut  ini merupakan  struktur  molekul  dari  pati  [26],  dimana  pati  merupakan  senyawa
polimer  dari  monomer  glukosa.  Dari  struktur  molekulnya  dapat  dilihat  pati mengandung  gugus  C-H  aromatik  yang  terlihat  dari  hasil  FT-IR  pada  bilangan
gelombang 705,95 cm
-1
, 763,81 cm
-1
dan 860,25 cm
-1
, juga mengandung gugus C- O  eter  pada  bilangan  gelombang  1080,14  cm
-1
dan  1149,57  cm
-1
,  serta  terdapat gugus O-H ikatan hidrogen pada bilangan gelombang 3352,28 cm
-1
.
Universitas Sumatera Utara
52 Gambar 4.3 Struktur Molekul Pati
Selanjutnya  dari  hasil  pengamatan  FT-IR  pati  biji  durian  terdapat  adanya gugus amina C-N yang mengindikasi adanya senyawa protein. Protein merupakan
polimer dari monomer asam  amino. Gambar 4.4  merupakan rumus struktur dari asam amino [78], dapat dilihat pada struktur asam amino tersebut terdapat gugus
amina C-N, dimana dari hasil FT-IR gugus amina C-N terindikasi dengan adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 1242,16 cm
-1
dan 1338,60 cm
-1
.
Gambar 4.4 Struktur Molekul Asam Amino Dari analisis FT-IR pati biji durian juga terdapat serapan yang menunjukkan
adanya gugus C-O ester. Gugus ester dapat berasal dari senyawa lemak. Hidrolisis lemak menghasilkan asam lemak, dimana asam lemak merupakan senyawa asam
karboksilat.  Gambar  4.5  merupakan  rumus  struktur  lemak  dan  asam  lemak  [92], dimana dapat dilihat lemak merupakan senyawa ester yang mengandung gugus C-
O  ester,    dimana  dari  hasil  FT-IR  gugus  C-O  ester  terindikasi  dengan  adanya puncak serapan pada bilangan gelombang 1080,14 cm
-1
dan 1149,57 cm
-1
.
Gambar 4.5 Struktur Molekul Lemak CH
2
OH
H
H N
C R
H C
O
OH
Universitas Sumatera Utara
53
4.2.2 Hasil  Analisis  FT-IR  Pati  Biji  Durian,  Kitosan,  Bioplastik  tanpa Kitosan dan Sorbitol, dan Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol
Gambar  4.6  berikut  ini  merupakan  hasil  FT-IR  pati  biji  durian,  kitosan, bioplastik tanpa kitosan dan sorbitol, serta bioplastik dengan kitosan dan sorbitol.
Gambar 4.6   Hasil  Analisis  FT-IR  Pati  Biji  Durian,  Kitosan,  Bioplastik  tanpa Kitosan dan Sorbitol serta Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol
Senyawa  kitosan  ditandai  dengan  adanya  gugus  fungsional  yaitu  gugus amino  dan  terdapat  juga  gugus  hidroksil  primer  dan  sekunder  [96].  Hal  tersebut
dapat dilihat dari hasil FT-IR kitosan pada Gambar 4.6, dimana keberadaan gugus amino C-N dan N-H terbaca pada bilangan gelombang 1311,59 cm
-1
dan 1570,06 cm
-1
,  serta  adanya  gugus  hidroksil  O-H  pada  puncak  bilangan  serapan  3452,58 cm
-1
.  Dari  hasil  FT-IR  bioplastik  dari  pati  biji  durian  tanpa  kitosan  dan  sorbitol serta  bioplastik  dari  pati  biji  durian  dengan  kitosan  dan  sorbitol  dapat  dilihat
bahwa  gugus-gugus  yang  terkandung  di  dalam  kedua  biolastik  tersebut merupakan  gugus-gugus  yang  berasal  dari  komponen  penyusunnya  dan  tidak
terdapat  gugus  baru  yang  terbentuk.  Gugus-gugus  tersebut  meliputi  gugus  C-H aromatik,  C-O  ester,  C=C  alkena,  C-H  alkana  dan  O-H  ikatan  hidrogen  yang
