commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan menjadi unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Proses pembelajaran yang
dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan dalam
kemampuan, sikap atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman atau pelatihan. Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung
sekejap dan kemudian kembali ke perilaku semula menunjukkan belum terjadi peristiwa pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang
guru adalah membuat proses pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan
siswa itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekitarnya. Keberhasilan siswa juga dipengaruhi kemampuan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Ketepatan guru menggunakan pendekatan pembelajaran dapat membangkitkan semangat belajar siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Pembelajaran yang lebih dominan berpusat pada guru kurang memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
proses, akibatnya siswa tidak memiliki keterampilan proses yang memadai. Siswa tidak terlatih untuk mengembangkan pola pikir secara kritis dan kreatif, serta
mencari makna atas apa yang dipelajarinya. Melihat kenyataannya, dalam proses belajar mengajar tidak selamanya
dapat berjalan dengan baik, ada kalanya siswa menghadapi kesulitan belajar. Kesulitan belajar siswa sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar. Penelitian
tindakan kelas bertujuan memecahkan masalah yang timbul dalam kelas dan
commit to user
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas serta menitikberatkan terhadap perbaikan proses belajar-mengajar yang terjadi dalam kelas.
Kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan sains masih rendah. Terungkap dalam hasil studi The Third International Mathematics and
Science Study TIMSS tahun 2003 yang menyatakan bahwa kemampuan sains siswa SMP Indonesia berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara TIMSS, 2004.
Hal ini merupakan manifestasi penerapan pola pendidikan yang kurang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan siswa. Pola pengajaran yang terjadi selama ini
terlalu menekankan pada tuntutan hasil akhir yang akan diperoleh siswa, tanpa melihat bagaimana proses yang harus dijalani. Pembelajaran yang diharapkan
adalah pembelajaran yang inovatif, relevan dengan kebutuhan dan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang inovatif itu berpusat
pada siswa student centered dan terkait dengan permasalahan kehidupan sehari- hari. Berkaitan dengan hal tersebut, saat belajar sains siswa harus secara aktif
mengamati, melakukan percobaan, terlibat diskusi dengan sesama teman atau dengan guru yang dapat diartikan bahwa belajar dilakukan melalui aktivitas
pengetahuan knowledge dan kerja praktik. Salah satu pendekatan yang mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks
bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajarinya dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual
siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pembelajaran kontekstual menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, menganalisis
permasalahan, dan memecahkan permasalahan baik secara individual maupun secara kelompok.
Hasil observasi awal terhadap proses belajar mengajar di kelas VIII D SMP Negeri 5 Surakarta menunjukkan selama proses pembelajaran guru berperan
aktif dalam menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Kegiatan pembelajaran memperlihatkan siswa lebih
banyak mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru kemudian mencatat dan
commit to user
menghafalkannya. Pembelajaran yang berlangsung, masih menggunakan buku ajar yang berisikan materi umum sedangkan LKS digunakan untuk berlatih soal-
soal evaluasi. Hasil observasi awal ketika siswa melakukan praktikum menunjukkan
siswa dapat menentukan objek yang harus diamati sebesar 38,89 14 siswa, menggunakan indera penglihatan dan peraba untuk mengamati objek percobaan
sebesar 47,22 17 siswa, mengukur objek percobaan sebesar 45,14 16 siswa, membedakan dan menggolongkan berbagai macam objek percobaan
sebesar 47,22 17 siswa, menjalankan prosedur praktikum sebesar 55,56 20 siswa, mencatat setiap hasil pengamatan sebesar 62,5
22 siswa, mengkomunikasikan data hasil pengamatan sebesar 45,83 16 siswa, dan
mengumpulkan fakta yang relevan serta memadai sebesar 46,53 17 siswa. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat disimpulkan keterampilan proses pada
aspek mengamati, mengklasifikasikan, menggunakan alat
dan bahan, melaksanakan eksperimen, dan berkomunikasi siswa belum optimal. Terbukti
ketika siswa melakukan kegiatan praktikum, mereka belum memahami apa yang harus diamati, bagaimana mengukurnya, dan bagaimana cara mengkomunikasikan
hasil pengamatanya. Berdasarkan hasil diskusi dan wawancara pada tanggal 2 Agustus 2010
dengan guru Biologi kelas VIII SMP Negeri 5 Surakarta, diketahui bahwa sebagian besar siswa belum paham apa yang harus diamati, apa yang harus
dicatat, dan bagaimana menganalisis data hasil pengamatan. Hal ini disebabkan karena siswa kurang dilatih untuk meningkatkan keterampilan proses yang telah
dimilikinya. Siswa kurang dilatih untuk terlibat secara langsung dalam menemukan dan memahami konsep materi yang sedang dipelajari. Siswa lebih
senang untuk menunggu perintah dari guru, sehingga keterampilan prosesnya belum berkembang secara maksimal.
