21 pertemuandiskusi guna membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan
usaha pengembangan dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan arahan-arahan,
bimbingan, nasehat-nasehat atau pun saran-saran yang diperlukan. c
Mengadakan penataran-penataran inservice training. Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penaratan
sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru dalam bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran dan penataran tentang
administrasi kelas. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut umumnya dilaksanakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah sebagai
supervisor adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut dari hasil penataran, agar dapat dipraktekan oleh guru-guru.
2. Supervisor
Menurut Made Pidarta, 1999: 77-99, pengertian supervisor dapat dibedakan berasarkan pengertian secara tradisional dan pengertian secara modern. Supervisor
menurut pengertian tradisional adalah semua administrator dalam segala tingkatannya atau semua atasan terhadap bawahan. Dari pendapat ini maka dapat
diartikan bahwa semua atasan yang melakukan pembimbingan terhadap bawahan disebut supervisor tanpa memperhatikan apakah bimbingan tersebut berhubungan
dengan proses pembelajaran atau tidak. Menurut pengertian baru supervisor adalah semua atasan yang langsung
berhubungan dengan guru-guru dan personalia lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Pendapat ini lebih spesifik karena membatasi hanya pada
22 mereka yang melakukan pembimbingan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran. Dalam lingkup sekolah maka yang dapat dikatakan sebagai supervisor yaitu
kepala sekolah karena kepala sekolah sebagai supervisor terdepan dan jelas berkaitan dengan guru khususnya dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain itu
wakil kepala sekolah, maupun kepala sumber belajar juga bisa membimbing guru- guru lain untuk membantu peningkatan kompetensinya profesionalnya.
Made Pidarta 1999: 65, menambahkan bahwa yang bisa menjadi supervisor adalah sebagai berikut:
a. Supervisor dari Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dan
Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan masing-masing yang disebut sebagai pengawas dan penilik sekolah.
b. Para kepala sekolah di sekolah masing-masing.
Menurut Suharsimi Arikunto 2004: 3, konsep supervisi sebenarnya ada perbedaan yang cukup mendasar tentang pelaku supervisor, karena ada
pemahaman yang berbeda tentang konsep supervisi dengan pengawasan. Pelaku pengawasan dari dinas pendidikan juga dapat dikatakan sebagai supervisor, hal ini
mengingat bahwa pengertian tentang pengawasan dapat dikatakan sebagai supervisi. Akan tetapi dengan melihat bahwa konsep supervisi merupakan bantuan
kepada para guru dalam pembelajaran maka kepala sekolah dapat dikatakan sebagai supervisor karena kepala sekolah lebih mengerti tentang bagaimana
karakteristik, keseharian, hambatan-hambatan yang dialami guru, sehingga lebih memungkinkan bagi kepala sekolah untuk melakukan kegiatan supervisi.
Lebih lanjut menurut Suharsimi Arikunto 2004: 3, hal tersebut sudah diatur dalam PP. No. 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah yang menyebutkan