berasal  dari  gugus  pati  dan  kitosan.  Seiring  dengan  bioplastik  tanpa  kitosan  dan sorbitol, pada bioplastik dengan kitosan dan sorbitol juga tidak terdapat gugus C-
N yang ada pada pati dan kitosan, hal ini dikarenakan gugus C-N yang diindikasi
20 40
60 80
100 120
400 800
1200 1600
2000 2400
2800 3200
3600 4000
Bilangan Gelombang cm
-1
Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol Bioplastik tanpa Kitosan dan Sorbitol
Pati Kitosan
O-H C-H
N-H
N-H
C=C C-N
C-O C-H
Trans m
itans i
Bioplastik dengan Kitosan dan Sorbitol Bioplastik tanpa Kitosan dan Sorbitol
Kitosan
Universitas Sumatera Utara
54 berasal  dari  molekul  protein  mengalami  pemutusan  ikatan  akibat  denaturasi
protein  yang  terjadi  pada  temperatur  55-75
o
C  [97].  Namun  berbeda  dengan bioplastik tanpa kitosan dan sorbitol, pada bioplastik dengan kitosan dan sorbitol
terdapat  gugus  N-H, hal  ini dikarenakan gugus  N-H berasal  dari kitosan. Terjadi peningkatan  bilangan  gelombang  gugus  O-H  dari  pati  ke  bioplastik  yaitu  dari
3352,28 cm
-1
menjadi 3653,18 cm
-1
, dan adanya peningkatan bilangan gelombang gugus  N-H  dari  kitosan  ke  bioplastik  yaitu  dari  1570,06    cm
-1
1589,34  cm
-1
. Peningkatan nilai bilangan gelombang gugus O-H dan N-H adalah akibat semakin
banyaknya  ikatan  hidrogen  yang  terbentuk  ketika  komponen  pati  dan  kitosan dicampurkan pada proses  pembuatan bioplastik, dimana ikatan hidrogen  tersebut
terdiri dari ikatan di antara rantai amilosa-amilosa, amilosa-amilopektin, kitosan- kitosan serta amilosa-kitosan-amilopektin.
4.3 HASIL ANALISIS RVA
RAPID VISCO  ANALYZER
Tujuan  analisis  RVA
Rapid  Visco    Analyzer
adalah  untuk  mengetahui profil  gelatinisasi  dari  pati.  Karakterisasi  ini  berkaitan  dengan  pengukuran
viskositas  pati  dengan  konsentrasi  tertentu  selama  pemanasan  dan  pengadukan. Berikut  ini  ditampilkan  hasil  analisis  RVA  dari  beberapa  bahan,  yaitu  RVA  pati
biji  durian,  RVA  bioplastik  dengan  penambahan  asam  aetat,  pengisi  kitosan  dan
plasticizer
sorbitol.
4.3.1  Hasil Analisis RVA Pati Biji Durian
Hasil  dari  analisis  RVA  pati  biji  durian  dapat  diplotkan  menjadi  kurva profil gelatinisasi yaitu hubungan antara nilai viskositas cP pada sumbu y dan
perubahan temperatur
o
C juga pada sumbu y selama waktu proses pemanasan dan  pendinginan  detik  pada    sumbu  x,  yang  dapat  dilihat  pada  Gambar  4.7
berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
55 Gambar 4.7  Profil Gelatinisasi Pati Biji Durian yang diukur dengan RVA
Data-data  hasil  analisis  profil  gelatinisasi  pati  biji  durian  dari  kurva  RVA pada Gambar 4.7 di atas disajikan dalam tabel 4.2 di bawah ini,  yaitu mencakup
nilai
pasting  temperature,  peak  viscosity,  hold  viscosity,  final  viscosity, breakdown,
dan
setback 1.
Tabel 4.2 Data Profil Gelatinisasi Pati Biji Durian Parameter
Hasil Analisis
Pasting temperature
o
C 75,21
Peak viscosity
cP 2701
Hold viscosity
cP 1704,5
Final viscosity
cP 2522,5
Breakdown
cP 996,5
Setback 1
cP 818
Pasting  temperature
adalah  temperatur  awal  terjadinya  gelatinisasi.
Peak viskosity
adalah  viskositas  puncak  pada  saat  pati  tergelatinisasi  [81].
Hold viscosity
adalah  viskositas  pada  saat  temperatur  pemanasan  larutan  bioplastik dipertahankan  selama  beberapa  menit.
Final  viscosity
atau viskositas  akhir
merupakan  nilai  viskositas  pasta  pati  setelah  tahap  pendinginan.
Breakdown
adalah  nilai  yang  diperoleh    pada  tahap
holding
yaitu  suhu  pemanasan dipertahankan  untuk  mengetahui  tingkat  kestabilan  pasta  pati  pada  saat  proses
pemanasan.  Viskositas
breakdown
adalah  selisih  antara  nilai
peak  viscosity
dengan
hold viscosity
[83]. Viskositas
setback
1 adalah perubahan nilai viskositas selama  proses  pendinginan  yaitu  selisih  antara
hold  viscosity
dengan
final viscosity
[80].
-500 500
1000 1500
2000 2500
3000
20 40
60 80
100 120
100 200
300 400
500 600
700 800
900
T em
pera tur
o
C
Waktu detik
Temperatur Viskositas
V is
k o
si t
a s
Universitas Sumatera Utara
56 Dari  data  hasil  pengukuran  RVA  pati  biji  durian  di  atas  dapat  dijelaskan
bahwa  akibat  proses  pemanasan  suspensi  pati  biji  durian  mulai  mengalami gelatinisasi  pada  temperatur  75,21
o
C  dan  pada  waktu  proses  188  detik. Temperatur  gelatinisasi  ini  adalah  temperatur  pada  saat  mulai  terjadinya
peningkatan  viskositas  suspensi  pati  ketika  dipanaskan,  atau  disebut
Pasting Temperature
PT. Pada proses gelatinisasi terdapat beberapa tahapan, yaitu tahap pertama pati dalam air dingin akan menyerap air sampai sekitar 5-30, proses ini
bersifat
reversible
.  Tahap  kedua,  akibat  pemanasan  yang  diberikan  maka  ikatan hidrogen  antara  amilosa  dan  amilopektin  dalam  granula  pati  mulai  putus,
sementara energi kinetik molekul air meningkat dan lebih kuat daripada daya tarik menarik  antara  molekul  amilosa  dan  amilopektin,  sehingga  air  dapat  masuk  ke
dalam  granula  pati  dan  granula  mulai  mengembang.  Proses  penyerapan  air  ke dalam  granula  pati  ini  bersifat
irreversible
[64].    Pada  proses  gelatinisasi  tahap kedua  ini  dimana  granula  pati  membengkak  sehingga  menyebabkan  peningkatan
yang  cukup  signifikan  pada  viskositas  pasta  pati  hingga  mencapai  viskositas maksimum  atau  disebut
Peak  Viscosity
PV.  Hasil  pengukuran  dengan  RVA menunjukkan  nilai
peak  viscosity
pasta  pati  biji  durian  sebesar  2701  cP.
Peak viscosity
atau viskositas puncak ini menunjukkan kemampuan granula pati untuk mengikat air dan mempertahankan pembengkakan selama pemanasan [81].
Tahap ketiga gelatinisasi terjadi pengembangan granula lebih besar lagi dan mencapai  pengembangan  maksimum  hingga  granula  pecah  dan  menyebabkan
bagian amilosa dan sedikit amilopektin berdifusi keluar granula dan terdispersi ke dalam  larutan  [64].    Pecahnya  granula  pati  ini  berdampak  pada  turunnya
viskositas  pasta  pati.  Hal  ini  terjadi  ketika  temperatur  pemanasan  pasta  pati dipertahankan  pada  95
o
C  selama  90  detik  sehingga  terjadi  penurunan  viskositas menjadi  1704,5  cP.  Viskositas  ini  disebut
Hold  Viscosity
HV.  Penurunan  yang cukup  tajam  ini  menunjukkan  bahwa  granula  pati  biji  durian  kurang  tahan  dan
kurang stabil oleh proses pemanasan. Selisih  nilai  antara  nilai
peak  viscosity
dan
hold  viscosity
adalah  nilai viskositas
breakdown
.  Hasil  pengukuran  RVA  menunjukkan  nilai
breakdown
pasta  pati  biji  durian  sebesar  996,5  cP.  Semakin  rendah  nilai
breakdown
menunjukkan pasta yang terbentuk semakin stabil terhadap panas [98].
