BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT dalam bentuk yang sebaik-baiknya, bahkan merupakan makhluk yang paling mulia jika dibandingkan dengan
makhluk-makhluk lainnya, oleh karena itu ia diberkali akal dan pikiran. Manusia yang merasa dirinya memiliki akal, tentunya berusaha untuk melihat hakikat
dirinya serta asal kejadiannya, sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan keyakinan dan melahirkan dorongan untuk mengabdikan diri sepenuhnya hanya
untuk menyembah sang Kholiq, yaitu Allah SWT. Sebagai makhluk hidup, manusia tumbuh dan secara evolusi baik selama
kandungan maupun setelah lahir hingga menjadi dewasa dan mencapai usia lanjut. Dengan demikian manusia dalamproses kejadiannya termasuk makhluk tanpa
daya dan eksploratif. Maksudnya manusia tidak mungkin dapat bertumbuh dan berkembang sendiri tanpa daya hingga memerlukan bantuan.
Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai way of life pedoman
hidup, Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus didakwahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung
didalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransformasikan nilai-nilai
1
agama tersebut antara lain melalui majelis taklim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran Islam.
Majelis taklim adalah lembaga pendidikan non-formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggrakan secara berkala dan teratur, dan
diikuti oleh jama`ah yang relative banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah
SWT. Antara manusia sesamanya, dan antara manusia dan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertakw kepada Allah SWT.
1
Majelis taklim juga telah banyak memberikan pengetahuan di berbagai lapangan kehidupan seperti:
1. Lapangan hidup keagamaan: agar perkembangan pribadi manusia
sesuai dengan norma ajaran Islam. 2.
Lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur dibawah ridho dan ampunan Allah SWT.
3. LApangan hidup ilmu pengetahuan: agar perkembangan menjadi alat
untuk mncapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman.
4. Lapangan hidup keluarga: agar berkembang menjadi keluarga yang
sakinah.
2
1
Nurul Huda, Pedoman MAjelis Taklim, Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990 Cet. II, H.5
2
Nur Uhbiyati, Ilmu pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997 H.9
Majelis taklim hendaknya merupakan proses pendidikan yang mengarah pada internalisasi nilai-nilai agama Islam . Artinya, jama`ah majelis taklim
diharapkan mampu merefleksikan tatanan normative yang mereka pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari.
Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas
hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Disamping itu guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya yang
kontekstual kepada hidup social, budaya dan alam sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang dapat diteladani
kelompok atau umat lain. Jadi, peranan secara fungsional majelis taklim adalah mengokohkan
landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual kegamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral,
lahiriyah dan batiniyah, duniawiyah dan ukhuwariyah secara bersamaan, sesuai tuntutan ajaran Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi
dalam segala bidang kegiatan, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita.
3
Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT tidak dapt tereujud secara tiba-tiba melainkan terbentuk melalui proses kehidupan dan proses
3
H. M. Arifn, Kapita Seleta Pendidikan Islam Islam dan Umum, Jakarta: Bumi ANgsara, 1995 Cet.I H.120
pendidikan khususnya kehidupan beragama dan pendidikan agama. Dan proses pendidikan berlangsung seumur hidup baik di lingkukngan keluarga, sekolah
maupun masyarakat, yang nantinya akan membawa dampak yang positif bagi sikap keberagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat membangun dan mewujudkan system Islam dalam kehidupan manusia yang menjadi esensi dakwah, maka apa yang menjadi tugas dan fungsi
dari dakwah harus dituntut dengan baik. Remaja adalah masa pencarian identitas. Kalau pada masa sebelumnya
penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting daripada individualitas, atau kalau pada masa lalu anak merasa puas apabila dirinya telah
menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, akan tetapi sekarang dimasa remaja ini yang paling penting atau yang didampakannya adalah mencari
dan menemukan identitas dirinya.
4
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan fisiknya maupun dalam perubahan sikapnya. Masa remaja juga
merupakan masa peralihan kanak-kanak menuju masa kedewasaan, mereka sangat membutuhkan tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri yang penuh
dengan rasa keingintahuan yang sangat tinggi. Keingintahuan yang sangat tinggi menyebabkan para remaja tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang
isinya sejumlah doktrin agama yang ditelan mentah-mentah tetapi melalui
4
Alisyf Sabri, Psikologi Pendidikan, Berdasarkan kurikulum nasional, Jakarta: PEdoman Ilmu Jaya, 1995, Cet.I, h.27
pengajian ini doktrin-doktrin agama telah ditelaah lebih dalam, sehingga remaja benar-benar telah mengetahui kenapa mereka harus memilih Islam sebagai
pedoman kehidupannya. Perubahan yang terjadi dikalangan remaja muslim saat ini sangat
memprihatinkan, karena semakin maju dan berkembangnya teknologi maka semakin besar dampak negative yang kita terima. Salah satu contoh kecil,
penayangan budaya-budaya barat yang ditayangkan di Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yang pada akhirnya secara tidak sadar
mereka yang menikmati tayangan tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Remaja dewasa ini cenderung mengarah kepada hal-hal yang bersifat negative. Tidak jarang mereka yang mengerjakan tindakan-tindakan yang tidak
sesuai dengan ajaran agama seperti tawuran di jalan-jalan yang dapat mengganggu ketertiban umum, berpakaian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam
dan budaya orang Indonesia sendiri. Lingkungan RT 0203 Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo kota Depok
merupakan wilayah yang berada di pinggir kota Jakarta sehingga kebudayaan yang berasal dari luar sangat rentan terbentuk dengan sendirinya. Maka dari itu,
dituntut peran aktif dari mulai lingkungan yang terkecil yakni, keluarga, sekolah, serta peran aktif masyarakat untuk menjaga pengaruh negative sehingga remaj
selalu onsisten terhadap keberagamaannya.
Majelis taklim PRISTA berawal dari aktifitas kelompok remaja yang selalu melakukan diskusi-diskusi di warung gaul atau biasa disebut café. Setiap
harinya tempat tersebut selalu didatangi oleh para remaja baik untuk hanya sekedar ngopi-ngopi atau memang hendak melakukan diskusi-diskusi ringan,
bahasan yang sering didiskusikan dari persoalan agama, social, ekonomi, hingga permasalahan politik. Yang memang pada waktu itu Indonesia sedang mengalami
masa transisi demokrasi. Mereka menganggap perlu ada sebuah lembaga atau organisasi yang
memberikan wadah bagi para remaja di lingkungan tersebut sebagai ajang silaturahmi, serta sarana pembelajaran agamadalam rangka menjaga lingkungan
dari pengaruh-pengaruh negative. Sesuai dengan latar belakang diatas maka penulis bermaksud untuk
mengadakan penelitian dengan judul Peranan Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam PRISTA” Dalam PEmbinaan Keagamaan Remaja di kelurahan
Meruyung Kecmatan Limo kota Depok.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah