KESIMPULAN DAN SARAN A.

2 mutu pendidikan dapat berhasil. Pembinaan perlu diadakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar guru menjadi tenaga yang profesional. Pembinaan tersebut tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensi, namun perlu juga memperhatikan segi yang lain, seperti peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif dan gaji yang layak dengan keprofesionalannya sehingga memungkinkan guru merasa puas dalam bekerja sebagai pendidik. Sekolah sebagai sebuah organisasi, manajemennya dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Menurut Haedar Akib 2008: 55, kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisor. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir 2000: 33 mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja personel, terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Kompetensi profesional guru tidak hanya berkaitan dengan penguasaan materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi kandungan kompetensi guru. Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektifitas pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan dorongan dari kepala sekolah kepada para guru agar pelaksanaan pembelajaran lebih profesional. Perspektif kebijakan dalam pendidikan nasional kepala sekolah memiliki peran sebagai educator pendidik, manajer, administrator, supervisor penyelia, leader pemimpin, inovator; dan motivator. Sebagai supervisor, kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh guru. Sergiovani dan Starrat 3 Mulyasa, 2003: 111 menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua siswa dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif. Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor Permendiknas No. 13 Tahun 2007 yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh guru. Jika kepala sekolah dapat melakukan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya dengan baik, serta melaksanakan supervisi pendidikan secara efektif dan profesional, maka logikanya pemberian supervisi oleh kepala sekolah akan meningkatkan proses pembelajaran. Supervisi pendidikan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembangkan kemampuan guru, maka pelaksanaan supervisi perlu diadakan penilaian kemampuan guru sehingga dapat ditetapkan aspek mana yang perlu dikembangkan dan bagaimana cara yang tepat dalam proses mengembangkannya. Artinya kepala sekolah dapat memberikan penilaian terhadap performasi guru dalam mengelola proses pembelajaran. Satu hal yang harus ditegaskan bahwa setelah melakukan penilaian penampilan guru bukan berarti kegiatan supervisi telah selesai tetapi harus dilanjutkan dengan evaluasi dan tindak lajut untuk pengembangan kemampuan guru. Kepala sekolah sebagai supervisor harus menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi, sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi 4 pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan mengembangkan sekolah. Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas membantu guru dalam memperbaiki situasi belajar mengajar Hartati, 2008: 93. Bagi guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan kualitasnya dan bagi guru yang belum baik dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Sementara itu, semua guru yang baik dan sudah berkompeten maupun yang belum harus diupayakan agar tidak ketinggalan jaman dalam proses pembelajaran maupun materi bahan ajar. Agar pelaksanaan tugas dapat dikerjakan dengan baik, maka kepala sekolah harus mempunyai berbagai cara dan teknik supervisi terutama yang berhubunganya dengan pelaksanaan tugas-tugas guru karena kepala sekolah sebagai pemimpin utama dan penggerak dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Menurut Daryanto 2008:87, faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya supervisi yaitu lingkungan masyarakat di mana sekolah berada, besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah, tingkatan dan jenis sekolah, keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia, kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Supervisi pendidikan diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi terwujudnya guru yang memiliki prestasi kerja yang tinggi. Kegiatan supervisi dapat memberikan umpan balik secara cepat dalam perbaikan kinerja guru. Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam memperbaiki kinerja dan menumbuh- kembangkan potensi guru. Oleh sebab itu, kepala sekolah diharapkan mampu mengimplementasikan supervisi sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. 5 SMP N 4 Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan formal milik pemerintah. Sekolah ini terletak di Jalan Hayam Wuruk 18, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta. Sekolah ini memiliki 39 orang guru dan 10 tenaga administrasi. Sekolah ini juga memiliki struktur organisasi yang lengkap dengan kepala sekolah sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, kepala sekolah memiliki tugas sebagai supervisor, yaitu menyusun dan melaksanakan program-program supervisi guna meningkatkan kemampuan guru di SMP N 4 Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan guru Matematika yang telah lama bekerja di SMP N 4 Yogyakarta, diketahui bahwa kepala sekolah jarang berkomunikasi secara intens dengan guru hal ini dikarenakan kepala sekolah sering melakukan tugas di luar sekolah. Selain itu, guru juga sering mengalami permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, seperti guru kesulitan dalam mengatur siswa yang ramai dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik di kelas. Guru juga diketahui mengalami kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa di kelas sehingga apabila metode yang digunakan tidak sesuai akan membuat kelas menjadi tidak kondusif, misal siswa ramai dan sering ijin ke luar kelas saat guru sedang menyampaikan materi. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan guru SMP N 4 Yogyakarta menunjukkan adanya indikasi bahwa supervisi akademik yang dilaksanakan tidak berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan pelaksanaan pembelajaran belum sepenuhnya sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat membuat guru tidak dapat memanfaatkan waktu pembelajaran dengan baik sehingga materi yang 6 seharusnya terselesaikan hari itu harus dilanjutkan dipertemuan selanjutnya. Selain itu, guru juga diketahui belum memanfaatkan hasil evaluasi siswa secara maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan guru tidak memberikan pengajaran ulang kepada siswa dengan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal dan tidak berusaha menanyakan tentang kesulitan belajar yang sedang dialami siswa. Guru hanya memberikan remidi kepada siswa sebagai perbaikan nilai. Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian di sekolah ini, dengan harapan penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai peran kepala sekolah sebagai supervisor. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah SMP N 4 Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kepala sekolah jarang berkomunikasi secara intens dengan guru hal ini dikarenakan kepala sekolah sering melakukan tugas di luar sekolah 2. Guru sering mengalami kesulitan mengatur siswa yang ramai dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik di kelas, serta sering ijin ke luar kelas. 3. Adanya indikasi bahwa supervisi akademik belum terlaksana dengan baik. 4. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru belum sepenuhnya sesuai dengan yang telah direncanankan.