Hubungan antara Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian

didukung oleh penelitian Ernawati et al. 2011 yang menunjukkan bahwa usia juga tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun 2010 p.value = 0,252. Hasil penelitian tersebut antara lain dapat disebabkan karena perilaku berisiko Malaria sebagian besar dilakukan oleh responden dengan rentang usia dewasa. Data menunjukkan bahwa sebanyak 51,7 responden yang keluar rumah pada malam hari dan 50,5 reponden yang tidak memakai kelambu pada saat tidur dimalam hari diketahui berusia dewasa. Selain itu, sebagian besar masyarakat 57 yang tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam hari juga diketahui merupakan responden usia dewasa. Beberapa perilaku berisiko tersebut dilakukan oleh responden karena beberapa hal antara lain karena ingin berpartisipasi di kelompok masyarakat. Suroso et al. 2014 mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain ialah faktor usia, pekerjaan dan pendidikan. Masyarakat dengan umur 41 – 50 tahun cenderung lebih aktif mengikuti musyawarah daripada usia yang lebih muda atau lebih tua. Hal ini dapat dikarenakan kelompok dengan usia lebih muda merasa sungkan terhadap masyarakat yang lebih tua karena dianggap lebih senior dan lebih banyak memberikan masukan sehingga mereka memilih untuk tidak berpartisipasi. Musyawarah yang sering dilakukan di daerah penelitian antara lain ialah rapat pengurus RT, rapat tersebut dilaksanakan dimalam hari dan bergilir di rumah – rumah penduduk setempat. Artinya, warga yang mengikuti rapat tersebut secara rutin keluar rumah pada malam hari untuk mengikuti rapat tersebut. Seperti dijelaskan sebelumnya, warga yang rapat ialah warga yang berusia 25 tahun keatas. Warga tersebut memiliki risiko lebih tinggi digigit nyamuk Anopheles, sp diluar rumah. Berdasarkan informasi, warga yang tidak berpartisipasi dalam rapat juga memiliki kebiasaan berkumpul di tempat tertentu dimalam hari meskipun sekedar minum kopi. 2. Jenis Kelamin Malaria tidak menyerang manusia berdasarkan jenis kelamin tertentu karena vektor penyakit Malaria menularkan Malaria kepada laki – laki dan perempuan. Namun, secara kekebalan tubuh yang dimiliki perempuan hamil akan memiliki risiko lebih tinggi terkena Malaria dibandingkan dengan laki – laki atau perempuan biasa. Hal tersebut dikarenakan Malaria dapat menyebabkan anemia yang lebih berat pada perempuan dengan kondisi hamil Arsin, 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita Malaria lebih banyak terjadi pada perempuan 66,7 dibanding laki – laki 33,3. Nurlette et al. 2012 menyebutkan hal yang sama bahwa 71,4 penderita Malaria dalam penelitiannya ialah perempuan sedangkan hanya 28,6 penderita Malaria ialah laki – laki. Banyaknya kasus Malaria yang terjadi pada perempuan dibanding laki – laki dalam penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sagay et al. 2015 bahwa penderita Malaria dalam penelitiannya lebih banyak laki – laki dibanding perempuan yakni sebanyak 51,22. Variabel jenis kelamin secara statistik tidak berhubungan dengan kejadian Malaria. Ernawati et al. 2011 menyatakan hal yang sama bahwa di tempat penelitian yang ia lakukan juga tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan kejadian Malaria. Sejalan dengan Ernawati et al. 2011, Saikhu 2011 juga menjelaskan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2007. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kejadian malaria. Banyaknya perempuan yang terkena malaria ini dapat disebabkan antara lain karena sebanyak 59 responden perempuan tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam hari. Selain itu, sebagian besar 62 responden dengan usia dewasa yang merupakan usia paling rentan terkena malaria ialah perempuan. Data juga menunjukkan bahwa sebanyak 55 responden yang keluar rumah pada malam hari ialah perempuan. 3. Pekerjaan Pekerjaan dapat berperan penting terhadap penyakit Malaria karena berhubungan dengan kondisi lingkungan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dilakukan diluar rumah, di pedesaan atau di perkebunan akan memiliki risiko yang lebih besar untuk tergigit nyamuk Malaria. Besarnya risiko tergigit nyamuk tersebut menjadikan jenis pekerjaan dapat menyebabkan responden juga memiliki risiko tinggi terkena Malaria Sulistiani, 2012. Sebagian besar 58,3 masyarakat yang terkena Malaria diketahui memiliki pekerjaan berisiko. Tallane et al. 2013 juga menjelaskan bahwa responden yang menderita Malaria dalam penelitiannya lebih banyak pada masyarakat yang memiliki pekerjaan berisiko 83,2 daripada masyarakat yang memiliki pekerjaan tidak berisiko 57,9. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pekerjaan berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang pada tahun 2014 dengan p.value = 0,001. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Saikhu 2011 dan Kusdaryanto et al. 2005 bahwa pekerjaan merupakan faktor risiko terjadinya Malaria. Hal tersebut didukung dengan penelitian Friaraiyatini et al. 2006 bahwa jenis pekerjaan berhubungan dengan kejadian Malaria di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimanta Tengah. Setelah dilakukan perhitungan, diketahui sebanyak 79,3 responden yang mempunyai pekerjaan berisiko memiliki kebiasaan keluar rumah dimalam hari. Selain itu, sebagian besar 75,9 responden yang memiliki pekerjaan berisiko juga memiliki rumah yang terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitarnya. Sebanyak 75,9 responden yang memiliki pekerjaan berisiko juga diketahui terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya. Pekerjaan berisiko yang dilakukan oleh responden antara lain ialah bertani dan beternak. Hiswani 2004 menjelaskan bahwa sawah merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles barbirostris. Nyamuk Anopheles aconitus diketahui merupakan tersangka vektor penyakit Malaria di Jawa Tengah Ikawati et al., 2010. Pekerjaan berisiko tersebut sebagian besar dilakukan di tempat peristirahatan nyamuk. Selain petani, penyadap pohon nira dan pembuat gula jawa juga dapat berinteraksi dengan nyamuk Anopheles maculatus, salah satu vektor di Pulau Jawa yang erat kaitannya dengan vegetasi pada sungai di sekitar hutan Ambarita et al., 2011. Selain itu peternak juga memiliki risiko tergigit nyamuk karena Sedangkan sudah diketahui bahwa kandang merupakan tempat yang disukai nyamuk Anopheles maculatus untuk beristirahat Handayani and Darwin, 2006.

