Upaya Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam PRISTA” Dalam

Pengalaman Organisasi : Tabel 13 Pengalaman Organisasi NO ORGANISASI 1 Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah 2 Ketua DKM Masjid Jami Al-Muthmainah 3 Ketua Yayasan Kesejahteraan Umat 4 Ketua MUI Kecamatan Limo 5 Mutasar Ranting NU Kelurahan Meruyung

B. Upaya Majelis Taklim “Persatuan Remaja Islam PRISTA” Dalam

Pembinaan Keagamaan Remaja Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan ketua PRISTA, bahwa kegiatan aktifitas yang masih berjalan yang berkaitan dengan pembinaan yang dilaksanakan oleh PRISTA hanya baru sebatas kegiatan pengajian yang diadakan setiap Jumat malam, sebagai organisasi remaja yang berbasis agama, organisasi ini memiliki tujuan dari pengajian yang dilakukan setiap satu kali dalam seminggu dalam rangka membentuk remaja yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai agama baik dari aspek ibadah dan aspek akhlak, serta membentengi remaja dari pengaruh-pengaruh buruk dari pesatnya kemajuan zaman dan untuk memperkokoh aqidah Islamiyah remaja. 1 Pertemuan ini dilakukan setiap hari jumat ba`da Isya yang bertempat di musholla Al-Hdayah. Tempat ini diambil sebagai lokasi pengajian, sebagai refleksi sejarah yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW, serta menanamkan kecintaan remaja terhadap rumah ibadahnya, meskipun sebelumnya terjadi perdebatan diantara remaja yang menginginkan pertemuan pengajian dilakukan di rumah anggota. Pembinaan merupakan program, dimana peserta berkumpul untuk memberi, menerima dan mengolah informasi, pengetahuan dan kecakapan dengan mengembangkan yang sudah ada dengan menambah yang baru. Pembinaan diikuti oleh sejumlah peserta yang diperhitungkan dari tujuan dan efektifitasnya. 2 Program pembinaan ialah prosedur yang dijadikan landasan untuk menentukan isi dan urutan acara-acara yang dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya menyangkut materi, metode, anggota, tenaga pengajar.

a. Materi Pengajian

Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam majelis taklim. Dengan sendirinya materi itu adalah ajaran Islam dengan segala keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala spek kehidupan, 1 Ali Rahman, Ketua Persatuan Remaja Meruyung, Wawancara Pribadi, Depok: 29 April 2010 2 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari berbagai Aspek, Jakarta: UI Press 1987 Cet.V Jilid I, h.10 maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia dan untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi segala aspek kehidupan. Hasil dari wawancara yang penulis lakukan dengan departemen pendidikan mengenai materi yang diajarkan dalam pengajian yang dilaksanakan setiap minggu sekali meliputi fiqih, akhlak, hadits, dan tafsir. Materi-materi diajarkan secara bergantian setiap minggunya, proses pengajian dilaksanakan selama 2 jam dimulai dari pukul 19.30 WIB sampai 21.30 WIB. Pengajian diawali dengan pembacaan ayat suci Al Quran, oleh salah satu jamaah dilanjutkan dengan sambutan dari pegurus organisasi, setelah itu penyampaian materi yang disampaikan oleh narasumber sesuai dengan jadwalnya. Mengenai sub materi diserahkan sepenuhnya oleh narasumber, jadi majelis taklim tidak mengatur sub materi yang akan diajarkan setiap pertemuan baik materi fiqih, hadits, dan akhlak. 3 Menurut peneliti, seharusnya pengurus melakukan pengaturan terhadap isi materi yang diajarkan, agar isi materi sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai, agar dapat sejalan dengan sasaran program, waktu merencanakan isi atau materi pembinaan sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 3 Khoirudin, Departemen Pendidikan, Wawancara Pribadi, Depok 3 Mei 2010 1. Isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan para peserta pembinaan dan berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman mereka. 2. Isi tidak terlalu teoritis, tetapi praktis dalam arti dapat dibahas dan dikembangkan dari berbagai pandangan dan pengalaman para peserta, serta dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata. 3. Isi tidak terlalu banyak tetapi disesuaikan dengan daya tangkap para peserta dan waktu yang tersedia. 4 Menurut peneliti, penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di majelis taklim, melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah baik agar majelis taklim tidak terkesan kolot dan terbelakang. Karena majelis taklim merupakan salah satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting dalam mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya harus sesuai teratur dan periodik juga harus mampu membawa jamaah kearah yang lebih baik.

b. Metode Pengajian

Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahwa pengajaran dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan makin baik metode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan. 4 Mangun Hardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, Yogyakarta: Kanisius, 1986 h.12 Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan dengan koordinator departemen pendidikan, bahwa cara atau metode yang digunakan oleh narasumber untuk menyampaikan materi hanya menggunakan metode ceramah saja. Artinya narasumber hanya menyampaikan pembahasan tanpa memegang buku materi. Sama halnya dengan anggota remaja, fungsi mereka hanya mendengarkan apa yang telah disampaikan narasumber, tanpa memegang buku panduan materi, dan tanpa adanya tanya jawab. 5 Menurut peneliti, banyak kelemahan seandainya narasumber hanya mengandalkan sati metode saja dalam menyampaikan materi. Mengingat daya penangkapan remaja yang berbeda-beda. Seharusnya narasumber bisa menggunakan variasi metode untuk menghindari kebosanan dan kejenuhan yang dirasakan oleh anggota “PRISTA”. Sebenarnya metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang tidak dapt dipakai dalam majelis taklim. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi antara sekolah dengan majelis taklim. Ada beberapa metode yang digunakan dalam majelis taklim, diantaranya: a. Majelis taklim yag diselenggarakan dengan metode halaqah. Dalam hal ini pengajar atau ustadzah atau kiyai memberikan pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu. Peserta mendengarkan keterangan pengajar sambil menyimak kitab yang sama 5 Khoirudin, DEpartemen Pendidikan, Wawancara Pribadi atau melihat ke papan tulis dimana menuliskan apa-apa yang hendak diterangkan. b. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah. Metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau diskusi mengenai suatu masalah yang disepakati untuk dibahas. c. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode ceramah. Metode ini dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, ceramah umum, dimana pengajar atau istadzah atau kiyai bertindak aktif dengan memberikan pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif, yaitu tinggal mendengar atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya jawab. Jadi baik pengajar atau ustadzah atau kiyai maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif. d. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode campuran. Artinya satu majelis taklim menyelenggarakan kegiatan pendidikan atau pengajian tidak dengan satu macam metode saja, melainkan dengan berbagai metode secara berselang-seling. 6

e. Guru

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan koordinator departemen pendidikan, mengenai guru yang memberikan materi berjumlah tiga 6 Nurul Huda, Pedoman Majelis Taklim, Jakarta: KODI DKI Jakarta, 1990, Cet II, h.29 orang mereka berasal dari lingkungan Meruyung saja, ada keinginan untuk mengambil narasumber dari luar namun anggaran biaya yangtidak mencukupi. Tabel 18 Jadwal Kegiatan Pengajian NO Materi Guru Metode 1 Fiqih Ustadz. Zainni BA Ceramah 2 Akhlak Ustadz. H. Djawahir Ceramah 3 Hadist Ustadz. H. Djaelani Ceramah Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dnegan guru yang memberikan materi yakni bapak ustadz Zaini BA mengenai materi yang disampaikan terutama pada pembahasan fiqih hanya membahas masalah ibadah seperti membahas sholat, sedangkan metode penyampaian yang digunakan oleh guru, hanya menggunakan metode ceramah saja, menurutnya metode ini merupakan metode yang sangat mudah. Dan metode ini saja yang diketahuinya. 7 Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru tentang strategi penyampaian metri yang baik. Menurut peneliti, seharusanya guru tidak hanya menggunakan metode ceramah saja dalam menyampaikan materi pengajaran. Akan tetapi guru bisa menggunakan metode yang lain seperti metode diskusi dan demonstrasi, yang disesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan, begitu juga dengan teori mengajarnya, menurut peneliti, teori mengajar yang digunakan adalah teori 7 Khoirudin, Departemen Pendidikan, Wawancara Pribadi mengajar tradisional artinya teori mengajar yang berpusat pada guru teacher centered, seharusnya guru memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggota self activity. 8 Menurut peneliti, bahwa seorang guru tidak hanya dituntut menuasai ilmu pengetahuan saja, akan tetapi lebih jauh lagi, seorang narasumber dituntut untuk bisa memahami dan mengetahui metodologi penyampaian materi agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh para anggota. Dalam hal ini para ahli membagi tiga tipe audiens dalam menangkap materi yang disampaikan antara lain: a. Tipe auditif, yang mudah menerima pelajaran dengan pendengaran b. Tipe visual, yang mudah menerima pelajaran dengan melihat c. Tipe metodik, yang mudah menerima pelajaran dengan gerak. 9 Dalam hubungan ketiga tipe diatas maka seorang pengajar harus dapat mempergunakan beberapa metode dalam menyampaikan materi. Agar materi yang disampaikan dapat diterima sesuai dengan tingkat kemampuannya.

f. Anggota Pengajian

Anggota “PRISTA” Meruyung adalah seorang muslim yang berada di lingkungan RT 0302 Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo Kota Depok, perekrutan anggota dilakukan dengan cara membuka formulir pendaftaran yang diberikan kepada remaja yang benar-benar ingin membesarkan “PRISTA”, tanpa ada unsur pemaksaan. Selanjutnya remaja yang sudah mendaftar diwajibkan untuk 8 Ramayulius, teknologi Pendidikan, Jakarta: Kalam Mulia, 2002 h.29 9 Ibid, h.30 mengikuti kegiatan pengkaderan yang tujuannya untuk mengenal lebih jauh lagi tentang “PRISTA” Meruyung. Anggota pengajian “PRISTA” Meruyung berjumlah 160 orang, yaitu 77 orang remaja putra, dan 83 orang remaja putri mulai usia 12 tahun sampai 27 tahun. Sebagian anggota adalah pelajar dan mahasiswa dan sebagian lagi sudah bekerja. 10 Dari hasil observasi yang peneliti lakukan terhadap keaktifan anggota dalam mengikuti pengajian yang diadakan seminggu sekali, sangat memprihatinkan. Dari jumlah anggota yang terdata hanya 10-15 orang saja yang hadir ketika pengajian dilaksanakan. Ketika peneliti mewawancarai anggota pengajian yakni saudara Ahmad Taufik dan Azzura Bilqis bahwa mereka sebenarnya meras bosan dengan kegiatan yang dilaksanakan setiap seminggu sekali, karena dinilai sangat monoton, begitu juga dengan pengetahuan yang didapatkan setelah mengikuti pengajian di “PRISTA” mereka mersa pengetahuan yang didapatkan di “PRISTA” tidak bertambah setelah mengikuti pengajian. 10 Ali Rahman Ketua “Persatuan Remaja Islam PRISTA” Meruyung, Wawancara Pribadi

C. Faktor Ynag Menjadi Penghambat Majelis Taklim “PRISTA” dalam