Filum Coelenterata KELAS X HERNI BUDIATI

148 Biologi SMA dan MA Kelas X

3. Filum Platyhelmintes

Plathyhelminthes meliputi kelompok cacing yang tubuhnya pipih dan relatif sederhana dibandingkan filum cacing yang lain. Platyhelminthes memiliki tubuh pipih, lunak, dan epidermisnya bersilia. Tubuhnya bersifat tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh aselomata. Hidup di air tawar, air laut, dan tanah lembab, beberapa jenis bersifat parasit pada hewan dan manusia. Cacing yang bersifat parasit mempunyai lapisan kutikula dan alat pengisap yang dapat disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Hewan ini menggunakan seluruh permukaan tubuh untuk melakukan pertukaran gas antara tubuh dan lingkungan secara difusi. Sistem pencernaan belum sempurna, yaitu terdapat mulut, rongga pencernaan, namun tidak memiliki anus. Sistem ekskresi pada cacing pipih terdiri atas dua saluran ekskresi yang memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian dorsal punggung. Kedua saluran ekskresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir pada sel-sel api flame cell. Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian anterior tubuh. Kedua ganglion dihubungkan oleh serabut-serabut saraf melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk saraf tangga tali yang memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang- cabang ke seluruh tubuh. Cacing pipih dapat melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan memutuskan sebagian anggota tubuh. Sedangkan reproduksi seksual dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang bersifat hemafrodit. Platyhelminthes dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbellaria cacing bersilia, Trematoda cacing pipih, dan Cestroda cacing isap. a. Kelas Turbellaria Hewan dari kelas Turbellaria memiliki bentuk tubuh pipih dan memiliki silia bulu getar. Biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut, atau tempat lembab dan jarang yang bersifat parasit. Beberapa jenis memiliki dua mata dan tanpa alat hisap. Hewan ini mempunyai kemampuan regenerasi yang besar, yaitu dari setiap potongan tubuhnya dapat tumbuh menjadi individu baru. Contoh Turbellaria antara lain Planaria yang berukuran 0,5 – 1,0 cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di malam hari. Planaria mempunyai kepala berbentuk segitiga. Pada kepala terdapat dua bintik mata yang dapat membedakan intensitas cahaya. Permukaan tubuh Planaria bersilia dan di tengah-tengah bagian tubuh terdapat mulut yang dilekngkapi dengan Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2006 Gambar 8.13 Cacing hati, salah satu jenis Platyhelminthes. Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2006 Gambar 8.14 Planaria, salah satu jenis Turbellaria. Kingdom Animalia 149 proboscis tenggorok yang dapat ditonjolkan keluar. Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, dan usus yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan makanan sehingga sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. Planaria sering dimanfaatkan sebagai pakan ikan.

b. Kelas Trematoda

Semua anggota Trematoda hidup sebagai parasit pada Vertebrata baik berupa ektoparasit pada ikan maupun sebagai endoparasit. Hewan Trematoda memiliki tubuh yang diliputi kutikula dan tak bersilia. Pada ujung anterior terdapat mulut dengan alat pengisap sucker yang dilengkapi kait sehingga disebut cacing isap. Trematoda bersifat hemafrodit. Contoh hewan Trematoda adalah Fasciola hepatica cacing hati, parasit pada hati domba, Fasciola gigantica parasit pada hati sapi, Chlonorchis sinensis cacing hati, parasit pada manusia, Schistosoma mansoni cacing darah, dan Paragonimus westermani parasit pada paru-paru manusia, kucing, anjing, dan babi. Daur hidup cacing hati Fasciola hepatica adalah sebagai berikut. Cacing dewasa bertelur di dalam saluran atau kantong empedu sapi atau domba. Telur masuk ke saluran pencernaan dan keluar dari tubuh bersama feses. Bila mencapai tempat basah, telur kemudian menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium kemudian masuk ke dalam tubuh siput air tawar Lymnea auricularis- rubigranosa . 1 Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokis dan berada di dalam tubuh siput selama lebih kurang 2 minggu. 2 Sporokis berkembang menjadi larva yang disebut redia. 3 Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berekor yang disebut serkaria. Serkaria dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air. 4 Larva kemudian menempel pada rumput dan melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri membentuk kista yang dapat bertahan dalam waktu yang lama dengan tetap menempel pada rumput atau tumbuhan air. 5 Apabila rumput tersebut termakan oleh sapi atau domba, kista pecah dan metaserkaria dapat menembus dinding usus menuju ke dalam hati, saluran empedu, dan menjadi setelah beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi. Gambar 8.16 Schistosoma mansoni salah satu jenis cacing Trematoda. saluran pencernaan faring mulut Gambar 8.15 Sistem pencernaan pada Planaria. Sumber: Microsoft Encarta, 2006 Sumber: Microsoft Encarta, 2006 150 Biologi SMA dan MA Kelas X

