Analisis multiatribut Fishbein UJI PENERIMAAN DAN PREFERENSI KONSUMEN

Tabel 19. Skor sikap A Responden terhadap produk MTJ Atribut Jenis MTJ A MTJ formula optimum B Bajigur komersil Aroma 0.99 0.58 Rasa manis 0.81 0.34 Rasa pedas jahe 0.57 0.09 Warna 1.07 0.24 Total 3.44 1.25 Tabel 19. menunjukkan hasil analisis skor sikap A multiatribut Fishbein. Jumlah skor sikap masing-masing atribut suatu produk akan menghasilkan skor sikap total. Menurut Schiffman 1994, semakin tinggi skor sikap total dari suatu produk, maka semakin tinggi kesukaan konsumen terhadap produk tersebut. Berdasarkan Tabel 19, skor sikap total MTJ formula optimum 3.44 lebih besar dari bajigur komersil 1.25. Hal ini berarti responden lebih menyukai produk MTJ formula optimum dibandingkan dengan bajigur komersil. Hasil skor sikap total Fishbein tahap ini sesuai dengan prediksi skor atribut respon pada tahap optimasi formulasi dengan DX7. Hasil DX7 pada tahap optimasi formulasi menunjukkan bahwa MTJ formula optimum diprediksikan akan menghasilkan skor optimum dalam penilaian responden terhadap masing- masing atributrespon. Langkah akhir dalam analisis multiatribut Fishbein adalah penentuan skala penilaian produk. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap masing-masing produk berada dalam skala yang mana. Skala yang dimaksudkan adalah skala sangat tidak disukai, tidak disukai, biasa, disukai atau sangat disukai. Pembagian skor skala tersebut berdasarkan skor sikap A maksimum dari masing-masing atribut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20, sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Tabel 20. Skala skor preferensi Skala Penilaian Ketegori Penilaian Produk -7.7 - -3.85 Sangat tidak suka -3.85 - 0 Tidak suka 0 Biasa 0 - 3.85 Suka 3.85 - 7.7 Sangat suka Berdasarkan skala skor preferensi pada Tabel 20, dapat diketahui bahwa kedua produk MTJ MTJ formula optimum dan bajigur komersil termasuk dalam kategori penilaian yang disukai. Hal ini karena skor sikap A kedua produk bajigur tersebut berada diantara skala penilaian 0 – 3.85. Namun, MTJ formula optimum lebih disukai dibandingkan bajigur komersil karena nilai skor sikap total bajigur formula optimum 3.44 lebih tinggi dibandingkan skor sikap total bajigur komersil 1.25. Hasil penelitian Suparman 2003 menunjukkan bahwa skala skor preferensi disukai untuk produk ikan laut segar berada pada skala penilaian 0 – 1.794, sedangkan pada penelitian ini penilaian disukai bajigur berada pada skala 0 – 3.85. Perbedaan skala penilaian skor preferensi ini menunjukkan bahwa setiap produk memiliki skala penilaian yang berbeda untuk dikatakan disukai atau tidak disukai. Hal ini sangat tergantung kepada skor evaluasi dan skor maksimum yang dimiliki oleh setiap atribut dalam produk bersangkutan.