Universitas Sumatera Utara
57 Pada  saat  temperatur  proses  diturunkan  setelah  dipertahankan  pada  95
o
C, dari  hasil  pengukuran  dengan  RVA  dapat  dilihat  bahwa  viskositas  pasta  pati
meningkat menjadi 2522,5 cP. Viskositas ini disebut viskositas pasta dingin atau
Final  Viscosity
FV.    Peningkatan  viskositas  ini  disebabkan  terbentuknya kembali ikatan hidrogen antara amilosa dan amilopektin [80].
Final viscosity
atau viskositas  akhir    menunjukkan  kemampuan  pati  untuk  membentuk  pasta  kental
atau  gel  setelah  proses  pemanasan  dan  pendinginan  [99].  Perubahan  viskositas selama  proses  pendinginan  ini  disebut
setback
1  yaitu  selisih  antara  HV  dengan FV,  yaitu  nilainya  sebesar  818  cP.  Adanya  nilai
seback
ini  menunjukkan kemampuan pasta pati mengalami retrogradasi yaitu proses pembentukan kembali
matriks  pati  yang  telah  mengalami  gelatinisasi  [80].  Molekul-molekul  amilosa akan  berikatan  kembali    satu  sama  lain  dengan  percabangan  amilopektin  di  luar
granula setelah pasta didinginkan [99]. Dari hasil analisis RVA pati biji durian di atas, dapat ditentukan tipe profil
gelatinisasinya. Berdasarkan pola viskositas pastanya, profil gelatinisasi pati dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu tipe A dengan viskositas puncak yang tinggi
dan  diikuti  dengan  pengenceran  yang  cepat  selama  pemanasan,  tipe  B  dengan viskositas  puncak  yang  lebih  rendah  dan  pengenceran  yang  tidak  terlalu  besar
selama  pemanasan,  tipe  C  dengan  tidak  adanya  viskositas  puncak  namun cenderung  membentuk  viskositas  yang  sangat  tinggi  dan  tetap  konstan  atau
meningkat selama pemanasan, dan tipe D dimana konsentrasinya perlu dinaikkan untuk menghasilkan viskositas pasta panas seperti pada tipe C [100]. Maka profil
gelatinisasi  pati  biji  durian  dapat  digolongkan  tipe  A,  hal  ini  ditunjukkan  oleh viskositas  puncak  yang  tinggi  yaitu  2701  cP  dan  pengenceran  yang  cepat  yang
ditunjukkan nilai viskositas
breakdown
yang cukup besar yaitu 996,5 cP.
Universitas Sumatera Utara
58
4.3.2  Hasil  Analisis  RVA  Larutan  Bioplastik  dari  Pati  Biji  Durian  dengan Penambahan  Asam Asetat, Pengisi Kitosan dan
Plasticizer
Sorbitol
Hasil  dari  analisis  RVA  larutan  bioplastik  dari  pati  biji  durian  dengan penambahan  asam asetat, pengisi kitosan dan
plasticizer
sorbitol dapat diplotkan menjadi kurva profil gelatinisasi yang dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut ini.
Gambar 4.8  Profil  Gelatinisasi  Larutan  Bioplastik  dari  Pati  Biji  Durian  dengan Penambahan  Asam Asetat, Pengisi Kitosan dan
Plasticizer
Sorbitol yang diukur dengan RVA
Data-data hasil analisis profil gelatinisasi dari kurva RVA pada Gambar 4.8 di  atas  disajikan  dalam  tabel  4.3  di  bawah  ini,  yaitu  mencakup  nilai
pasting temperature,  peak  viscosity,  hold  viscosity,  final  viscosity,  breakdown,
dan
setback 1.
