Pengertian Dhu’afa Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin

bagi pemberdayaan. Kelima, mengembangkan rencana-rencana aksi pemberdayaan dan mengimplementasikannya. 25

B. Pengertian Dhu’afa, Fakir dan Miskin

1. Pengertian Dhu’afa

Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu, dhu’fan atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian, lemah dan berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksudkan dalam konteks pembahasan ini dhu’afa secara literal berarti orang-orang yang lemah. Menurut al- Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari quwwah yang berarti kuat. Kemudian menurut Imam Khalil, Pakar ilmu nahwu, istilah dhu’fu biasanya dimaksudkan untuk menunjukan lemah fisik, sedangkan dha’fu biasanya digunakan untuk menunjukan lemah akal. Sejalan dengan penjelasan di atas, Al-Raghib al- Ashfahani di dalam kitab Mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna dan maksud istilah dhi’af-an pada surat anisa ayat 9 sebagai berikut:  +-.0 1234 5 6 78 9 :; :; = ?+ ? ABC D D Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya meninggalkan anak-anak yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka, maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah daan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. 25 Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa , Jakarta: Dakwah Press, 2008, Cet. Ke-1, h. 10 Dari ayat di atas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa pengertian: Pertama , dha’if al-jism yakni lemah secara fisik. Maksudnya, bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka memilki fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Bagi orang Islam, makanan yang bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana dirumuskan dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus memperhatikan syarat halalan thayyiba, yakni halal secara ilmu fikih dan berkualitas bagi kesehatan tubuh. 26 Sejalan dengan ini Sajogyo menjelaskan seseorang belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi standar protein dan kalori tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan minimum untuk hidup di ukur dengan pengeluaran untuk makanan setara 2.100 kalori per kapita per hari. 27 Kedua, dha’if fi al-aqli yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada potensi anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru dan orang dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan potensi kecerdasan mereka. Ketiga, dha’if al-hali yakni lemah karena keadaan sosial ekonomi yang dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga ini adalah sebagai berikut: 1 kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik, keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan 26 Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Kaum Dhu’afa , h. 19 27 Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, Jakarta: IMPAC, 1999 h.10 untuk mndapat informasi dan peluang pengembangan diri. 2 Kelemahan itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial. Anak-anak yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang cerdas dan memilki keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh kelemahan bentuk ketiga. Seorang muslim selain diperintahkan agar senantiasa meningkatkan ketakwaan-nya kepada Allah, juga sangat ditekankan agar tidak membiarkan generasi yang lemah dilingkungan terdekatnya, terutama kaum dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin, anak jalanan, dan anak-anak terlantar, serta orang-orang dari keluarga yang termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial. Dapat disimpulkan menurut al-Asfahani, pengertian dhu’afa yang berakar dari kata dha’afa membentuk kata dhu’afa dengan segala perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian: lemah secara fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan ilmu kurang pendidikan, lemah iman keyakinan, dan lemah jiwa. Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada ayat Al-Qur’an, yang mengandung pengertian lemah fisik, baik karena belum cukup umur, lanjut usia maupun karena faktor kwalitas kesehatan. 28 EF 7 G8  I.B J= G8  KLM N J= G8  J= O ?3 Q O :; R+ ST U 0;  V W X Y Z  . K G8  [ 3\ N ]7 K _ `. :Ia B UF. AB4C Artinya: Tiada dosa lantaran tidak pergi berjihad atas al-dhu’afa orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku 28 Asep Usman Ismail, dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Kaum Dhu’afa , h. 18-19 ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Q.S. al-Taubah : 91.

2. Pengertian Fakir dan Miskin