Industri perikanan Peran PPN Untia Makassar

4.2.2.3 Industri perikanan

Salah satu program Kementrian Kelautan dan Perikanan adalah pembangunan dan perbaikan mutu industri perikanan. Program ini cukup beralasan karena sebutan negara maritim yang memiliki kekayaan alam berupa ikan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri sekitar 6.7 juta ton pertahun. Secara faktual sektor perikanan masih sekitar 2 hasilnya yang diekspor dan mampu mempekerjakan lebih dari 2.7 juta jiwa, tetapi kemiskinan di wilayah pesisir masih menjadi ciri khas sektor perikanan Nikijuluw 2002. Berbagai kebijakan dan upaya pemerintah telah dilaksanakan untuk memajukan industri perikanan, salah satunya adalah kebijakan pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana berupa pembangunan PPN Untia Makassar. Selanjutnya pemerintah diharapkan dapat mengelola pelabuhan perikanan, serta perangkat lunak berupa ketentuan yang mengatur pemanfaatan lahan pelabuhan perikanan dalam mendorong tumbuh kembangnya industri perikanan. Diharapkan dengan dibangunnya PPN Untia Makassar akan menarik investor di bidang industri perikanan untuk melakukan kegiatan perikanan, khususnya investor yang telah malakukan aktivitas industri perikanan di PT. Kawasan Industri Makassar PT. KIMA agar membuka cabang di kawasan tersebut, sehingga kawasan PPN Untia menjadi sebuah kawasan industri perikanan yang lengkap dan modern. a Industri penangkapan Kapal motor yang digunakan oleh nelayan di Kota Makassar berukuran paling besar 10-20 GT dengan komposisi ukuran 0-5 GT sebanyak 92 unit, 5-10 GT sebanyak 155 unit, dan 10-20 GT sebanyak 24 unit pada tahun 2009. Dengan dibangunnya PPN Untia Makassar, diharapkan kapal perikanan yang berkapasitas besar dapat melakukan bongkar muat ikan hasil tangkapan dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan bahkan dari provinsi lain, seperti kapal-kapal perikanan dari provinsi Kalimantan Timur dan Sulawesi Tenggara, saat ini banyak melakukan bongkar muat barang hasil tangkapan karena menganggap bahwa Kota Makassar merupakan tempat pemasaran ikan yang cukup baik, meskipun harus antri sampai berjam-jam atau melakukan bongkar muat barang di luar kolam pelabuhan. b Industri prosessing Sampai dengan tahun 2009 tercatat sebanyak 40 perusahaan perikanan yang terdaftar pada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, yakni industri perikanan dengan berbagai skala usaha yang melakukan kegiatan di bidang perikanan di Sulawesi Selatan. Ada sebanyak 29 industri perikanan bidang penanganan dan pengolahan hasil perikanan melakukan kegiatan di Kota Makassar yang terdiri dari 18 perusahaan berada dalam PT. Kawasan Industri Makassar PT. KIMA atau sebesar 72.5 dan 11 perusahaan berada di luar kawasan industri Lampiran 3. Jenis produk olahan yang dihasilkan dari industri pengolahan ada berbagai jenis yang dipasarkan lokal maupun ekspor, khusus bentuk utuh bulk fish di ekspor ke Jepang. Bahan baku diperoleh dari industri penangkapan ikan, membeli ikan dari berbagai pulau atau daerah yang diangkut baik melalui transportasi darat maupun melalui transportasi laut. Disamping dijual dalam bentuk olahan, jenis ikan tuna dalam bentuk loin yang di ekspor ke Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang. c Pemasaran Pemasaran produk perikanan yang didaratkan melalui pelabuhan perikanan yang ada di Makassar terbagi dalam 3 bentuk yaitu pertama dipasarkan dalam bentuk utuh bulk fish. Jenis ikan tuna yang dijual utuh terutama tujuan Jepang karena selain masih akan dipasarkan kembali di pasar setempat, juga permintaan ikan utuh dimaksudkan akan dikonsumsi dalam bentuk segar khususnya di Jepang terkenal dengan nama sashimi. Untuk jenis ikan selain tuna tenggiri, kembung, cucut, teri, bawal, dll tetap dijual utuh, akan tetapi terbatas pada pasar lokal dan sebagai pasokan bahan baku industri prosessing. Sedangkan bentuk ke dua adalah bentuk loin potongan dalam ukuran tertentu yang dipasarkan ke Amerika Serikat dan Uni Eropa. Jenis ikan yang dijual dalam bentuk lion pada umumnya jenis ikan tuna. Bentuk ketiga adalah dalam bentuk olahan product development atau kalengan. Bentuk olahan ini sebagian dijual lokal dan sebagian lagi diekspor. 4.3 Hasil Analisis SEM 4.3.1 Kajian teoritis model Kajian ini akan menjelaskan semua konstruk faktor yang menjadi acuan teoritis dalam penelitian ini, yaitu meliputi internal industri, eksternal industri, sumberdaya alam dan lingkungan, lingkungan industri perikanan, kinerja industri perikanan, kebijakan pemerintah, pelayanan pelabuhan perikanan dan daya saing industri perikanan. Menurut Wahyuni 2002, faktor internal industri memegang peranan penting dan merupakan faktor dominan terhadap keberhasilan kinerja industri seperti: sumberdaya manusia yang dimiliki industri jumlah, tingkat pendidikan, usia, pengetahuan, pengalaman, teknologi yang digunakan dan modal usaha dari perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Porter 1990, mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi industri yang dapat dibagi menjadi 3 penentu keberhasilan industri yaitu: 1 Lingkungan internal industri yakni menggali informasi tentang LII Life Internal Industry yaitu mengenai potensi SDM yang dimiliki, 2 teknologi yang digunakan industri dan 3 keuangan serta asset yang dimiliki industri. Maka dalam penelitian ini ditentukan bahwa internal industri mempunyai interaksi dengan kemampuan SDM industri perikanan, inovasi penggunaan teknologi industri dan kemampuan keuangan dan asset perusahaan. Menurut Putro 2002, faktor eksternal industri harus disediakan oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada industri, khususnya ketersediaan infrastruktur berupa pelabuhan perikanan, transportasi dan pemasaran. Sedangkan menurut Madecor Group 2002, eksternal industri harus ditunjang oleh perkembangan teknologi industri, ketersediaan jasa pelatihan, ketersediaan infrastruktur dan ketersediaan modal sebagai industri pemasok. Pada penelitian ditentukan bahwa ekternal industri mempunyai interaksi dengan perkembangan teknologi perikanan, ketersediaan jasa pelatihan, ketersediaan infrastruktur dan kondisi industri pemasok. Gardjito 1996, mengatakan bahwa sumberdaya alam sangat didukung oleh ketersediaan bahan baku, kemampuan manusia untuk memanfaatkan, keaadaan lingkungan dan energi pendukung. Menurut Dahuri 2002, sumberdaya alam laut harus didukung oleh ketersediaan bahan baku berupa ikan,