Tabel 4.3 Data Profil Gelatinisasi Larutan Bioplastik dari Pati Biji Durian dengan Penambahan  Asam Asetat, Pengisi Kitosan dan
P lasticizer
Parameter Hasil Analisis
Pasting Temperature
o
C -
Peak Viscosity
cP 18,5
Hold Viscosity
cP 17,5
Final Viscosity
cP 34,5
Breakdown
cP 1
Setback1
17
Tujuan  dilakukannya  analisis  RVA  pada  larutan  bioplastik  dari  pati  biji
durian  dengan  penambahan    asam  asetat,  pengisi  kitosan  dan
plasticizer
sorbitol adalah untuk mengetahui data-data profil gelatinisasi dari larutan tersebut, seperti
pasting  temperature
dan  viskositas  pastanya.  Data  tersebut  diperlukan  untuk
-20 20
40 60
80 100
20 40
60 80
100 120
100 200
300 400
500 600
700 800
900
T em
pera tur
o
C
Waktu detik
Temperatur Viskositas
Universitas Sumatera Utara
59 mengamati  pada  temperatur  berapa  pati  biji  durian  yang  telah  dicampur  dengan
bahan  lainnya  mulai  tergelatinisasi  dan  bagaimana  viskositas  pastanya  selama pemanasan  dan  pendinginan,  sehingga  kemudian  dapat  dilihat  bagaimana
pengaruh  temperatur  terhadap  bioplastik  yang  akan  terbentuk  setelah  proses pemanasan tersebut. Namun dari hasil RVA yang disajikan dalam tabel 4.3, tidak
dihasilkan  data
pasting  temperatur
.  Begitu  juga  data  viskositas  pastanya  sangat jauh  lebih  kecil  jika  dibandingkan  data  viskositas  pasta  dari  pati  biji  durian  itu
sendiri.  Hal  ini  disebabkan  ketidaksesuaian  komposisi  larutan  bioplastik  untuk dijadikan  sampel  RVA.  Dapat  dilihat  dari  prosedur  RVA  pada  bab  III,  sampel
serbuk  pati  digunakan  sebanyak  40,  kemudian  ditambahkan  akuades  atau buffer sebanyak 25 gram, sehingga konsentrasi pati dalam campuran adalah 16.
Jika dibandingkan dengan komposisi larutan bioplastik yang akan diuji, dimana 7 gram  pati  ditambahkan  dengan  akuades  sebanyak  60  ml  dan  asam  asetat  1
sebanyak 130 ml, konsentrasi pati dalam campuran adalah 3,7 , jauh lebih kecil dibandingkan  konsentrasi  pati  untuk  dijadikan  sampel  menurut  prosedur  RVA,
maka  larutan  bioplastik  tidak  sesuai  untuk  dijadikan  sampel  RVA,  sehingga analisis  RVA    yang  dilakukan  tidak  menghasilkan  data  yang  diharapkan.
Sehingga  dalam  hal  ini  tidak  dapat  diamati  kondisi  viskositas  larutan  bioplastik seiring dengan penambahan temperatur, dan tidak dapat diketahui pada temperatur
pemanasan berapa pati dalam larutan bioplastik mulai tergelatinisasi.
Universitas Sumatera Utara
60
4.4  PENGARUH PENAMBAHAN
PENGISI KITOSAN
DAN
PLASTICIZER
SORBITOL SERTA  TEMPERATUR  PEMANASAN
TERHADAP DENSITAS BIOPLASTIK
Gambar  4.9  a,  b  dan  c  berikut  ini  merupakan  grafik  pengaruh penambahan  pengisi  kitosan  dan
plasticizer
sorbitol  terhadap  densitas  bioplastik pada berbagai temperatur pemanasan larutan bioplastik.
a
b
c
Gambar 4.9 Pengaruh Penambahan Kitosan dan Sorbitol terhadap Densitas Bioplastik pada Temperatur Pemanasan Larutan Bioplastik a 70°C b 80°C c 90°C
1,3200 1,3350
1,6300
0,9234 1,1471
1,2833
0,5000 1,0438
1,2483
0,0 0,2
0,4 0,6
0,8 1,0
1,2 1,4
1,6 1,8
10 20
30
D ensi
tas g
cm
3
Kitosan w
sorbitol 20w sorbitol 30w
sorbitol 40w
1,1920 1,3575
1,5016 1,0239
1,2333 1,3617
0,9106 1,1159
1,1170
0,0 0,2
0,4 0,6
0,8 1,0
1,2 1,4
1,6
10 20
30
D ensi
tas g
cm
3
Kitosan w
sorbitol 20w sorbitol 30w
sorbitol 40w
1,2886 1,3235
1,5049 1,2569
1,3185 1,4801
1,2281 1,2521
1,2833
0,0 0,2
0,4 0,6
0,8 1,0
1,2 1,4
1,6
10 20
30
D ensi
tas g
cm
3
Kitosan w
sorbitol 20w sorbitol 30w
sorbitol 40w
Universitas Sumatera Utara
61 Nilai densitas bioplastik tertinggi adalah pada temperatur pemanasan 70
o
C, dengan    penambahan  kitosan  30  dan  sorbitol  20  yaitu  sebesar  1,6300  cm
3
, sedangkan nilai densitas terendah adalah pada temperatur pemanasan 70
o
C dengan penambahan kitosan 10 dan sorbitol 40 yaitu sebesar 0,5000 cm
3
. Dari  Gambar  4.9  a,  b  dan  c  tersebut  dapat  dilihat  adanya  pengaruh
penambahan pengisi kitosan dan
plasticizer
sorbitol terhadap densitas  bioplastik. Dengan semakin bertambahnya jumlah kitosan dapat menyebabkan nilai densitas
dari  bioplastik  menjadi  meningkat.  Hal  ini  disebabkan  kitosan  yang  berfungsi sebagai  pengisi  telah  terdistribusi  secara  homogen  di  dalam  bioplastik,  dimana
kitosan mengalami interaksi kimia dengan pati membentuk ikatan hidrogen  yang kuat  sehingga  memperkecil  jarak  antarmolekul  pati-kitosan  dan  meningkatkan
kerapatan atau densitas bioplastik. Sedangkan pengaruh sorbitol terhadap densitas bioplastik  adalah  berbanding  terbalik,  dimana  semakin  meningkat  konsentrasi
sorbitol  maka  densitas  semakin  menurun.  Sorbitol  memiliki  berat  molekul  yang cukup  rendah  jika  dibandingkan  senyawa  polimer  seperti  pati  dan  kitosan,
sehingga  dengan  penambahan  sorbitol  maka  akan  menaikkan  volume  dari bioplastik  sekaligus  menurunkan  densitasnya.  Menurut  penelitian  Vico  2006,
penambahan  senyawa  pemlastis  memberikan  pengaruh  pada  penurunan  densitas dikarenakan lembaran bioplastik menjadi semakin bersifat amorf sehingga terjadi
penurunan derajat kristalinitas dan kerapatan struktur bioplastik [101]. Sedangkan temperatur  pemanasan  larutan  bioplastik  tidak  menunjukkan  pengaruh  yang
signifikan  terhadap  densitas,  dimana  seiring  peningkatan  temperatur  pemanasan larutan bioplastik maka nilai densitas berfluktuatif.
Densitas  bioplastik  merupakan  faktor  yang  mempengaruhi  kemampuan pengemasan bioplastik dalam melindungi  produk dari zat-zat  seperti  air,  oksigen
dan karbondioksida  yang kontak langsung dengan bioplastik tersebut [102].  Dari hasil  penelitian,  rentang  densitas  bioplastik  yang  dihasilkan  adalah  0,5  -  1,5049
gcm
3
.  Jika  dibandingkan  dengan  densitas  plastik  konvensional  LDPE
Low Density  Polyethylene
yaitu  0,91-0,94  gcm
3
dan  HDPE
High  Density Polyethylene
yaitu  0,95-0,97  [24],  maka  densitas  bioplastik  yang  dihasilkan
sudah cukup mendekati nilai densitas plastik konvensional LDPE maupun HDPE.
Universitas Sumatera Utara
62
4.5  PENGARUH PENAMBAHAN