Kerangka Berpikir KAJIAN PUSTAKA

berbasis masalah PBM mengalamipeningkatan yang berarti jika dibandingkan sebelumdilakukan tindakan sebesar 5,9, setelah diberitindakan pada siklus pertama diperoleh nilai 6,4;pada siklus kedua meningkat sebesar 7,2; dan padasiklus tindakan ketiga meningkat lagi sebesar 7.8. Penelitian dari Boy Fechera, dkk 2012:122 yang berjudul Desain dan Implementasi Media Video Prinsip-Prinsip Alat Ukur Listrik dan Elektronika hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebanyak 84 siswa menyatakan bahwa media video merupakan media pembelajaran yang menarik, dan 78 menyatakan bahwa video pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi dalam proses pembelajaran. Penelitian di atas menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan Problem Based Learning Berbantuan Video Pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di Kelas V SDN Karangayu 02 Semarang.

2.3 Kerangka Berpikir

Menurut pernyataan Depdiknas 2004:8-10indikator kualiatas pembelajaran mencakup: 1 pendidik atau guru; 2 perilaku dan dampak belajar; 3 iklim belajar; 4 materi pembelajaran; 5 kualitas media pembelajaran; 6 sistem pembelajaran. Menurut Depdiknas 2007:17-18, berdasarkan temuan dokumen dan temuan lapangan mengenai aspek pelaksanaan KBM mata pelajaran matematika di SDMI ditemukan masalah yang menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran masih rendah, hal tersebut ditandai dengan: 1 pembelajaran matematika di kelas lebih banyak mengacu kepada buku pegangan guru, jarang memperluas cakupan materi ke kehidupan nyata, sehingga pelajaran monoton dan terpaku pada apa kata buku; 2 pelaksanaan KBM masih konvensional dengan metode kurang bervariasi, sehingga partisipasi siswa masih minim; 3 sumber belajar masih terfokus pada buku pegangan dan belum melibatkan penggunaan ICT dan lingkungan. Berdasarkan hasil observasi di kelas VC SDN Karangayu 02, kualitas pembelajaran juga tergolong masih rendah, hal itu ditandai dengan pembelajaran kurang diawali dengan masalah nyata dan siswa kurang diarahkan untuk memecahkan soal melalui penyelidikan. Kondisi belajar yang kurang optimal dan pada saat penyampaian materi penggunaan media sangat minim dan kurang menarik, sehingga siswa sama sekali tidak tertarik dan sibuk sendiri dengan kegiatan lainnya. Pada kegiatan inti, belum digunakan kerja secara berkelompok. Pada saat pembelajaran, pembahasan dan menyimpulkan kendali ada pada guru, sehingga siswa minim partisipasi, selain itu pemberian motivasi dari guru kepada siswa juga masih minim. Hal-hal di atas menyebabkan hasil belajar yang diperoleh siswa masih dibawah KKM 62 yang membuktikan bahwa kualitas pembelajaran matematika di kelas VC SDN Karangayu 02 Semarang masih rendah, karena komponen-komponen pembelajarannya tidak mendukung secara maksimal. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika dengan menggunakan Problem Based Learning berbantuan video pembelajaran. Penggunaan Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika akan menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri, selain itu juga akan membuat siswa mengambil alih tanggung jawab dalam pembelajaran mereka sendiri, sehingga keuntungan yang mereka dapat lebih luas cakupannya dan mereka bisa menyalurkan serta menambah kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi,kerja tim serta memecahkan masalah, sehingga siswa dapat memahami konsep atau materi yang dipelajari. Serta penggunaan media video pembelajaran dalam pembelajaran bertujuan untuk menarik perhatian dan minat siswa dalam pembelajaran matematika sehingga hasil belajar siswa nantinya akan meningkat. Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan menggunakan Problem Based Learning berbantuan video pembelajaran adalah: 1 Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa melalui media video pembelajaran 2 Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama. 3 Mengorganisasikan siswa untuk meneliti dengan membagi kelompok, setiap kelompok diketuai oleh pemimpin kelompok dan disupervisi oleh guru dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai disampaikan terlebih dahulu. 4 Membantu Inquiry dan investigasi mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi antar anggota kelompok 5 Performansi: Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit 6 Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah 7 Tanya jawab debriefing : menguji keakuratan dari solusi 8 Refleksi terhadap pemecahan masalah. MelaluiProblem Based Learning berbantuan video pembelajaran, siswa diajak terlibat langsung dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan guru baik secara individu maupun kelompok. Setelah siswa memperoleh jawaban dari hasil pemikirannya sendiri, siswa memaparkannya di kelompok untuk dibagikan kepada teman sekelompoknya. Setelah itu kelompok memilih pemecahan masalah yang akan digunakan dan menyusunnya pada laporan yang akan ditempel di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok lain. Setelah itu setiap kelompok membacakan temuan masalah di kelompok lain yang nantinya kesalahan tersebut akan dikonfirmasi dan bisa diluruskan bersama-sama dengan guru. Dalam pembelajaran matematika MelaluiProblem Based Learning berbantuan video pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan mediator yang membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada. Selain itu, guru juga memberikan arahan dan bimbingan dalam terlaksananya kegiatan diskusi serta penggunaan video pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya apabila mengalami kesulitan. Dengan demikian, siswa dapat dengan lebih mudah memahami konsep matematika yang diajarkan sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Dalam hal ini yang diteliti adalah keterampilan dasar guru dalam menyajikan materi, menggunakan media serta menciptakan iklim pembelajaran yang optimal. Selain itu juga ada aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika melaluiProblem Based Learning berbantuan video pembelajaran. Setelah melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan Problem Based Learning berbantuan video pembelajaran ini diharapkan keterampilan guru menyajikan materi, menggunakan media dan mencipkatan iklim pembelajaran yang optimal dapat meningkat. Begitu juga dengan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika dapat meningkat sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran matematika.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini: Guru: 1. Pembelajaran kurang diawali dengan masalah nyata dan siswa kurang diarahkan untuk memecahkan soal melalui penyelidikan. 2. Penggunaan media kurang optimal. 3. Peran guru dalam pembelajaran masih terlalu besar, iklim pembelajaran belum mengaktifkan siswa Siswa: 4. Siswa belum begitu aktif berkomunikasi satu dengan yang lain dalam pembelajaran kelompok 5. Aktivitas siswa rendah, dilihat dari tidak antusias dan kurang minat dalam pembelajaran matematika. 6. Hasil belajar siswa masih di bawah KKM Kondisi awal Penerapan model Problem Based Learning Berbantuan Video Pembelajaran: 1. Memberikan orientasi permasalahan kepada siswa 2. Mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah dengan bekerja sama. 3. Membagi kelompok heterogen 4. Membantu Inquiry dan investigasi dengan mencermati tayangan tayangan video 5. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit 6. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah 7. Tanya jawab debriefing : menguji keakuratan dari solusi 8. Refleksi terhadap pemecahan masalah Kondisi akhir 1. Pembelajaran diawali dengan masalah yang berhubungan dengan keseharian siswa dan dipecahkan dengan penyelidikan 2. Penggunaan media optimal 3. Kegiatan siswa lebih menonjol dan dapat menciptakan Iklim pembelajaran yang mengaktifkan siswa . 4. Siswa aktif berkomunikasi satu dengan yang lain dalam pembelajaran kelompok maupun saat pembacaan laporan per kelompok 5. Aktivitas siswa tinggi dilihat dari antusias dan minat siswa dalam pembelajaran matematika. 6. Hasil belajar telah memenuhi KKM 1. Perilaku pembelajaran guru meningkat 2. Aktivitas siswa meningkat Kualitas Pembelajaran 3. Hasil belajar siswa meningkat meningkat Gambar 2.3 Bagan kerangka berpikir Pelaksa naan tindakan Kualitas pembelajaran rendah ditandai dengan:

2.4 Hipotesis Tindakan

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN KALIBANTENG KIDUL 02 SEMARANG

0 11 293

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PBL DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 12 274

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF DENGAN MODEL CIRC PADA SISWA KELAS V SDN MANGKANGKULON 01 SEMARANG

0 9 279

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI KNOW WANT TO LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS V A SDN SEKARAN 01

0 5 290

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Know-Want To Know-Learned (KWL) Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/20

1 3 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Know-Want To Know-Learned (KWL) Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/20

0 0 13

Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples pada Siswa Kelas III SDN Kalibanteng Kidul 02.

0 0 1

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Cooperative Learning Tipe STAD dengan Permainan Monopoli Pada Siswa Kelas V SDN Kalibanteng Kidul 02.

0 0 1

( ABSTRAK ) Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Membaca KWL di Sekolah Dasar Kelas V.

0 0 2

Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Membaca KWL di Sekolah Dasar Kelas V.

0 0 98