Hubungan antara Faktor Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria
Diketahui 80 responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk juga memiliki pekerjaan yang tidak berisiko.
Sebanyak 64,5 responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk juga keluar rumah dimalam hari. Selain itu, sebagian
besar 85,4 responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk diketahui tidak memasang kasa anti nyamuk pada
ventilasi rumah. Uji statistik menunjukkan bahwa keberadaan tempat perindukan
nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun
2014. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Walean et al. 2015 bahwa tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian
Malaria di Kecamatan Touluan Kabupaten Minahasa Tenggara p.value = 0,642. Santy et al. 2014 mendukung pernyataan tersebut bahwa
perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria dengan p.value = 0,141.
Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tempat perindukan nyamuk berhubungan dengan kejadian Malaria. Hakim
2010 menjelaskan tempat perindukan nyamuk merupakan faktor risiko
kejadian Malaria di Tasikmalaya, Ciamis, Garut dan Sukabumi. Ristadeli et al. 2013 juga menjelaskan bahwa masyarakat yang di sekitar
rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk memiliki risiko 2,4 kali dibanding dengan masyarakat yang tidak terdapat terdapat tempat
perindukan nyamuk di sekitar rumahnya.
Hasil penelitian ini antara lain dapat dipengaruhi oleh mata pencaharian dan penggunaan sumber air oleh masyarakat setempat.
Menurut data dari Balaidesa Selakambang diketahui selain beternak kambing masyarakat setempat juga memproduksi ikan berupa ikan
bawal, sebanyak 550 orang di Desa Selakambang memiliki budidaya ikan bawal. Ikan tersebut dibudidayakan di kolam buatan, kolam
– kolam yang ada ditempatkan didekat rumah dan merupakan kolam yang tenang.
Keadaan kolam tersebut sangat memungkinkan untuk hidup nyamuk Anopheles, sp. Yunianto et al. 2009 menjelaskan bahwa di Desa
Kendaga telah ditemukan kolam sebagai tempat perindukan nyamuk Anopheles, sp.
Selain kolam, terdapat dua sungai yang melintasi Desa Selakambang. Berdasarkan data dari Balaidesa Selakambang diketahui
sebanyak 1.781 keluarga memanfaatkan sungai sebagai sumber air utama mereka. Artinya, warga yang memanfaatkan sungai tersebut memiliki
kontak lebih sering dengan nyamuk yang memungkinkan warga dapat tergigit oleh nyamuk di sekitarnya.
2. Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk Nyamuk diketahui memiliki kemampuan mencium bau makanan
mereka hingga jarak 50 meter. Untuk itu, responden dengan rumah yang berjarak 50 meter dari tempat perindukan nyamuk memiliki risiko lebih
tinggi untuk digigit oleh nyamuk Syamsir, 2015. Kurniawan 2008 menjelaskan bahwa jarak tempat perindukan nyamuk berhubungan
dengan kejadian Malaria.
Penelitian di Desa Selakambang ini menunjukkan bahwa jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan
kejadian Malaria. Hakim et al. 2013, Kusdaryanto et al. 2005 dan Mofu 2013 mendukung hasil penelitian dengan menyampaikan bahwa
jarak tempat perindukan nyamuk tidak berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk Anopheles, sp. Namun, pada rumah yang berjarak dekat dengan
tempat perindukan nyamuk, ditemukan kepadatan nyamuk yang lebih besar dibandingkan pada jarak yang lebih jauh. Keberadaan genangan air
yang mengandung jentik dan berada pada jarak 100 meter diketahui berisiko menyebabkan Malaria. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Sarmi Kota yang tinggal di sekitar genangan air dalam jarak tersebut memiliki risiko 6,827 kali lebih besar menderita Malaria dibanding
dengan masyarakat yang tinggal dalam jarak 100 meter Imbiri et al., 2012.
Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria dapat dipengaruhi oleh jarak
terbang nyamuk ini dapat mencapai 2 – 3 Km sehingga dapat
menentukan keberadaan nyamuk Kusdaryanto et al., 2005, Handayani and Darwin 2006. Selain itu, faktor iklim seperti suhu, kelembaban
dan curah hujan juga berpengaruh terhadap perilaku nyamuk tersebut Mardiana and Musadad, 2012.
Hasil penelitian juga didukung dengan data bahwa semua responden yang menderita Malaria dan 94,1 masyarakat yang tidak
menderita Malaria memiliki rumah dengan jarak yang dekat dengan
tempat perindukan nyamuk. Selain itu, diketahui sebagian besar 83,7 responden yang rumahnya dekat dengan tempat perindukan nyamuk
diketahui juga tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumahnya. Sebanyak 67,3 responden yang rumahnya dekat dengan
tempat perindukan nyamuk tidak memakai kelambu saat tidur dimalam hari.
3. Keberadaan Kandang Ternak Beternak merupakan salah satu pekerjaan pokok bagi
masyarakat Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Sebanyak 750 warga Desa Selakambang diketahui memiliki
ternak dan dari jumlah tersebut ada beberapa rumah yang letaknya berada di sekitar kandang.
Keberadaan kandang ternak ini dapat menjadi ancaman bagi masyarakat karena sebagian besar nyamuk mencari darah kandang
ternak. Perilaku nyamuk dalam mencari makan berbeda antar spesies, diketahui Anopheles aconitus, Anopheles maculatus dan Anopheles
barbirostris lebih suka terhadap darah hewan atau biasa disebut zoofilik. Sedangkan Anopheles sundaicus lebih suka dengan darah manusia
Hiswani 2004, Indriyati and Waris 2012.
Kandang ternak ditemukan sebagai tempat peristirahatan bagi nyamuk Anopheles aconitus dengan presentase jumlah nyamuk mencapai
60 Handayani and Darwin, 2006. Jika terdapat kandang ternak di sekitar rumah, maka tidak menutup kemungkinan bahwa nyamuk yang
mencari makan di kandang juga masuk kedalam rumah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75 penderita Malaria terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya. Secara statistik, keberadaan
kandang ternak ini memiliki hubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang
Kecamatan Kaligondang
Kabupaten Purbalingga.
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Hasyimi and Herawati 2012, Mulyono et al. 2013 dan Pamela 2009 bahwa kandang ternak
berhubungan dengan kejadian malaria. Responden yang di sekitar rumahnya terdapat ternak memiliki risiko 1,64 kali lebih besar terkena
malaria dibandingkan responden yang di sekitar rumahnya tidak ada ternak Hasyimi, 2012.
4. Jarak Rumah dengan Kandang Ternak Jarak kandang ternak dengan rumah dapat menentukan risiko
penularan Malaria. Jarak ternak dengan rumah yang terlalu dekat dapat memudahkan nyamuk bertransmigrasi dari kandang hingga masuk ke
rumah. Akibatnya, penghuni rumah tergigit oleh nyamuk dan dapat terserang Malaria Kusdaryanto, 2005..
Hasil penelitian menyebutkan bahwa masyarakat yang menderita Malaria sebagian besar memiliki jarak yang dekat dengan
kandang ternak dengan presentase 77,8. Berdasarkan hasil uji statistik jarak rumah dengan kandang ternak tidak berhubungan dengan kejadian
Malaria di Desa Selakambang. Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian besar 80,9
responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak juga terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya. Sebanyak
70,2 responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak diketahui tidak memakai obat anti nyamuk saat tidur dimalam hari.
Selain itu, sebanyak 85,1 responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak juga tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi
rumahnya dan 55,3 tidak memakai kelambu. Hasil penelitian serupa juga disampaikan oleh Kusdaryanto et al.
2005 yang menjelaskan bahwa kandang ternak yang ditempatkan dengan jarak 10 meter hingga 20 meter tidak berhubungan dengan
kepadatan nyamuk Anopheles aconitus. Namun, Pemeliharaan ternak ini juga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan
kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Erdinal et al., 2006.
90