1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket
teknologi. Menurut Porter 1990 faktor-faktor yang mempengaruhi industri dapat dibagi menjadi tiga penentu keberhasilan industri pada lingkungan internal
industri yang meliputi potensi sumberdaya manusia yang dimiliki industri, teknologi yang digunakan industri dan keuangan serta aset yang dimiliki industri.
Faktor utama yang mendukung pengembangan industri perikanan khususnya pada kegiatan industri penangkapan ikan adalah dengan tersedianya
prasarana pelabuhan perikanan sebagai tempat berlabuhnya kapal perikanan, tempat melakukan kegiatan bongkar muat hasil perikanan dan sarana produksi dan
produksi, sehingga fungsi pelabuhan perikanan menjadi sangat luas. Pelabuhan perikanan merupakan kawasan pengembangan industri perikanan, karena
pembangunan pelabuhan perikanan di suatu daerah atau wilayah merupakan embrio pembangunan perekonomian. Keberadaan pelabuhan perikanan dalam arti
fisik, seperti kapasitas pelabuhan harus mampu mendorong kegiatan ekonomi lainnya sehingga pelabuhan perikanan menjadi suatu kawasan pengembangan
industri perikanan Yusuf et al. 2005. Tantangan dalam pengembangan industri perikanan adalah bagaimana
kemampuan memanfaatkan peluang dan potensi sumberdaya alam perikanan sebagai penyedia bahan baku industri. Oleh karena itu, diperlukan strategi
kebijakan pemerintah untuk mendukung kemampuan industri perikanan menurut Putro 2002 yaitu: 1 membangun prasarana berupa pelabuhan perikanan yang
tidak lain adalah untuk memberi pelayanan dalam pengembangan industri perikanan, 2 penyederhanaan birokrasi yang dapat menghambat kinerja industri,
3 mengembangkan dan mendorong organisasi nelayan agar nelayan tradisional mampu mengembangkan usahanya guna memanfaatkan sumberdaya perikanan
dalam mensuplai kebutuhan bahan baku industri dan 4 menyediakan modal investasi dan modal kerja kepada industri perikanan agar mampu meningkatkan
kualitas produk dengan harga yang kompetitif.
2
Salah satu provinsi yang terletak di Kawasan Timur Indonesia adalah Provinsi Sulawesi Selatan dengan ibukota Makassar yang memiliki potensi dan
peluang untuk dikembangkan industri perikanannya menjadi sentra industri perikanan terbesar di Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis, hal tersebut
didukung oleh letak Kota Makassar yang merupakan salah satu kota terbesar dan merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia, dan otomatis akan menjadi
pintu gerbang ekspor hasil perdagangan secara umum Danial 2006. Secara administratif Provinsi Sulawesi Selatan terbagi menjadi 20
kabupaten dan 4 kota dengan Makassar sebagai ibukota provinsi. Kota Makassar memiliki luas wilayah sebesar 175.77 km
2
Berdasarkan data perusahaan penanganan dan pengolahan hasil perikanan di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat sebanyak 40 unit perusahaan, dan sebanyak
72.5 berkedudukan di Kota Makassar atau sebanyak 29 unit perusahaan, namun ada beberapa perusahaan memiliki cabang di daerah dengan nama perusahaan
yang sama. Sebagian besar perusahaan yang ada di Kota Makassar berada dalam suatu kawasan yang disebut PT. Kawasan Industri Makassar PT. KIMA,
kawasan tersebut disiapkan oleh pemerintah Kota Makassar sebagai pusat industri dari berbagai bidang dengan luas 200 ha. Di kawasan tersebut terdapat berbagai
bidang industri seperti: industri perikanan, industri kimia, industri makanan, industri furniture, industri elektronik, dan lain-lain. Namun, untuk lebih efisien
dan efektifnya industri perikanan seharusnya berada dalam suatu kawasan yaitu pada kawasan pelabuhan perikanan supaya dekat dengan sumber bahan baku.
yang terbagi menjadi 14 kecamatan, dengan jumlah produksi perikanan sebesar 16 540.7 ton yang terdiri dari produksi
perikanan laut sebesar 15 972.0 ton dan produksi perikanan darat sebesar 568.7 ton. Sedangkan produksi perikanan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1 006 818
ton DPK Provinsi Sul-Sel 2009.
