Pengembangan industri perikanan dari faktor sumberdaya alam

manusia yang memiliki kemampuan sesuai dengan tingkat perkembangan teknologi yang akan digunakan oleh perusahaan. Faktor eksternal industri dengan variabel ketersediaan infrastruktur X 23

4.4.2.3 Pengembangan industri perikanan dari faktor sumberdaya alam

berpengaruh terhadap lingkungan industri perikanan, artinya semakin lengkap ketersediaan infrastruktur akan semakin mendukung kondisi LIP. Hal ini sesuai dengan Murdiyanto 2004 mengatakan bahwa ketersediaan infrastruktur akan mempengaruhi kondisi LIP dan akan menyebabkan perusahaan akan tertarik melakukan investasi. Untuk menciptakan kondisi LIP yang dapat menarik minat investor, sebaiknya pemerintah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan membangun pelabuhan perikanan dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh perusahaan perikanan agar dapat memberikan pelayanan dalam mendukung pengembangan industri perikanan yang berbasis Pelabuhan Perikanan Nusantara Untia Makassar. Pengaruh faktor sumberdaya alam dan lingkungan terhadap LIP, KIP dan PLP Tabel 12 diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 berarti ada pengaruh namun tidak secara signifikan. Sedangkan SAL terhadap kebijakan pemerintah memiliki nilai probabilitas 0.002 artinya berpengaruh secara signifikan, hal ini perlu diantisipasi dengan membuat kebijakan yang mengarah kepada pengelolaan sumberdaya alam yang lestari dan pengaturan pemanfaatan wilayah perairan laut berdasarkan potensi yang dimiliki. Perlu adanya pengawasan dalam mengelolah sumberdaya hayati laut yang dilakukan oleh pemerintah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan, polair bekerja sama dengan Ispikani, HNSI serta LSM yang bergerak dalam bidang perikanan laut. Jenis variabel yang digunakan untuk mengukur faktor sumberdaya alam dan lingkungan adalah sumberdaya ikan X 31 dengan nilai probabilitas sama dengan 0.000 Tabel 12, hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh secara signifikan, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan melakukan pengawasan terhadap alat tangkap yang digunakan oleh nelayan. Seperti halnya pengaturan mesh size pada alat tangkap purse seine, dogol dan trawl, agar bisa selektif dalam menangkap ikan. Berdasarkan data BPS Kota Makassar 2009 produksi perikanan tertinggi menurut jenis alat tangkap ikan yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan di sekitar perairan Kota Makassar adalah pukat cincin purse seine dengan jumlah produksi sebesar 4 694.8 ton dengan jenis ikan pelagis yang dominan tertangkap adalah ikan kembung Rastrelliger sp sebesar 1 625.2 ton, ikan tongkol Auxis thazard sebesar 1 230.6 ton, ikan lemuru Sardinella longiceps sebesar 1 130.7 ton, ikan layang Decapterus sp sebesar 1 015.3 ton, ikan tenggiri Scomberomorus sp sebesar 642.4 ton, cumi-cumi Loligo sp sebesar 347.5 ton dan ikan cakalang Katsuwonus pelamis sebesar 68.4 ton. Jenis ikan demersal yang dominan tertangkap dengan alat tangkap jaring insang gill net, pancing, bubu dasar stationery fish pot dan dogol adalah udang putih Penaeus marguensis sebesar 1 046.6 ton, ikan kakap Lates calcarifer sebesar 1 017.0 ton, ikan peperek Leiognathus sp sebesar 796.7 ton, ikan kerapu Epinephelus sp sebesar 427.4 ton. Variabel lain yang digunakan untuk mengukur sumberdaya alam dan lingkungan adalah daerah penangkapan ikan X 32 Selanjutnya jenis variabel lain yang digunakan untuk mengukur sumberdaya alam dan lingkungan adalah energi pendukung X dengan nilai probabilitas sama dengan 0.000 Tabel 12, hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh secara signifikan, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan berpedoman pada aturan tentang wilayah pengelolaan perikanan WPP IV yang meliputi selat Makassar dan laut Flores, dimana ikan pelagis kecil masih terbuka peluang untuk dikembangkan, pelagis besar pengelolaannya harus hati-hati dan udang penaeid sudah tidak ada peluang untuk dikembangkan. 34 Kemampuan memanfaatkan peluang dan potensi sumberdaya alam dan energi yang dimiliki Kota Makassar sebagai penyedia bahan baku industri dengan nilai probabilitas sama dengan 0.000 Tabel 12, hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh secara signifikan, oleh karena itu perlu diantisipasi dengan melihat bahan pendukung yang tersedia dalam mensuplai kebutuhan bahan baku industri perikanan, hal ini sesuai dengan pendapat Handoko 2001 mengatakan bahwa keunggulan ketersediaan energi pendukung yang ada sangat menentukan tingkat keberhasilan industri perikanan. mendorong industri perikanan untuk dapat memanfaatkan agar dapat memiliki nilai tambah, sehingga harga produk dapat bersaing dan pengaruh lainnya adalah kemampuan memanfaatkan sumberdaya alam dan energi yang dimiiki.

4.4.3 Pengembangan kinerja industri perikanan KIP