c. Kelas Cestoda Cacing Pita

Cacing pita memiliki tubuh yang pipih dan dilindungi lapisan kutikula, panjangnya mencapai 2 – 3 m yang terdiri dari bagian kepala skoleks dan tubuh strobila. Kepala dilengkapi alat pengisap berjumlah dua atau lebih. Setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen makin melebar. Setiap segmen proglotid merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit. Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus Vertebrata, oleh karena itu tidak mempunyai alat pencernaan. Sistem eksresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api. Sistem saraf sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang. Contoh Cestoda yaitu Taenia saginata parasit dalam usus manusia, Taenia solium parasit dalam usus manusia, Choanotaenia infudibulum parasit dalam usus ayam, Echinococcus granulosus parasit dalam usus anjing, dan Diphyllobothrium latum menyerang manusia melalui inang protozoa. Daur hidup Taenia saginata dimulai dari dalam usus manusia yang terdapat proglotid masak yaitu segmen cacing yang mengandung sel telur yang telah dibuahi embrio. Telur ini kemudian keluar bersama feses. Bila telur termakan sapi dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. Larva kemudian menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, menuju ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut sistiserkus bovis larva cacing. Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut sistiserkus. Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang. Dinding sistiserkus akan dicerna di lambung sehing- ga larva dibebaskan. Larva menempel pada usus manusia dengan menggunakan skoleks. Larva kemudian tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. Perhatikan daur hidup Taenia saginata pada Gambar 8.18. Taenia solium mirip dengan Taenia saginata, bedanya adalah skoleks pada Taenia saginata mempunyai alat pengisap tanpa kait dan inang perantaranya adalah sapi, sedangkan Taenia solium memiliki skoleks dilengkapi dengan kait dan inang perantaranya adalah babi. larva terdapat dalam otot membentuk sisteserkus daging sapi berisi larva cacing alat hisap kepala kait proglotid larva onkosfer kait usus sapi larva dalam pembuluh darah Gambar 8.18 Daur hidup cacing pita Taenia saginata Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006 Gambar 8.17 Taenia saginata jenis cacing Cestoda yang bersifat parasit. Sumber: Ilmu Pengetahuan Populer, 2005 Tugas 8.4 1. Apakah yang dimaksud daya regenerasi pada Planaria? 2. Jelaskan daur hidup cacing hati Chlonorchis sinensis.

4. Filum Nemathelminthes Nematoda

Semua Nemathelminthes berbentuk bulat panjang, tidak bersegmen, dan tubuhnya bersifat tripoblastik dengan selom semu. Nemathelminthes berasal dari bahasa Yunani nematos benang dan helminthes cacing yang berarti cacing yang berbentuk gilig seperti benang. Kingdom Animalia 151 Cacing Nemathelminthes mempunyai tubuh berbentuk gilig atau bulat panjang dan tidak bersegmen, tripoblastik dengan selom semu tripoblastik pseudoselomata, dan permukaan tubuhnya dilapisi kutikula. Sebagian besar cacing ini hidup bebas di air dan tanah, tetapi ada juga yang bersifat parasit pada tanaman dan saluran pencernaan Vertebrata. Saluran pencernaan memanjang mulai dari mulut sampai anus. Beberapa jenis diantaranya memiliki kait. Sistem saraf berupa cincin saraf yang mengelilingi esophagus yang dihubungkan dengan enam serabut saraf. Respirasi dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Tidak memiliki sistem sirkulasi, tetapi mempunyai cairan yang berfungsi seperti darah. Nemathelminthes berkembang biak secara seksual dengan fertilisasi internal. Cacing betina biasanya berukuran lebih besar dari cacing jantan. Ujung posterior cacing betina lurus sedangkan cacing jantan ujungnya berkait. Gonad kelenjar kelamin berhubungan langsung dengan saluran alat kelamin dan telur dilapisi oleh zat kitin. Beberapa contoh cacing Nemathelminthes adalah sebagai berikut. a. Ascaris lumbricoides Cacing ini sering disebut cacing gelang atau cacing perut karena bersifat parasit di dalam usus halus manusia. Cacing dewasa dapat mencapai panjang 40 cm dengan permukaan tubuh yang licin dan dilindungi lapisan kutikula. Di dalam usus halus, cacing dewasa bertelur, kemudian telur yang mengandung embrio ini keluar bersama feses. Telur ini jika ikut termakan oleh manusia akan menetas di usus infeksi pasif. Larva dapat menembus dinding usus dan masuk ke dalam peredaran darah menuju paru-paru. Larva kemudian menuju ke faring dan bila tertelan akan masuk ke usus halus. Di dalam usus halus cacing menghisap sari makanan dan mulai bertelur setelah dewasa.

b. Ancylostoma duodenale

Cacing ini dikenal sebagai cacing tambang yang persebarannya di daerah tropis Asia dan Afrika. Di daerah Amerika terdapat cacing yang serupa yang dikenal sebagai Necator americanus. Cacing tambang berukuran 1 – 1,5 cm dan bersifat parasit dalam usus manusia. Pada mulutnya terdapat kait berupa gigi dari kitin untuk melekat dan melukai dinding usus inangnya. Cacing ini mengisap darah inang sehingga dapat menyebabkan anemia. Penyakit yang disebabkan cacing tambang disebut ankilostomiasis. Cacing dewasa bertelur di dalam usus dan telur ini dapat keluar bersama feses. Di tempat yang lembab dan becek telur dapat menetas menjadi larva yang disebut rhabditiform. Larva kemudian berkembang menjadi filariform yang dapat menembus kulit kaki atau tangan dan masuk ke dalam sistem peredaran darah menuju ke jantung, paru-paru, faring, tenggorok, dan masuk ke dalam usus infeksi aktif. Cacing kemudian mengisap darah pada dinding usus. Gambar 8.19 Ascaris lumbricoides betina. Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006 Gambar 8.20 Daur hidup Ancylostoma duodenale. larva filariform menembus kulit larva filariform larva rhabditiform telur pada feses dewasa di dalam usus halus Sumber: Bank Gambar Penerbit, 2006