Saat ini, jumlah armada penangkapan ikan yang ada di Kota Makassar sebanyak 1 225 unit, meliputi perahu tanpa motor sebanyak 493 unit, motor
tempel sebanyak 461 unit dan kapal motor sebanyak 271 unit DKKP Kota Makassar 2009. Sampai saat ini industri perikanan Kota Makassar hanya
ditunjang oleh satu Pangkalan Pendaratan Ikan Pelabuhan Perikanan Tipe D yaitu PPI Paotere.
3
PPI Paotere sudah tidak mampu lagi menampung semua kegiatan perikanan yang ada di Kota Makassar, mulai dari pendaratan hasil tangkapan,
penanganan, pengolahan sampai pada pemasaran hasil perikanan, tanpa diimbangi penambahan atau perluasan areal dan prasarana pelabuhan perikanan Danial
1998. Keadaan PPI Paotere sudah semakin ramai karena banyaknya kapal ikan yang ingin bersandar, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
membongkar hasil tangkapannya Danial 2006. Oleh karena itu, banyak pengusaha perikanan yang melakukan kegiatan penangananpengolahan di luar
dari kawasan PPI Paotere, sehingga kegiatan industri perikanan menjadi menyebar dan tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan. Berkaitan dengan hal tersebut, guna
meningkatkan keterkaitan antara sub sistem dalam sistem agribisnis perikanan, meningkatkan aktivitas ekonomi perikanan, menunjang tumbuhnya usaha
perikanan skala besar dan skala menengahkecil, serta terwujudnya sentra produksi perikanan dalam skala ekonomi yang efisien di Kota Makassar, maka
perlu dilakukan penambahan sarana dan prasarana pada PPI Paotere atau pembangunan pelabuhan perikanan yang berskala nasional.
Sejak awal tahun 2008 telah dibangun Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Untia yang berlokasi di Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar dengan luas area yang disediakan oleh pemerintah sebesar 38 ha, namun sampai awal tahun 2010 pembangunan pelabuhan perikanan tersebut, baru sekitar
30 tingkat pembangunannya. Kebijakan pemerintah untuk membangun pelabuhan perikanan pada wilayah tersebut, dengan harapan Kelurahan Untia
akan dijadikan sebagai kawasan industri perikanan yang berbasis pelabuhan perikanan, dan akan menunjang Kota Makassar sebagai pintu gerbang Kawasan
Timur Indonesia. Walaupun beberapa tahun sebelumnya yaitu tahun 1999 telah dilakukan studi kelayakan tentang rencana pembangunan pelabuhan perikanan
pada lokasi yang berbeda yaitu kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar, namun pada tahun 2005 pemerintah Kota Makassar telah merubah
kebijakannya dan menetapkan Barombong sebagai kawasan wisata bahari. Berdasarkan Perda Kota Makassar No. 6 Tahun 2006 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015 pasal 4 dengan Visi Kota Makassar yaitu penataan ruang kota adalah mewujudkan Makassar sebagai kota
4
maritim, niaga, pendidikan, budaya dan jasa yang berorientasi global, berwawasan lingkungan dan paling bersahabat. Selanjutnya pasal 1 ayat 37 menyatakan
bahwa Kawasan Pelabuhan Terpadu adalah kawasan terpadu yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam sistem ruang yang
bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan dan segala persyaratannya.
PPN Untia Makassar diharapkan menjadi pelabuhan perikanan yang bertaraf nasional dan merupakan pelabuhan terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tujuan pembangunan PPN Untia Makassar adalah: 1 meningkatkan kemampuan armada penangkapan ikan nusantara, yakni meningkatkan jumlah hasil tangkapan,
meningkatkan jumlah armada penangkapan dan jarak fishing ground yang luas, 2 meningkatkan ekspor hasil perikanan untuk menambah devisa negara dari
sektor non migas dan 3 menyediakan kawasan industri untuk kegiatan industri perikanan yang berorientasi kepada pemberian nilai tambah produksi perikanan
yakni dengan membangun pelabuhan perikanan dengan fasilitas yang memadai DPK Provinsi Sul-Sel 2005.
1.2 Perumusan Masalah