Optimasi Formula MTJ Analisis data

d. Analisa kadar protein, metode Mikro-Kjeldahl AOAC, 1995

Analisis protein dilakukan dengan menggunakan metode Mikro Kjeldahl. Contoh sebanyak 1 g didestruksi dengan 5 ml asam sulfat pekat dengan katalisator CuSO 4 dan Na 2 SO 4 sampai warnanya menjadi hijau jernih. Cairan dibiarkan sampai dingin lalu ditambahkan air suling secara perlahan-lahan. Setelah dingin isi labu dipindahkan ke alat destilasi dengan penambahan NaOH pekat dan tiga tetes indikator fenolftalein. Sebagai penampung digunakan 25 ml asam borat jenuh dan 2 sampai 3 tetes indikator campuran metil biru dan metil merah. Hasil destilasi dititrasi dengan larutan HCl 0.1 N. Prosedur blanko ditentukan seperti di atas tanpa menggunakan bahan yang dianalisis. Perubahan warna dari biru ke hijau menandakan titik akhir tiitrasi. Perhitungan kadar protein dilakukan dengan menggunakan rumus : Dimana N = Normalitas HCl

e. Analisa kadar gula, Metode Luff Schoorl SNI 01-2892-1992

Timbang bahan padat yang sudah dihaluskan sebanyak 2.5 – 25 gram dan pindahkan ke dalam labu takar 100 ml, tambahkan 50 ml aquades, bubur AlOH 3 dan larutan Pb. Asetat. Penambahan bahan penjernih ini diberikan tetes demi tetes sampai penetesan dari reagensia tidak menimbulkan pengeruhan lagi, kemudian tambahkan aquades sampai tanda dan disaring. Filtrat ditampung dalam labu takar 200 ml. Na 2 CO 3 anhidrat atau K atau Na-oksalat anhidrat atau larutan Na-fosfat 8 ditambahkan secukupnya untuk menghilangkan kelebihan Pb, kemudian ml HCl – ml blanko x N x 14.007 x 100 mg sampel Nitrogen = Kadar protein = Nitrogen x faktor konversi 6.25 ditambahkan K atau Na-oksalat atau Na-fosfat atau Na 2 CO 3 agat tetap jernih. 50 ml filtrat bebas Pb diambil dari larutan, masukan ke dalam erlenmayer, kemudian ditambah dengan 25 ml aquades dan 10 ml HCl 30 BJ 1,15. Panaskan di atas penangas air pada suhu 67 – 70 C selama 10 menit lalu didinginkan secepatnya sampai suhu 20 C. Netralkan dengan NaOH 45, kemudian diencerkan sampai volume tertentu sehingga 25 ml air mengandung 15 – 60 mg gula pereduksi. Sebanyak 25 ml larutan diambil dan masukkan ke dalam erlenmayer dan ditambahkan 25 ml larutan Luff Schoorl. Percobaan blangko dibuat, yaitu 25 ml Larutan Luff Schoorl ditambah 25 ml aquades Setelah ditambah beberapa butir batu didih, erlenmayer dihubungkan dengan pendingin balik kemudian dididihkan usahakan 2 menit sudah mendidih. Pendidihan larutan dipertahankan selama 10 menit, lalu didinginkan dan tambahkan 15 ml KI 20 dan 25 ml H 2 SO 4 26,5. Yodium yang dibebaskan dititrasi dengan larutan Na thiosulfat 0,1 N memakai indikator pati 2 – 3 ml. Pati ditambahkan untuk memperjelas perubahan warna pada akhir titrasi. penetapan berat glukusa dilakukan dengan membandingkan volume Na- thiosulfat yang diperlukan dengan suatu daftar tabel luff schoorl..

f. Warna, metode Hunter Hutching, 1999

Analisis warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter minolta CR-310. Sebelum dilakukan pengukuran nilai L, a dan b perlu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu terhadap alat dengan menggunakan pelat standar warna putih L=97.51; a=5.35; b=-3.37. Setelah proses kalibrasi selesai, dilanjutkan dengan bobot glukosa x faktor pengenceran bobot sampel Kadar gula = x 100