Berdasarkan permasalahan di atas, perbaikan keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan CTL yang disertai modul
pembelajaran. Sebelumnya dilakukan penelitian perendaman biji koro benguk Mucuna pruriens dalam larutan hormon giberelin untuk mempercepat
commit to user
perkecambahan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dijadikan dasar dalam penyusunan modul sebagai sumber belajar bagi siswa selain buku paket. Modul
pembelajaran ini membahas materi khusus yaitu tentang pertumbuhan dan perkembangan. Penerapan pendekatan CTL disertai modul pembelajaran
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses serta membantu siswa untuk belajar aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran.
Kedelai Glicyne max merupakan bahan dasar pembuatan tahu dan tempe, yang menjadi makanan utama masyarakat Indonesia namun sebagian besar
pemenuhan kebutuhan nasional kedelai diperoleh melalui impor. Indonesia mengalami krisis ketahanan pangan pada akhir tahun 2007 akibat naiknya harga
kedelai. Keadaan ini menuntut dilakukan diversifikasi untuk mencari alternatif
pengganti kedelai. Masyarakat harus mulai mengangkat komoditas pangan lokal
yang memiliki kualitas gizi, rasa, dan citra yang tidak kalah dengan kedelai Haliza, et al. 2010. Salah satu komoditi lokal yang dapat menjadi pengganti
kedelai adalah koro benguk Mucuna pruriens .
Tanaman koro benguk bermanfaat karena bijinya dapat digunakan sebagai bahan pangan, sebagai tanaman penutup tanah dan pakan ternak, serta
digunakan sebagai tanaman perintis pada lahan-lahan tandus. Biji dapat digunakan sebagai bahan obat karena mengandung L-Dopa sebagai obat penyakit parkinson.
Sebagai tanaman kacang-kacangan, koro benguk juga mampu menambat N2 bebas dari udara akibat bersimbiosis dengan rhizobium pada bintil akarnya, biji
koro benguk dapat dibuat tempe serta berbagai hasil olahan yang lain. Protein yang terkandung penting untuk mencukupi kebutuhan bagi masyarakat di lahan
kering Supriyono, 2007. Giberelin sangat berperan penting pada perkecambahan biji. Sebagian
besar cadangan makanan pada biji disimpan dalam endosperm. Giberelin akan bereaksi pada pada sel-sel yang mengelilingi endosperm, sehingga terbentuk
beberapa enzim hidrolase untuk mencerna cadangan makanan menjadi sumber energi tinggi bagi perkecambahan. Penyerapan air oleh biji menyebabkan embrio
melepaskan GA
3
sebagai sinyal yang akan diterima aleuron selaput tipis endosperm. Giberelin merangsang sel-sel pada lapisan aleuron untuk mensintesis
commit to user
enzim α-amylase dan protease yang mengubah pati dan protein dalam endosperm menjadi gula dan asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses
metabolisme dan dipecah menjadi energi dan senyawa penyusun tubuh. Asam- asam amino akan dirangkai menjadi protein yang berfungsi menyusun struktur sel
dan enzim-enzim baru. Asam lemak terutama digunakan untuk menyusun membran sel Kimball,1994: 601-602.
Pokok bahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan merupakan materi yang penting diantaranya membahas tentang perkecambahan. Beberapa
tanaman memiliki nilai gizi tinggi tetapi kurang populer dan mulai langka seperti koro benguk Mucuna pruriens. Siswa dilatih untuk peduli terhadap
permasalahan-permasalahan dan berpikir kritis serta kreatif sehingga siswa memperoleh makna atas apa yang dipelajari.
Hasil observasi menunjukan bahwa sarana dan prasarana di sekolah tersebut cukup memadai, terlihat dari tersedianya laboratorium biologi dengan
peralatan yang lengkap dan dapat mendukung kegiatan pembelajaran dengan penerapan CTL yang disertai penggunaan modul pembelajaran.
B. Perumusan Masalah