c. Uji Wilcoxon

Penilaian penerimaan dan preferensi dalam penelitian ini dilakukan terhadap sifat sensori seperti aroma, rasa manis, rasa pedas jahe, warna dan overall. Sifat-sifat sensori pada makanan dan minuman akan diproses dalam otak dengan dilatarbelakangi oleh faktor kulturetnis Cardello, 1994. Bajigur adalah salah satu minuman tradisional khas etnis tertentu Sunda, maka perlu dilakukan uji pengaruh berbagai etnis terhadap penerimaan dan preferensi MTJ, karena pengujian dalam penelitian ini tidak hanya dilakukan untuk etnis Sunda. Pengaruh etnis dalam penerimaan dan preferensi MTJ dapat diukur dengan analisis Wilcoxon. Analisis Wilcoxon pada selang kepercayaan 95 akan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 Daniel,1989. Ringkasan hasil uji Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel 21, sedangkan hasil uji selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Tabel 21. Hasil uji Wilcoxon untuk bajigur formula optimum dan komersil pada berbagai etnis dan atribut bajigur Etnis Atribut Aroma Rasa Manis Rasa Pedas jahe Warna Overall Betawi - - - - - Jawa + - + + + KalimantanSulawesi - - - - - Sumatera - - + - + Sunda - + + + + Keterangan : + = Berbeda nyata, - = tidak berbeda nyata Tabel 21. menerangkan bahwa pada kelompok etnis Betawi dan KalimantanSulawesi menyatakan tidak ada perbedaan kesukaan pada kedua jenis bajigur bajigur optimasi dan komersil, baik terhadap atribut aroma, rasa manis, rasa pedas jahe, warna maupun secara overall. Hasil uji Wilcoxon kelompok etnis Jawa menunjukkan bahwa kedua sampel ada perbedaan kesukaan terhadap atribut aroma, rasa pedas jahe, warna dan secara overall, sedangkan untuk atribut rasa manis diketahui tidak ada perbedaan kesukaan terhadap kedua jenis bajigur. Hasil uji Wilcoxon kelompok etnis Sumatera menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesukaan rasa pedas jahe dan secara overall terhadap kedua jenis bajigur, sedangkan untuk atribut aroma,rasa manis dan warna diketahui tidak terdapat perbedaan kesukaan terhadap kedua jenis bajigur. Kelompok etnis Sunda lebih terbiasa mengkonsumsi bajigur karena bajigur adalah minuman khas daerah etnis ini. Berdasarkan hasil Wilcoxon pada Tabel 21 dapat diketahui bahwa pada kelompok etnis Sunda terdapat perbedaan kesukaan rasa manis, rasa pedas jahe, dan warna terhadap kedua jenis bajigur, sedangkan untuk atribut aroma tidak terdapat perbedaan kesukaan terhadap kedua jenis bajigur. Perbedaan penilaian kesukaan kedua jenis bajigur dari masing- masing etnis menunjukkan bahwa ada pengaruh antara skor kesukaan terhadap etnis yang dimiliki responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cardello 1994, bahwa sifat-sifat sensori pada makanan dan minuman akan diproses dalam otak dengan dilatarbelakangi oleh faktor kulturetnis. Hasil uji Wilcoxon pada Tabel 21 menunjukkan bahwa hampir semua kelompok etnis menyatakan tidak ada perbedaan kesukaan terhadap atribut aroma, kecuali etnis Jawa. Hal ini sesuai dengan prediksi ANOVA pada tahap optimasi formolasi oleh program DX 7. Prediksi ANOVA program DX7 menunjukkan bahwa perbedaan komponen gula merah, jahe dan kopi dalam formula bajigur tidak akan mempengaruhi kesukaan terhadap skor aroma. Penilaian terhadap skor atribut rasa pedas jahe menunjukkan hasil sebaliknya dari hasil terhadap atribut aroma. Sebagian besar kelompok etnis menyatakan bahwa kesukaan rasa pedas jahe kedua sampel MTJ berbeda nyata. Hal ini mendukung hasil uji Fishbein pada Tabel 19. Hasil uji Fishbein menyatakan bahwa skor kesukaan konsumen terhadap rasa pedas jahe MTJ formula optimum nilainya berbeda jauh dengan nilai skor kesukaan bajigur komersil. Hasil uji Fishbein terhadap atribut rasa pedas jahe MTJ formula optimum lebih tinggi 0.57 dibandingkan dengan bajigur komersil 0.09. Hal ini juga menunjukkan bahwa optimasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan responden pada tahap penelitian preferensi MTJ. Tahap awal preferensi MTJ menunjukkan bahwa responden menyatakan rasa pedas jahe sebagai atribut yang paling penting dalam pemilihan bajigur.