16
2.1.4 Opini Audit Going Concern
PSAK 30 IAI, 2011 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya
informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup
suatu badan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan
penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa, restrukturisasi hutang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar atau
kegiatan operasi lainnya. Going concern merupakan salah satu konsep yang mendasari laporan
keuangan sehingga ketika auditor memberikan opini dengan modifikasi mengenai going concern kepada auditee terhadap laporan keuangannya
menunjukkan suatu indikasi bahwa auditee beresiko tidak dapat bertahan dalam bisnis atau dengan kata lain terdapat kesangsian mengenai
kelangsungan hidup perusahaan. Auditor harus mampu mengidentifikasi setiap tahap kegagalan bisnis yang sedang dialami oleh kliennya sehingga
dapat secara cermat menentukan opini audit yang akan diberikan. Pernyataan Standar Auditing PSA 29 paragraf 11 huruf d IAI: SA
Seksi 508, paragraf 11 menyatakan bahwa:
Kesangsian yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya going concern merupakan
keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit, meskipun tidak
Universitas Sumatera Utara
17
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion yang dinyatakan oleh auditor.
Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian
besar terhadap
kemampuan entitas
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak
tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Namun auditor tidak bertanggung jawab memprediksi kondisi yang akan datang bahwa entitas
kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar dalam jangka
waktu satu tahun setelah tanggal laporan audit IAI, 2001: SA Seksi 341. Berdasarkan SA Seksi 341 IAI, 2011: SPAP, paragraf 05
menyebutkan bahwa auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas dengan cara sebagai berikut: 1.
Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan
menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung
informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus memperoleh informasi mengenai rencana
manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, dan menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana
tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil
kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu yang pantas. Paragraf 11 sd 18 mengatur tindakan yang
Universitas Sumatera Utara
18
harus diambil oleh auditor apabila auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4. Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau
peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor
yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya
menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya
dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Panduan seorang auditor untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor
menghadapi masalah
kesangsian atas
kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dapat dilihat dalam gambar 2.1:
Universitas Sumatera Utara
19
Gambar 2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern
Sumber: IAI, 2001: SA Seksi 341
Apakah ada kondisi danatau peristiwa
yang berdampak terhadap
kelangsungan hidup entitas?
Apakah auditor ragu atas
kelangsungan hidup entitas?
Apakah ada rencana
manajemen?
Apakah rencana manajemen
dapat dilaksanakan?
Apakah cukup pengungkapan?
Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas. Berkaitan
dengan kelangsungan hidup entitas atau penekanan atas suatu hal
emphasis of matter Pendapat wajar
tanpa pengecualian
Pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat
tidak wajar Tidak
memberikan pendapat
SA Seksi 508 PSA No. 29
Tidak memberikan
pendapat Ya
Tidak
Ya Ya
Tidak Tidak
Tidak
Ya
Ya Tidak
Universitas Sumatera Utara
20
Pedoman pernyataan pendapat going concern pada Gambar 2.1 menunjukkan hal-hal berikut ini:
a. Apabila tidak ada keraguan auditor atas kelangsungan usaha entitas,
auditor akan mengeluarkan opini pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion.
b. Apabila seorang auditor memiliki keraguan atas kelangsungan hidup
entitas, maka auditor akan melihat apakah ada rencana manajemen untuk mengatasi hal tersebut. Jika terdapat rencana manajemen dan adanya
pelaksanaan serta pengungkapan yang cukup dari pihak manajemen perusahaan maka auditor akan mengeluarkan opini pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan unqualified opinion with explanatory language. Sebaliknya jika tidak adanya rencana manajemen
atau rencana manajemen untuk mengatasi hal tersebut tidak dapat dilaksanakan, auditor tidak akan memberikan pendapat atas hasil auditnya
disclaimer opinion namun apabila terdapat rencana manajemen dan dapat dilaksanakan tetapi kurangnya pengungkapan yang cukup maka auditor
akan mengeluarkan opini pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion atau pendapat tidak wajar adverse opinion.
Para pengguna laporan keuangan menganggap bahwa opini audit going concern ini adalah prediksi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Auditor
harus bertanggung jawab atas opini going concern yang dikeluarkannya, dan opini going concern tersebut harus konsisten dengan keadaan perusahaan
yang sesungguhnya karena opini audit going concern tersebut akan
Universitas Sumatera Utara
21
mempengaruhi para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi.
Informasi going concern sangat bermanfaat bagi para pemakai informasi keuangan diantaranya:
1. Bagi kreditur pemberi pinjaman, melalui informasi going concern
kreditur dapat menentukan apakah akan dapat memberikan pinjaman kepada perusahaan tersebut atau tidak, kepada perusahaan apa saja ia akan
memberikan pinjamannya, dan dapat memonitor pinjaman yang telah ia berikan kepada perusahaan yang bersangkutan.
2. Investor, melalui informasi going concern investor dapat melihat apakah
perusahaan masih dapat bertahan hidup dan mengambil keputusan untuk berinvestasi atau tidak; keputusan mengenai menarik investasi atau
menambah investasi. Menurut IAI, 2001: SA Seksi 341 paragraf 06, kondisi dan peristiwa
yang menjadi pertimbangan seorang auditor dalam memberikan opini audit going concern, namun pertimbangan auditor tidak terbatas pada kondisi dan
peristiwa tersebut, sebagai berikut: 1
Trend negatif, contohnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio
keuangan penting yang jelek. 2
Petunjuk lain tentang kesulitan keuangan, contohnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya atau perjanjian serupa, penunggakan
pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan
Universitas Sumatera Utara
22
permintaan kredit biasa, restrukturisasi hutang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pembelanjaan baru, atau penjualan sebagian besar
aktiva. 3
Masalah intern, contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu,
komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomi, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
4 Masalah luar yang telah terjadi, contoh pengajuan gugatan pengadilan,
keluarnya undang-undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, kehilangan
pelanggan atau pemasok utama, serta kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau
diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
2.1.5 Audit Tenure