D. Hubungan antara Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa

Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 1. Perilaku Keluar Rumah pada Malam Hari Perilaku keluar rumah malam hari merupakan salah satu tindakan berisiko yang dapat menyebabkan manusia tergigit oleh nyamuk. Anopheles, sp merupakan vektor yang aktif mencari makan pada malam hari sehingga manusia yang keluar rumah pada malam hari memiliki kemungkinan untuk terkena Malaria Hiswani, 2004. Perilaku keluar rumah pada malam hari pada masyarakat Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tidak berhubungan dengan kejadian Malaria. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniawan 2008 di Kabupaten Asmat, Budiyanto 2011 di Kabupaten OKU dan Anjasmoro 2013 di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa keluar rumah pada malam hari merupakan faktor risiko kejadian Malaria Santy et al. 2014, Nurlette et al. 2012, Salim et al. 2012. Asa et al. 2015 mendukung pernyataan tersebut bahwa perilaku keluar rumah pada malam hari berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Lobu dan Lobu II Kecamatan Touluan Kabupaten Minahasa dengan p.value = 0,007. Salim et al. 2012 menjelaskan bahwa masyarakat yang keluar rumah pada malam hari memiliki risiko 7,8 kali lebih besar terkena Malaria dibanding masyarakat yang tidak keluar rumah pada malam hari. Hasil penelitian dapat disebabkan karena sebanyak 75,3 responden yang keluar rumah pada malam hari tidak memakai obat anti nyamuk dimalam hari. Sebagian besar 79,8 responden yang keluar rumah dimalam hari juga diketahui terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat yang keluar rumah pada malam hari memiliki risiko tergigit nyamuk lebih besar dibanding dengan yang tidak keluar rumah pada malam hari. Perilaku berisiko tersebut dilakukan salah satunya karena dipengaruhi oleh keaktifan berpartisipasi masyarakat, termasuk perilaku keluar rumah pada malam hari. Partisipasi tersebut antara lain ialah dalam musyawarah desa. Partisipasi masyarakat dapat dipengaruhi oleh pekerjaan dan pendidikan. Sebagai contoh masyarakat yang bekerja sebagai petani akan dapat meluangkan waktunya karena waktu bekerja

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013

11 97 123

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria Di Desa Mandeh Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 1999

0 32 92

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA REMBANG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2014

2 7 113

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DBD DI DESA GONILAN KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian DBD Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TAILELEU WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA SIBERUT KECAMATAN SIBERUT BARAT DAYA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN 2012.

0 0 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH TAMBANG EMAS KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2011.

2 3 14

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA RANTAU PANJANG KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013

0 1 26

BIOGRAFI KUSNO: SENIMAN DARI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 1983-2015

0 0 10

FAKTOR – FAKTOR PEMICU (TRIGGER) TERJADINYA SERANGAN ASMA BRONKIAL DI DESA KALIKAJAR KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 15