Novelty Pencemaran Udara Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan dalam Mereduksi Pencemar NO2 akibat Aktivitas Transportasi

2. Penelitian toleransi tanaman terhadap pencemar udara dengan menggunakan kriteria APTI mempunyai kelemahan tidak memperhitungkan pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada penelitian ini toleransi tanaman dinilai berdasarkan respon laju pertumbuhan relatif RGR dan dihubungkan dengan perubahan kondisi fisiologi tanaman asam askorbat total, klorofil total, pH ekstrak daun, dan kadar air. Nilai RGR berdasarkan pertambahan luas daun relatif diduga dapat digunakan sebagai parameter menentukan toleransi tanaman terhadap pencemar udara. 3. Berdasarkan Noctor Foyer 1998 dan Böhm et al. 1998 diketahui bahwa asam askorbat merupakan salah satu antioksidan terhadap pencemar udara. Berdasarkan percobaan pendahuluan diketahui bahwa kandungan asam askorbat dari delapan jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian ini bervariasi. Tanaman dengan kandungan asam askorbat tinggi diduga lebih toleran terhadap pencemar udara. 4. Berdasarkan penelitian Nasrullah 1994 tanaman diketahui dapat menyerap dan menghambat distribusi pencemar NO 2 . Keefektifan vegetasi mengurangi konsentrasi pencemar NO 2 dipengaruhi oleh waktu pengukuran dan jarak dari sumber emisi.

1.7. Novelty

Tanaman sebagai elemen jalur hijau jalan yang diharapkan dapat mereduksi pencemar dapat dipilih berdasarkan kemampuan tumbuh dan kemampuannya menyerap pencemar udara. Informasi keefektifan vegetasi mengurangi konsentrasi pencemar NO 2 serta toleransi tanaman terhadap pencemar udara akibat aktivitas transportasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kriteria pemilihan jenis tanaman tersebut. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara

Sebagian besar udara 95 terletak pada 20 km pertama diatas permukaan bumi karena pengaruh gravitasi bumi. Udara alami terdiri dari udara kering gas- gas tanpa uap air, udara lembab udara yang mengandung uap air dan campuran partikel padat dan cair yang halus aerosol. Sumber gas-gas di atmosfer dapat berasal dari sumber alami misalnya letusan gunung berapi dan kebakaran hutan serta sumber yang berasal dari aktivitas manusia seperti transportasi, pertanian, dan pembakaran bahan bakar fosil. Pelepasan gas-gas ke atmosfer baik yang berasal dari sumber alami maupun aktivitas manusia dapat menyebabkan pencemaran udara terutama di wilayah perkotaan Schultz, 1992. Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan trofosfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan lainnya Bapedal, 1999. Secara global penambahan konsentrasi gas-gas di atmosfer dapat mempengaruhi iklim. Dalam skala yang lebih kecil pencemaran udara dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan pada tumbuhan, hewan, dan benda serta gangguan kesehatan manusia seperti gangguan sistem pernafasan, iritasi, dan suplai oksigen dalam darah. Vesilind et al. 1994 menyatakan bahwa faktor meteorologi yang mem- pengaruhi polusi udara adalah angin, turbulensi, stabilitas atmosfer, inversi, hujan kabut, dan radiasi surya. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan penyebaran bahan pencemar, sehingga pencemaran udara dapat terjadi pada daerah yang relatif jauh dari sumber pencemar. Pencemaran udara di Indonesia, terutama di kota-kota besar disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor 60-70, industri 10-15, dan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain Kusnoputranto, 1996. Kendaraan bermotor merupakan penghasil pencemar CO, hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna, NO x , SO x, dan partikel. Emisi gas buang kendaraan bermotor mempengaruhi kualitas udara ambien terutama wilayah dengan aktivitas transportasi yang tinggi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa pencemar sama sekali. Pencemaran udara dapat dipantau berdasarkan nilai mutu udara ambien. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PPRI Nomor 41 Tahun 1999, mutu udara ambien adalah kadar zat, energi, danatau komponen lainnya yang ada di udara bebas. Beberapa parameter baku mutu udara ambien nasional ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Baku mutu udara ambien nasional berdasarkan PP No 41 tahun 1999 No Parameter Baku mutu Waktu pengukuran 1 Sulfur dioksida SO 2 365 μg N -1 m -3 24 jam 2 Karbonmomoksida CO 10000 μg N -1 m -3 24 jam 3 Nitrogen dioksida NO 2 150 μg N -1 m -3 24 jam 4 Oksidan O 3 235 μg N -1 m -3 1 jam 5 Hidrokarbon HC 160 μg N -1 m -3 3 jam 6 TSP debu 230 μg N -1 m -3 24 jam 7 Timah hitam Pb 2 μg N -1 m -3 24 jam

2.2. Senyawa Sulfur