Model Pembelajaran Inquiry TINJAUAN PUSTAKA
data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji
hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpiir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi,
akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan dalam proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh bedasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan hasil akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena
banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk
mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.
Inkuiri dalam bahasa Indonesia berarti pertanyaan atau pemeriksaan, sedangkan inkuiri pada konteks IPS tidak hanya berarti pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi
lebih luas dari pada pengertian tersebut. Sehubungan dengan itu, John Jarolimek mengemukakan hal berikut. Jadi, pengertian inkuiri tidak hanya terbatas pada
pertanyaan atau pemeriksaan, tetapi meliputi pula proses penelitan, keingintahuan, analisis sampai dengan penarikan simpulan tentang hal-hal yang diperiksa atau
diteliti. Dalam rangka pengajaran IPS, wawasan inkuiri ini diarahkan kepada kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menjadi orang yangsecara
bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya Assegaf, 2009:25.
Pengertian inkuiri juga meliputi pengidentifikasian masalah sosial yang harus ditelaah. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, yang dimaksudkan dengan inkuiri
reflektif adalah proses berpikir yang mendalam dan merefleksikan pengalaman, atau dengan perkataan lain dapat dikatakan sebagai proses merenung. Oleh karena
itu, proses inkuairi reflektif atau berpikir dan merenung berhubungan pula dengan sikap penilaian pengungkapan pengalaman. Kunci proses inkuiri reflektif tardapat
pada konsep-konsep, minat, nilai, berpikir kritis, dan terlibat ke dalam ha-hal yang janggal di sekitar. Pembelajaran IPS sebagai inkuiari reflektif berlangsung ketika
peserta didik dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata, yang penuh dengan persoalan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis.
Model inkuiry terbagi menjadi dua Joyce, 2000:161: Bibiological Science Inquiry: siswa dilatih untuk melakukan penelitian.
1. Fase satu, mengemukakan area investigasi kepada siswa area of investigation is posed to student pada fase pertama, guru menghadapkan siswa pada suatu
masalah 2. Fase dua, siswa merumuskan masalah student structure the problem. Pada
fase kedua, siswa merumuskan masalah agar dapat mengidentifikasi kesulitan penyelidikan yang bisa berupa interpretasi data, perolehan data kontrol
eksperimen dan membuat kesimpulan. 3. Fase tiga, siswa mengidentifikasi masalah melalui investigasi student identify
the problem in the investigation. Pada fase ktiga ini siswa diminta untuk menerka masalah sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesulitan inquiry.
4. Fase empat, siswa mempertimbangkan cara untuk menyelesaikan masalah student speculate on ways to clear up the difficulty. Pada fase ini siswa
merancang suatu kegiatan untuk menyelesaikan masalah kesulitan.
Inquiry Training Latihan berinkuiri: 1. Fase pertentangan terhadap masalah confrontation with the problem.
Menghadapkan siswa pada situasi masalah sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan pada siri siswa atau kepada guru. Selanjutnya guru pun
akan memberikan jawaban terbats berupa jawaban “ya” atau “ tidak”, sehingga setiap ertanyaan yang diajukan dapat dianggap sebagai suatu
hipotesis terbatas. 2. Fase mengumpulkan data melalui pengujian data-gathering-verification.
Siswa berusaha mengupulkan data informasi sebanyak-banyaknya, tentang masalah yang mereka hadapi. Data tersebut dapat diperoleh berdasarkan
kondisi objek atau menguji bagaimana proses terjadinya masalah tersebut. 3. Fase
mengumpulkan data
melalui eksperimen
data-gathering- experimentation. Pada phase ini dilakukan isolasi tehadap data-data yang
menjadi esensi masalah yang dihadapi. 4. Fase mengorganisir, menyusun penjelasan organizing, formulating an
explanation. Pada fase ini guru dapat merumuskan penjelasan untuk membimbing siswa pada pemecahan masalah yang terarah. Bagi siswa yang
menemui kesulitan dalam mengemukakan informasi yang mereka peroleh untuk memberikan uraian yang jelas, maka dapat memberikan penjelasan yang
sederhana saja dan tidak mendetail.
5. Fase menganalisis kegiatan proses inkuiri analysis of the inquiry process. Pada phase ini siswa menganalisis pola-pola penemuan mereka. Dengan
demikian siswa akan banyak memperoleh tipe-tipe informasi, yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Hal ini penting bagi siswa, sebab hal tersebut
dapat melengkapi dan memperbanyak data yang relevan serta menunjang untuk menentukan pemecahan masalah.
Gambar 2.2 : Tahapan dalam proses Inquiry. Diadopsi dari Beyer 1994:18.
Gambar tersebut menjelaskan bahwa proses inkuiri menurut Beyer 1994:18 dimulai dengan sebuah keraguan yang mesti dijelaskan, penjelasan keraguan
masalah tersebut mesti sistematis dengan formulsi masalah yang jelas, ada hipotesis, ada teori, pengumpulan data, analisis data, dan generalisasi. Pengajaran
IPS sebagai inkuiri reflektif atau sebagai proses penelaahan dan pemikiran yang mendalam, merupakan teknik atau strategi pembelajaran yang bermanfaat dalam
membina peserta didik menjadi kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Di beberapa negara maju mempunyai tingkat kompleksitas
yang berbeda-beda oleh karena itu tujuan pembelajaran dengan pemberian materi social studies di tingkat pendidikan dasar dan menengah antara satu negara
dengan negara lain berbeda. Misalnya sebagai berikut : 1. Jerman Barat : pembelajaran social studies ditujukan untuk menumbuh kembangkan semangat
demokrasi dengan munculnya berbagai partai politik Assegaf, 2009:25.
Akan tetapi setelah Jerman Barat dan Jerman Timur menyatu saat ini maka pembelajaran social studies diarahkan pada persoalan nasionalisme dan tantangan
global. 2. Inggris : pembelajaran social studies diarahkan untuk melegitimasi pembelajaran social science, khususnya sosiologi. 3. Di beberapa negara di benua
Afrika : social studies digunakan untuk meningkatkan citra dan martabat mereka selepas dari penjajahan kolonial, di samping untuk membangkitkan nasionalisme,
persatuan dan kesatuan serta dalam rangka transformasi buadaya politik. 4. Jepang : social studies dipancangkan sebagai alat untuk membangun kerangka dasar bagi
terciptanya masyarakat demokratis. 5. Amerika Serikat dan Canada : social studies secara terus menerus digunakan sebagai jalan yntuk mempersiapkan anak
didik menjadi warga negara yang efektif dalam tatanan masyarakat yang demokratis. Penjelasan di atas memberikan gambaran, bahwa materi social studies
dalam ranah pendidikan menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan, terkait dengan upaya pembentukan mental manusia dalam interaksinya dengan sesama. Sistem
Pendidikan Indonesia India dan Malaysia merupakan contoh bagi hadirnya pengaruh sistem pendidikan kolonial Inggris atas kelanjutan sistem pendidikan
yang berlaku di kedua negara tersebut. Beberapa praktek pendidikan yang
dilaksanakan Inggris ternyata diteruskan, bisa jadi karena dianggap masih relevan, baik oleh India maupun Malaysia. Pengalaman yang sama bisa dipakai untuk
menjelaskan akar sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia. Bedanya, meskipun pengaruh penjajahan Belanda di Indonesia telah berlangsung selama
tiga setengah abad, justru sistem pendidikan yang banyak digunakan adalah masa kependudukan Jepang. Pasca kemerdekaan, sistem pendidikan di Indonesia
mengalami serangkaian transformasi dari sistem persekolahannya. Menurut Syah 2006:27 menyatakan proses belajar sesungguhnya bukanlah
semata-mata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah menelan semuannya. Untuk mengingat apa
yang telah diajarkan, mahasiswa harus mengolahnya atau memahaminya. Seorang guru tidak dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para
siswa, karena mereka seneirilah yang harus menata apa yang mereka lihat menjadi satu kesatuan yang bermakna. Tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan
pertanyaan, mempraktikkan dan barangkali bahkan mengajarkannya kepada siswa yang lain, proses belajar yang sesungguhnya tidak akan terjadi
Sardiman 2001:67 menyatakan pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut:
1. Berorientasi pada pengembangan intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian,
pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2. Prinsip interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan
interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses
interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar. Tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3. Prinsip bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penannya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan dosen untuk bertanya dalam
setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Disamping itu, pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan
mempertanyakan berbagai fenomena yang sedang dipelajarinya. 4. Prinsip belajar untuk berpikir. Belajar bukan haya mengingat sejumlah fakta,
akan tetapi belajar adalah proses berpikir learning how to think, yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah
pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5. Prinsip keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan keada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Kelebihan model pembelajaran inquiry : 1. Dapat membangkitakan potensi intelektual siswa.
2. Peserta didik yang semula memperoleh reward dalam keberhasilan belajar. 3. Peserta didik dapat mempelajari informasi dari penemuan.
4. Dapat menyebabkan ingatan bertahan lama sampai terinternalisasi pada diri peserta didik.
Kelemaham model pembelajaran inquiry : 1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar
3. Kadang-kadang dalam implementasinya memerlukan waktu yang panjang. 4. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran.