Deskripsi Data Hasil Penelitian Laboratorium

commit to user 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Laboratorium

Penelitian perkecambahan biji Mucuna pruriens koro benguk dilakukan di rumah kaca UPT laboratorium Pusat UNS. Data yang diperoleh berupa jumlah biji yang berkecambah dan waktu yang dibutuhkan biji untuk berkecambah. Data hasil penelitian perkecambahan biji koro benguk dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Perkecambahan Mucuna pruriens Perlakuan Jumlah Biji Pkcmbhn Laju Perkecambahan ppm:jam H-1 H-5 Kontrol 5 : 1’ 5 100 0,01898 5 : 2’ 5 93,33 0,015421 5 : 4’ 4 86,67 0,023132 5 : 6’ 5 100 0,015421 5 : 8 5 100 0,016014 10 : 1’ 1 5 93,33 0,020759 10 : 2’ 3 66,67 0,012456 10 : 4’ 3 53,33 0,008897 10 : 6’ 3 53,33 0,010083 10 : 8’ 4 80 0,008897 15 : 1’ 2 5 100 0,027283 15 : 2’ 3 66,67 0,012456 15 : 4’ 5 100 0,022539 15 : 6’ 4 80 0,0172 15 : 8’ 5 93,33 0,013642 20 : 1’ 5 93,33 0,021352 20 : 2’ 5 100 0,021352 20 : 4’ 4 73,33 0,013642 20 : 6’ 4 86,67 0,022539 20 : 8’ 4 73,33 0,011269

1. Persentase Perkecambahan Germination Percentage

Persentase perkecambahan biji koro benguk yang telah diberi perlakuan perendaman biji dalam hormon giberelin menunjukkan kenaikan persentase perkecambahan bila dibandingkan dengan kontrol yaitu biji yang tidak direndam larutan hormon. Biji yang direndam dengan giberelin dalam 5 hari telah menunjukkan perkecambahan sebesar 84.67 dari 4 konsentrasi yang commit to user dicobakan, artinya dalam 5 300 biji yang ditanam. Biji kontrol sampai hari k perkecambahan biji koro hormon giberelin dapat dilihat pada Gambar 7 Gambar 7 . Persentase Perkecamba Hasil perkecamba larutan hormon giberelin baik ppm memberikan pengaruh kecambah pada biji koro sebesar 100 pada hari ke 5 ppm:8 jam, 15 ppm:1 perkecambahan terendah terjadi ke 5 belum ada biji yang berkecambah. Perendaman biji dalam absorbsi dan imbibisi air serta variasi waktu yang berbeda, Kehadiran air di dalam sel Asam absisat menurun kadarnya, enzim meningkat. Enzim kemudian maltosa dihrolisis dalam metabolisme untuk m 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 artinya dalam 5 hari total biji yang berkecambah berjumlah 254 yang ditanam. Biji yang tidak diberi perlakuan perendaman sampai hari ke 5 belum ada yang berkecambah. ahan biji koro benguk dengan perlakuan perendaman biji dapat dilihat pada Gambar 7. . Persentase Perkecambahan Biji antar Perlakuan perkecambahan ini menunjukkan bahwa perendaman biji hormon giberelin baik dalam konsentrasi 5 ppm, 10 ppm,15 ppm, memberikan pengaruh yang cukup besar untuk meningkatkan pada biji koro benguk. Persentase perkecambahan tertingg sebesar 100 pada hari ke 5 terjadi pada perlakuan 5 ppm:1 jam, 5 ppm:6 ja jam, 15 ppm:1 jam, 15 ppm:4 jam, dan 20 ppm:2 jam. perkecambahan terendah terjadi pada biji kontrol sebesar 0 karena sampai ada biji yang berkecambah. Perendaman biji dalam larutan hormon giberelin bertujuan agar imbibisi air serta hormon asam giberelat. Setelah direndam waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak. air di dalam sel mengaktifkan sejumlah hormon perkecambahan absisat menurun kadarnya, sementara giberelin bertambah dan aktivitas meningkat. Enzim amilase akan memecah tepung menjadi maltosa, maltosa dihrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Glukosa akan lisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecam Perkecambahan berkecambah berjumlah 254 dari perendaman hormon berkecambah. Persentase perendaman biji dalam perendaman biji dalam ppm,15 ppm, atau 20 meningkatkan daya perkecambahan tertinggi yaitu 5 ppm:1 jam, 5 ppm:6 jam, Persentase 0 karena sampai hari bertujuan agar terjadi Setelah direndam dalam dan kulitnya melunak. perkecambahan awal. bertambah dan aktivitas tepung menjadi maltosa, Glukosa akan masuk rgi bagi perkecambahan. Perkecambahan commit to user Bahan-bahan yang telah dicerna ke daerah meristematik untuk komponen dan pertumbuha differensiasi sel pada titik plumule calon batang dan hari ke lima rata-rata mencapai 4 hormon yang berhasil berkecam koro benguk dalam larutan perkecambahan.

2. Laju Perkecambahan Ge

Laju perkecambahan biji untuk berkecambah dalam perubahan laju perkecambahan munculnya perkecambahan. terjadi karena imbibisi air berakibat membusuknya biji. sebesar 0,088968. Laju perkecambahan 0,061091. Laju perkecambahan Laju perkecambahan total perkecambahan biji koro hormon giberelin dapat dilihat pada Gamb Gambar 8 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan dan pertumbuhan sel-sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel pada titik tumbuh. Setelah 2-3 hari masa penanaman calon batang dan radikula calon akar pada biji. Tinggi plumula rata mencapai 4-8 cm. Jumlah biji dengan perlakuan perenda berhasil berkecambah mencapai 84,67. Artinya, perendaman dalam larutan hormon giberelin dapat meningkatkan persentase Laju Perkecambahan Germination Rate perkecambahan digunakan untuk mengetahui rata-rata kecepatan berkecambah dalam satuan waktu tertentu. Biji kontrol tidak mengalami laju perkecambahan karena sampai hari ke 5 tidak terjadi tanda perkecambahan. Beberapa biji bahkan mengalami kebusukan, karena imbibisi air berlebihan yang menyebabkan kondisi anaerob membusuknya biji. Laju perkecambahan total untuk konsentrasi Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 10 ppm Laju perkecambahan total untuk konsentrasi 15 ppm sebesar perkecambahan total untuk konsentrasi 20 ppm sebesar 0,090155. ahan biji koro benguk dengan perlakuan perendaman biji dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Laju Perkecambahan Biji antar Perlakuan Laju Pkcmbhn tersebut akan diangkut kegiatan pembentukan terjadi pembesaran sel dan penanaman muncul Tinggi plumula pada erlakuan perendaman Artinya, perendaman biji meningkatkan persentase rata kecepatan tertentu. Biji kontrol tidak mengalami tidak terjadi tanda-tanda mi kebusukan, hal ini kondisi anaerob yang untuk konsentrasi 5 ppm konsentrasi 10 ppm sebesar ppm sebesar 0,09312. 0,090155. Laju perendaman biji dalam Laju Pkcmbhn commit to user Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa perkecambahan biji koro benguk tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam seperti umur biji, ukuran embrio, maupun besarnya ukuran biji tetapi juga dipengaruhi faktor luar yaitu hormon. Hasil perhitungan anava dari penelitian laboratorium dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil Perhitungan Anava SV JK db MK FO F5 F1 Antar A 0,000401 3 0,000134 -2,46323 2,84 4,31 Antar W 0,000588 4 0,000147 -2,70795 InteraksiAW 0,004355 12 0,000363 -6,68336 Dalam d -0,00217 40 -5,4E-05 Total 0,003172 59 Keputusan uji : F tab 0,0540,3 = 2,84 F tab 0,0140,3 = 4,31 Keputusan FH Ftab, maka H0 diterima, tidak ada perbedaan rerata yang sangat nyata dalam pengaruh perbedaan konsentrasi hormon giberelin dan perbedaan waktu perendaman terhadap perkecambahan biji koro benguk. Artinya, perendaman biji koro benguk dalam semua konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan semua waktu perendaman 1, 2, 4, 6, 8 jam mampu meningkatkan daya kecambah biji koro benguk. Gardner 1991: 291 menyatakan bahwa perkecambahan merupakan permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit dan munculnya semai. Proses perkecambahan biji merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air oleh biji dan melunaknya kulit biji. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel dan enzim. Tahap ketiga merupakan penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk melarut dan ditranslokasikan ke titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan commit to user komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan differensiasi sel pada titik tumbuh. Daun yang belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis maka pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada dalam kotiledon Gardner, 1991: 291. Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Sebagian besar cadangan makanan pada biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel-sel yang mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk beberapa enzim hidrolase untuk mencerna cadangan makanan menjadi sumber energi tinggi bagi perkecambahan Kimball,1994: 601-602. Giberelin selain berasal dari luar juga terdapat dalam tumbuhan itu sendiri endogen. Peningkatan giberelin endogen dapat meningkatkan hidrolisis karbohidrat menjadi molekul glukosa dan fruktosa. Glukosa memberikan energi bagi respirasi. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio melepaskan GA 3 sebagai sinyal yang akan diterima aleuron selaput tipis endosperm. Giberelin merangsang sel- sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis enzim α-amylase dan protease yang mengubah pati dalam endosperm menjadi gula dan asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah menjadi energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam-asam amino akan dirangkai menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru. Asam lemak terutama digunakan untuk menyusun membran sel Kimball,1994: 601-602. Mekanisme masuknya hormon ke dalam sel melalui dinding sel dapat dilihat pada Gambar 9. commit to user Gambar 9. Mekanisme Masuknya Hormon dalam Sel Anonim a , 2011 Giberelin meningkatkan aktivitas tekanan atau pompa proton sehingga dinding sel akan bersifat sangat asam. Keadaan pH yang sangat rendah akan menyebabkan terpisahnya mikrofibril selulosa dari ikatan polisakarida dinding sel yang akan menyebabkan ikatan polisakarida dinding sel terbuka. Ikatan polisakarida yang terbuka akan memudahkan masuknya enzim-enzim melalui dinding sel. Pembelahan enzimatik ikatan polisakarida menyebabkan mikrofibril memanjang mengakibatkan perluasan dinding sel. Hilangnya mikrofibril selulosa dari ikatan polisakarida akan melonggarkan dinding sel. Karena dinding sel lebih plastis, sel bebas mengambil tambahan air melalui osmosis dan bertambah panjang. Giberelin akan berikatan dengan GA reseptor dan sinyal tersebut ditransduksikan menjadi pembawa pesan kedua dalam sel yang memicu respon. Ion Ca 2+ dapat berikatan dengan kalmodulin membentuk kompleks Ca- kalmodulin yang mengaktifkan beberapa enzim. Pompa proton mengakibatkan longgarnya dinding sel. Badan golgi dirangsang untuk membebaskan vesikula commit to user yang mengandung α-Amilase untuk mencerna karbohidrat dalam endosperm Campbell Reece,2003: 382-388. Biji koro benguk yang telah direndam dalam larutan hormon giberelin akan mengalami absorbsi dan imbibisi air serta hormon asam giberelat akibat potensial air yang rendah pada biji kering. Setelah direndam dalam variasi waktu yang berbeda, biji terlihat membesar dan kulitnya melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan embrio untuk melepaskan giberelin. Giberelin akan merangsang lapisan luar endosperm untuk mensintesis dan mele paskan α-Amilase yang akan mencerna pati dalam endosperm. Glukosa akan masuk dalam metabolisme untuk menghasilkan ATP sebagai energi bagi perkecambahan. Bahan-bahan yang telah dicerna menjadi bentuk melarut tersebut akan diangkut ke daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Kemudian terjadi pembesaran sel dan differensiasi sel pada titik tumbuh. Setelah 2-3 hari masa penanaman muncul plumule calon batang dan radikula calon akar pada biji. Hasil dari penelitian perkecambahan ini menunjukkan bahwa giberelin GA 3 memberikan pengaruh yang signifikan dalam memacu perkecambahan biji koro benguk Mucuna pruriens bila dibandingkan dengan biji yang tidak diberi perlakuan perendaman larutan hormon giberelin.

B. Deskripsi Hasil Penelitian Pada Pembelajaran 1. Deskripsi Kondisi Awal Pra Siklus

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERHADAP PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA KELAS VIII SMPN 1 TUMIJAJAR TP 2011/2012

1 7 36

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND Implementasi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Pada Pokok Bahasan Lingkaran (PTK pada siswa kelas VIII semester genap SMP N 3 Sawit Tahun 2014

0 2 15

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK Penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ( PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

0 0 16

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK Penerapan Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ( PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta

0 1 12

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN INQUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP N I GRINGSING.

0 0 8

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PELAJARAN IPA MATERI POKOK GAYA.

0 3 34

Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII E Dalam Mengikuti Pelajaran IPS SMP Negeri 14 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016 ( Materi Pokok Permasalahan Kependudukan d

0 0 5

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII MTsN 2 PALANGKA RAYA PADA POKOK BAHASAN BUNYI SKRIPSI

0 0 20

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 20152016

0 1 17